Masyarakat Indonesia yang majemuk memiliki beragam tradisi berkumpul yang berkaitan dengan produk tembakau. Penyebutan terhadap produk tembakau tersebut juga beragam, ada rokok kretek, klobot, lisong, cerutu, rokok putih, termasuk istilah rokok gratis.
Dari mana istilah rokok yang didapat secara gratis itu berasal, boleh jadi istilah tersebut diproduksi oleh perokok berwatak kreatif. Sebagaimana kita ketahui, tak ada perokok yang tak berwatak kreatif dan adiktif. Ini terbukti, saban rokok naik harga karena tarif cukai, tren tingwe meningkat. Banyak yang beralih ke tingwe.
Kemudian, indikator kreatif itu juga dapat ditemukan dari beragam jenis acara, ataupun bentuk kegiatan berkumpul di masyarakat Indonesia. Mulai dari acara kenduri, hajatan, tahlilan, among-amomng, bancakan, sampai ke acara penyusunan panitia dan pembubarannya juga bagian dari tradisi berkumpul.
Nah, di setiap acara berkumpul itu, sudah bisa dipastikan tersedia yang namanya suguhan. Jenis suguhannya ya bermacam-macam. Dari berbagai jenis kudapan, wedang atau minuman, sampai ke suguhan berupa rokok.
Di setiap yang namanya hajatan, roko-rokok sebagai suguhan ini kemudian yang disebut dengan rokok gratis. Sifat suguhan ini bukan sesuatu yang wajib memang, tetapi ya diperlukan ada secara simbolis. Di Indonesia, jangankan suguhan rokok buat panitia atau para juru bantu. Suguhan berupa rokok lawasan juga terselip di antara sesajen.
Ini artinya, rokok sebagai produk budaya masyarakat, telah menjadi bagian dari keseharian yang tak terpisahkan. Hal ini terjadi secara organik di masyarakat, kehadiran beragam jenis rokok berkembang oleh sebab masyarakat menempatkan produk tembakau ini setara maknanya dengan kudapan.
Coba kata lacak asal usul kenapa tembakau bisa semakna dengan kudapan ini. Pertama, karena tembakau tergolong tanaman vegetasi alias sayur-sayuran. Seperti juga kentang atupun terong. Kedua, pemanfaatan tembakau tidak hanya untuk dibakar, melainkan juga dapat dikunyah. Seperti halnya pada tradisi nginang. Nginang merupakan aktivitas mengunyah sirih-pinang-gambir-tembakau di budaya masyarakat kita.
Berdasar dua pendekatan itu, setidaknya bisa kita katakan, bahwa tembakau setara dengan kudapan. Pada tradisi suguhan untuk tamu di masyarakat Wonosobo, bentuk penghormatan pada tamu juga disediakan tembakau garangan, selain jenis kudapan yang mereka miliki. Tembakau garangan ini disuguhkan beserta kertas, wur, klembak, kemenyan di satu wadah. Bagi tamu yang berkenan dipersilakan menggulungnya sebagai rokok.
Sementaradi abad modern, produk tradisi itu berubah menjadi rokok konvensional seperti yang kita temukan di pasaran. Rokok buatan pabrik. Demikian pula pada berbagai jenis hajatan yang diselenggarakan. Rokok tersedia bersama kudapan sebagai suguhan bersifat gratis alias cuma-cuma. Lalu, rokok apa saja itu:
Pertama, rokok Gudang Garam Surya
Rokok ini tergolong rokok sejuta ummat yang disukai banyak perokok. Tentu golongan perokok plural, untuk tidak menyebutnya sebagai perokok asbak. Rokok produksi Jawa Timur ini memiliki citarasa yang cukup mewakili selera umum masyarakat, cenderung gurih, sedikit manis, dan strong.
Kedua, rokok Djarum Super
Rokok ini tergolong rokok reguler dengan tingkat kepopuleran yang luar biasa di masyarakat. Iya sejak saya belum mengenal aktivitas dewasa ini, banyak abang-abangan sudah menikmati rokok Super dengan sangat loyal. Sifat loyal yang dimiliki penikmat Djarum Super ini mengisyaratkan beberapa hal terkait karakter penikmatnya. Memiliki jiwa petualangan yang teruji, juga solidaritas yang patut diteladani. Kita ambil contoh Pramoedya Ananta Toer. Beliau adalah penikmat Djarum Super yang loyal.
Ketiga, rokok Dji Sam Soe
Rokok non filter yang satu ini tak jarang orang menyebutnya sebagai rokok legendaris. Bukan apa-apa, merek rokok yang satu ini memang cukup populer dari masa ke masa, selalu ada regenerasinya. Pada beberapa jenis hajatan, rokok jenis Dji Sam Soe ini dapat digantikan dengan Sampoerna Hijau, ataupula jenis kretek non filter lainnya.
Setidaknya, ketiga merek yang saya sebut di atas, adalah golongan rokok yang sering terlihat sebagai suguhan di bermacam jenis hajatan. Berdasar penjelasan ini, boleh lah kalau saya dituduh petualang dunia hajatan. Pemaparan ini murni didasarkan pada pengamatan yang tidak terlalu meluas.
Semata-mata, paparan tersebut berdasar yang saya temukan dari pengalaman di keseharian. Bilamana di daerah Anda terdapat jenis rokok lain yang luput dari pengamatan saya, terus ternag, ini tulisan sangat terbuka untuk mendapatkan input dari Anda para kretekus tercinta.
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024
Leave a Reply