Press ESC to close

Mengapa Kudus Dikenal Sebagai Kota Kretek?

Berbagai daerah di Indonesia mempunyai julukannya sendiri-sendiri, seperti Kabupaten Kudus yang dijuluki Kota Kretek. Julukan ini menempel erat ke Kabupaten Kudus ini tentu tak lepas dari faktor sejarah.

Jika berbicara soal kretek tentu tidak akan lepas dari Kota Kudus, pun sebaliknya, jika berbicara soal Kudus tentu tidak lepas dari kata kretek. Walau memang sebetulnya ada kota besar lain yang juga merupakan sentra industri kretek seperti Surabaya, Malang, Pasuruhan dan Kediri.

Pada mulanya, pada akhir abad ke 18 di Kudus, terdapat seorang yang bernama Haji Djamhari. Dikabarkan beliau mengidap penyakit sesak nafas yang tidak kunjung membaik. Setelah mencoba berbagai ramuan, akhirnya Haji Djamhari membuat ramuan yang berhasil menyebuhkan penyakit yang dideritanya.

Ramuan tersebut adalah campuran dari daun tembakau kering yang sudah diiris kemudian dicampurkan dengan cengkeh dan dilinting menggunakan daun jagung kering kemudian dibakar dan di hisap. Saat dibakar muncul suara “kretek.. kretek.. kretek..” maka ramuan tersebut akrab disebut dengan istilah kretek.

Pada saat itu, ramuan Haji Djamhari yang terbukti efektif menyembuhkan penyakitnya menyebar luas. Orang-orang yang menderita sakit yang sama dengan Haji Djamhari meminta untuk dibuatkan ramuan tersebut.

Waktu demi waktu, permintaan rokok kretek tersebut menjadi sangat banyak dan semakin masif. Peluang tersebut ditangkap oleh Nitisemito untuk memproduksi rokok kretek dengan skala besar. Rokok pertama produksi Nitisemito diberi nama Kodok Nguntal Ulo. Namun sayangnya nama rokok itu tidak membawa hoki dan hanya mendapat cemoohan dari berbagai orang.

Baca Juga:  Ini Manfaat Rokok Bagi Masyarakat Desa

Pada tahun 1908 Nitisemito kemudian mengubah nama rokoknya yang terdaftar resmi sebagai Tjap Bal Tiga. Bisa dibilang, Nitisemito merupakan pelopor industri kretek di Indonesia. Sejarah mencacat Nitisemito mempekerjakan 10.000 orang dan dapat memproduksi 10 juta batang rokok dalam sehari.

Kemasan Rokok Tjap Bal Tiga

Perusahaan Tjap Bal Tiga milik Nitisemito tidak bertahan lama. Sekitar tahun 1940-an Tjap Bal Tiga dinyatakan bangkrut yang dikarenakan perselisihan oleh ahli warisnya. Sejak saat itu, di Kudus muncul perusahaan lain seperti Nojorono pada tahun 1932, Djambu Bol 1937 dan Djarum pada tahun 1951.

Karena banyaknya cerita mengenai kretek di Kudus, pada tanggal 3 Oktober 1986, Gubernur Jawa Tengah saat itu Soepardji Roestam mendirikan museum kretek sebagai museum pengingat bahwa industri kretek dimulai dari Kabupaten Kudus.

Selain pabrik-pabrik besar tadi, di Kudus juga banyak sekali pabrik rumahan yang memproduksi rokok kretek yang jumlahnya mencapai ribuan. Sejak diberlakukanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 200/PMK.04/2008 pasal 3 ayat 3 yang mengatur tentang lokasi dan bangunan tempat usaha industri kretek, akibatnya banyak industri rumahan yang gulung tikar. Sekarang tinggal tersisa puluhan industri rumahan saja.

Dari dulu hingga sekarang, keberadaan industri kretek menjadi penopang perekonomian masyarakat di Kudus. Misalnya banyak tenaga kerja yang terserap oleh pabrik-pabrik rokok yang jumlahnya bisa ribuan. Selain itu juga, banyak kerjasama antara pemerintah kabupaten Kudus dengan pabrik rokok di Kudus untuk pembangunan.

Selain itu juga, pada bidang olahraga kerjasama dibangun dalam Perkumpulan Bulutangkis Djarum yang membina generasi mudah pembulutangkis lokal. Berawal dari Kudus bisa mendunia, contohnya Kevin Sanjaya, Mohamad Ahsan, Alan Budikusuma dan Tontowi Ahmad.

Baca Juga:  Berbagi Ruang untuk Kretek

Pada penerimaan cukai rokok pun, Kudus menjadi salah satu penyumbang terbesar. Pada tahun 2018 dari kisaran Rp 190 triliun pendapatan cukai bagi negara, Kudus menyumbang sekitar Rp 31,3 triliun. Kudus memiliki peran besar terhadap pembangunan dan perekonomian Indonesia.

Djarum, menjadi penyumbang terbesar diantara pabrik-pabrik lain yang berada di Kudus, totalnya mencapai 80% setoran cukai dari Kudus berasal dari Djarum. Tak lupa, Djarum juga berperan besar dalam pembangunan Gerbang Kudus Kota Kretek dan pembangunan 14 SMK bertaraf Internasional.

Dalam sektor lingkungan, program Bakti Budaya atau Trees For Life melalui CSR Djarum banyak membantu dalam aktivitas kebudayaan, penghijauan dan pembuatan taman yang ada di Kota Kretek tersebut.

Kisah sejarah dan beragam fakta itulah yang pada akhirnya membuat Kabupaten Kudus dijuluki sebagai Kota Kretek.

Bagas Nurkusuma Aji

Bagas Nurkusuma Aji

Videografer di Komunitas Kretek. Lahir dan besar di Turi, Sleman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *