Press ESC to close

Minta Rokok Sih Boleh Saja, Tapi…

Kebiasaan minta rokok itu fenomena umum di kalangan perokok. Minta rokok bisa ke siapa saja, bisa ke ayah, ke saudara, ke pacar, dan yang paling banyak terjadi adalah minta rokok ke teman. Ini umum ditemukan di setiap tongkrongan perokok.

“Bro, gue minta sebat, ya?”

“Eh ada rokok gak, gue lupa beli tadi?”

“Minta rokok lu dulu dong, gue belum ambil uang,”

“Eh rokok apaan nih, enak ga? Gue cobain yaa..”

“…………. bagi sebat ya,”

Ada banyak modus dan cara orang minta rokok teman di tongkrongan. Ada pula yang bakar dulu, baru bilang. Cangkemnya udah asik klepas-klepus, tau-tau, “bagi sebat ya”. Entah itu termasuk kategori minta atau bukan. Yang pasti fenomenanya nyata terjadi. Inilah kelebihan ahli sebat: guyub.

Perihal berbagi itu seperti hal lumrah di kalangan perokok. Hari ini rokok kita diminta orang, besok bisa jadi kita yang kepepet dan minta ke orang. Dulu malah pernah poluler istilah join, di mana sebatang rokok dikonsumsi oleh dua orang bahkan lebih. Sampe busanya basah-basah bekas teman. Intinya, perokok memang identik dengan kebersamaan. Tapi sekarang mah ngerokok gak usah join-join lagi deh. Bayar tes PCR mahal, perkara join rokok doang.

Baca Juga:  Review Rokok Forte Extra Breeze, Terpesona aku Terpesona!

Betapa tidak, bertemu orang yang tidak dikenal pun kita bisa ikhlas menawarkan rokok sebagai jembatan pembuka interaksi. Di lain kesempatan, bisa jadi kita yang ditawarkan rokok oleh orang lain. Indahnya menjadi perokok ya salah satunya itu, bisa bercengkrama dan cepat cair suasana.

Tapi, di balik budaya yang umum ini, selalu terselip satu dua makhluk yang ora umum. Maksudnya, dia juga perokok, dia paham budaya perokok, tapi nongkrong sama perokok model ini rasanya gak seindah sama yang model di awal tadi.

Perokok model ini pernah meminta rokok teman. Sering, bahkan. Tapi hampir mustahil bisa diminta rokoknya. Ya pasti kalian familiar dengan model ini. Biasanya ada saja satu dua biji yang model ini di tongkrongan. Atau, model lain yang menyerupai: minta rokok setiap hari. Entah memang bokeknya setiap hari, atau memang fetish sama rokok orang. Lha, masak setiap hari minta???

Minta rokok sih boleh saja, tapi tau diri juga dong, Bosku.

Rokok dibeli pake uang sendiri nih, bukan give away dari Sri Mulyani. Kadang kita punya perhitungan sendiri, beli rokok sekian untuk jangka waktu sekian. Nah, di momen tertentu, seperti di tongkrongan, misalnya, perhitungan itu bisa saja gugur karena kita berbagi ke teman. Tapi, ya gak apa, memang begitu kulturnya. Yang masalah itu kalau tiap ketemu minta. Mending kalau timbal balik, lha situ jarang beli rokok. Istilahnya, modal cangkem. Suuuuuu..

Baca Juga:  Pensiunnya Marcello Lippi, Pelatih Perokok yang Membawa Italia Juara Dunia

Lama-lama makin terdengar seperti curhat. Ya memang begitu. Harapannya, ini dibaca bukan oleh kalian umat sebat yang baik hati. Ini untuk mereka yang rokoknya kayak keris: keluar sebatang-sebatang. Rokok beli pake duit sendiri aja masih dibilang beban negara sama Bu Sri, terus yang rokok minta mulu ini apa dong namanya??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *