Press ESC to close

Mengenal Tari Kretek, Tari Tradisional Kudus

Kita sebagai penikmat rokok kretek kok rasanya belum afdol ya kalau belum mengenal Tari Kretek. Apasih Tari Kretek itu? Tari Kretek adalah tarian tradisional dari Kudus yang menceritakan tentang para buruh rokok yang sedang membuat rokok, mulai dari memetik daun tembakau hingga rokok siap dipasarkan.

Pada mulanya, Tari Kretek ini lahir dari gagasan Gubernur Jawa Tengah saat itu, Suparjo Rustam. Pada kala itu, beliau memerintahkan Dwijisumono agar dibuatkan tari khas Kudus dalam rangka mengesahkan Museum Kretek pada tahun 1986. Kemudian, Djiwijisumono memberi mandat kepada Endang selaku pengajar tari dari Kudus yang cukup terkenal kala itu untuk membuat Tari Kretek. 

Endang bekerjasama dengan Djarum untuk melihat dan mempraktekan secara langsung proses pembuatan rokok hingga terciptanya Tari Kretek. Endang memasukan unsur pekerja kretek dan mandor ke dalam tariannya. Pada mulanya Endang memberi nama Tari Mbatil, namun karena Mbatil tidak begitu dikenal masyarakat luas, maka kemudian diubah namanya menjadi Tari Kretek. 

Dalam Tarian Kretek, gerakannya terlihat lincah dan genit yang dibawakan oleh perempuan yang cantik dan satu penari laki-laki. Dalam pertunjukannya, penari perempuannya menggunakan pakaian khas kudus, camping dan memegang tampah. Sedangkan untuk penari laki-lakinya menggunakan blangkon. Tak lupa, saat pertunjukan diiringi oleh musik gamelan dan lirik lagu yang dibawakan menceritakan tentang macam-macam rokok yang ada di Kudus. 

Baca Juga:  Cara Menjelaskan Bahaya Rokok Pada Anak Kecil

Kelenturan gerakan yang ditampilkan para penari kretek dalam tarian ini menggambarkan bagaimana keterampilan para buruh dalam membuat dan melinting setiap batang rokok kretek. Konon katanya, gerakan genit yang diperagakan merupakan upaya buruh rokok perempuan untuk menarik hati para mandor agar rokok kretek yang dibuatnya lolos sortir. Jika penari laki-laki yang merupakan mandor dalam adegan tarian sudah tersenyum, maka boleh dipastikan bahwa rokok yang mereka linting lolos sortir.

Sebagai masyarakat yang baik, kita harus “nguri-nguuri” kebudayaan, artinya kita harus melestarikan budaya yang ada di negeri ini. Memang kita sebagai penikmat kretek adalah salah satu upaya dalam melestarikan budaya dan tradisi, namun alangkah baiknya kita juga melestarikan kesenian-kesenian yang masih ada sangkut-pautnya dengan kretek, misalnya Tari kretek ini. 

Bagaimana cara melestarikannya?

Yang perlu temen-temen lakukan adalah mencari tahu tentang budaya tersebut. Setelah itu, jikalau ada kesenian kebudayaan tersebut, baiknya ikut dalam memeriahkan. Kemudian, bisa juga dengan mengenalkan budaya tersebut melalui media sosial, agar lebih banyak orang yang pensaran dan ingin tahu mengenai kebudayaan tersebut.

Mengawal dan menjaga kesenian tradisional seperti tarian ini memang bukan hanya merupakan tanggungjawab kita sebagai masyarakat. Namun, dengan dukungan pemerintah lewat pembuatan perda-perda yang mengatur kesenian tersebut dan juga dukungan dana dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Dengan adanya dukungan dari pemerintah maupuan masyarakat, maka kebudayaan itu akan terus terjada sampai kapanpun.

Baca Juga:  Jangan Mati Sebelum Merokok

Walaupun pandemi yang belum usai ini merupakan hambatan paling berat bagi pelaku seni, termasuk penari tarian tradisional ini. Namun lambat laun kondisi sudah mulai membaik. Masyarakat dapat melakukan kegiatan acara-acara kesenian walaupun masih dalam batasan penonton dan tetap menjaga protokol kesehatan. 

Beberapa waktu belakangan ini Tari Kretek sudah mulai dikenal masyarakat secara luas. Semakin banyak masyarakat yang ingin mempelajari mengenai tarian ini. Bahkan beberapa mahasiswa dari berbagai universitas menjadikan tarian khas Kudus ini sebagai bahan riset untuk judul skripsinya. Konon juga tarian ini sudah pernah ditampilkan di luar negeri.

Sumber gambar: kemdikbud.go.id
Bagas Nurkusuma Aji

Bagas Nurkusuma Aji

Videografer di Komunitas Kretek. Lahir dan besar di Turi, Sleman