Salah satu varian rokok yang paling banyak konsumennya adalah rokok menthol. Rokok yang mempunyai sensasi dingin ini biasanya menjadi varian dari jenis rokok Mild.
Meski kerap dianggap sebagai rokok “ringan” oleh sebagian konsumennya, ternyata rokok dengan sensasi dingin ini justru dicitrakan sebaliknya. Oleh siapa? Ya oleh antirokok. Rokok menthol dianggap lebih adiktif daripada rokok yang tidak mempunyai sensasi menthol. Media coba membangun citra rokok menthol dapat meningkatkan efek kecanduan bahkan membuat susah berhenti merokok. Benarkah seperti itu?
Berbicara soal adiktif, pada dasarnya adiktif itu merupakan sifat yang membuat atau menimbulkan ketergantungan si pengguna kepada produk tertentu. Secara prinsip, ketergantungan dan kebiasaan itu beda-beda tipis. Dalam kasus ini sebetulnya merokok itu merupakan sebuah kebiasaan, namun karena antirokok sejak tahun 90-an melabel rokok itu adiktif, maka kebiasaan tersebut berubah menjadi kecanduan.
Tidak adil mengatakan rokok sebagai barang adiktif namun tidak mengatakan hal serupa kepada barang konsumsi lain, misalnya gula, permen dan emping. Di daerah kami, bahkan ada istilah kalau berhenti makan emping/criping justru pahit, mengapa tidak ada yang menyebutkan kecanduan emping/criping?
Terdapat fakta unik di kalangan perokok, yaitu rokok menthol biasanya malah dijadikan rokok selingan, bukan rokok utama mereka. Hal tersebut secara otomatis sudah menggugurkan argumentasi yang nenyebutnya lebih adiktif dan sebagainya.
Rokok dengan sensasi dingin memang sangat nikmat dikonsumsi pada suasana tertentu saja. Misalnya saat cuaca sedang panas, atau saat lagi pilek, cocok kalau menikmati rokok dengan sensasi dingin dari mint. Namun kalau cuaca sedang dingin, hujan dan malam hari, kira-kira cocok gak tuh?
Walau mungkin memang ada satu atau dua orang yang mengkonsumsi rasa menthol untuk rokok harian mereka, namun jumlahnya tentu tidak sebanding dengan orang yang mengkonsumsi rokok reguler. Sebetulnya kalau mengkonsumsi rokok dengan sensasi dingin secara terus menerus justru malah tidak nikmat, karena rasa dinginnya itu dapat membuat lidah kita kebas. Rasa yang kita nikmati, pada titik tertentu, justru terasa lebih hambar.
Menurut pengalam pribadi, memang paling nikmat merokok menthol di saat tertentu saja, tidak untuk setiap kondisi. Lebih nikmat jika mengkonsumsi rokok reguler. Mungkin saja, antirokok sudah kehabisan akal untuk nyerang para perokok, maka yang diserang itu rokok mentol.
Disebutkan juga bahwa rokok mentol itu meningkatkan daya tarik dan kemudahan penggunaan rokok. Saya tidak habis pikir saja sih. Orang merokok itu bukan karena ada menthol atau kemudahan, namun soal citarasa yang paling utama.
Berbicara soal citarasa tentu setiap orang mempunyai seleranya masing-masing. Menthol memang varian lain yang menawarkan sensasi rasa mint, namun belum tentu semua orang menyukainya. Penikmat rokok mentol memang sebagian besar merupakan perokok pemula, namun yang perlu diketahui tidak semua perokok pemula itu menyukai yang rasa menthol.
Justru menurut saya, rokok menthol itu kurang cocok untuk para perokok pemula. Karena ada sensasi dingin yang belum tentu cocok sama tenggorokan. Paling enak emang nyobain rokok yang reguler, kalau sudah ketemu nikmatnya kemudian nyobain rokok varian yang lain.
- Rumah Sakit Tembakau Deli, Satu-satunya Rumah Sakit yang Pakai Kata Tembakau - 29 December 2023
- Ketakutan Bea Cukai Riau Membongkar Gudang Rokok Ilegal - 20 December 2023
- Industri SKT Tidak Sekadar Tembakau, tapi Mata Rantai Ekonomi - 14 December 2023
Leave a Reply