Press ESC to close

Daun Tembakau Afkir Juga Berguna Bagi Masyarakat

Tak hanya dari sisi ekonomi kretek, tembakau mampu pula menjadi solusi lain bagi kebutuhan masyarakat. Tanaman berjuluk ’emas hijau’ yang kerap dicap buruk ini, daun yang rusaknya dapat dimanfaatkan juga untuk bahan baku pestisida nabati.

Sebagaimana yang masyarakat umum ketahui, tanaman tembakau sebagaian besar terserap untuk industri rokok maupun kretek. Nilai ekonomi dari tanaman ini, jika ditilik dari sisi penerimaan cukai  mencapai 200-an triliun rupiah setiap tahun.

Angka tersebut menjadi pemasukan andalan bagi negara setiap tahun. Tak ayal, jika tembakau dipandang sebagai komoditas strategis. Dari sisi politik, tanaman tembakau adalah komoditas perkebunan yang paling banyak diatur oelh beragam regulasi.

Produk olahan tembakau pun tak luput dari incaran berbagai kepentingan, dari sisi medis salah satunya, merujuk sejarah budaya dunia, kandungan nikotin yang ada pada tanaman emas hijau ini mampu mengatasi masalah kesehatan.

Paradoksnya, paradigma kesehatan modern justru medudukkan tembakau sebagai global enemy yang harus dikendalikan. Dicap mengancam kesehatan, bahkan, kerap dituding sebagai penyebab utama berbagai penyakit tidak menular, seperti kanker paru, diabetes, stunting dan bermacam lainnya.

Faktanya, unsur yang ada pada tembakau diketahui mampu mengatasi penyakit alzeimer dan parkinson. Beberapa ahli kesehatan melalui proses penelitian yang intensif mampu mengolah tembakau sebagai vaksin yang dapat dijadikan imun dari serangan virus covid dan ebola.

Di luar catatan penting itu, tembakau yang daunnya tergolong tak terserap pabrik rokok dapat diolah untuk hal berguna lainnya. Katakanlah daun yang rijek. Telah terbukti daoat dimanfaatkan sebagai pestisida dan beberapa kegunaan lainnya.

Baca Juga:  Review Rokok Aspro Lite, Tak Patut Diremehkan

Terkait pemanfaatan tembakau ini, beberapa waktu lalu, para mahasiswa yang berasal dari Universitas Jember melakukan upaya pemanfaatan tembakau. Diwakili oleh Novario Wahyu, dia dan teman-temannya membuat pestisida nabati dari tembakau afkir.

Cara pembuatannya pun relatif mudah dan sederhana. Daun tembakau afkir cukup dengan ditumbuk dan dicampur dengan secukupnya deterjen serta air. Lalu diendapkan hasil campuran tersebut selama semalam dan saring sebelum dipakai menyemprot tanaman, pestisida nabati sudah mampu dihadirkan oleh para mahasiswa Unej ini.

Kemudian, Novario wahyu dan timnya tersebut melakukan sosialisasi di desa tempat mereka berkarya melalui program KKN yang mereka jalani. Tepatnya di Desa Sukosari, Jember, Jawa Timur. Tak hanya itu, ampas tebu yang biasanya dimanfaatkan untuk bahan bakar oleh warga Sukosari. Kini dapat pula diolah menjadi bahan baku genteng.

Dari proses KKN mereka ini, banyak warga yang sudah memanfaatkannya. Berdasar berita yang diangkat salah satu media di Jawa Timur, temuan para mahasiswa ini menjadi satu opsi untuk menjawab persoalan masyarakat desa.

Tak jarang kita mengetahui, stigma buruk yang dialamatkan kepada tembakau maupun komoditas yang menjadi sumber hidup masyarakat dari sisi limbahnya. Limbah tembakau, ketika ada beberapa yang afkir maupun ampasnya, dicap mengancam lingkungan.

Pada isu HTTS (Hari tanpa Tembakau Sedunia) yang lalu, tanaman yang kaya manfaat ini menanggung tudingan buruk bertubi-tubi, di-framing sebagai penyumbang masalah kerusakan lingkungan dan pemanasan global. Tujuan dari isu yang dimainkan oleh gerakan antitembakau global tersebut tertuju untuk mendelegitimasi Industri Hasil Tembakau.

Rokok sebagai sarana rekreatif yang menggunakan bahan baku tembakau, digadang-gadang harus bertanggung jawab terhadap persoalan kerusakan bumi. Tuduhan serius ini tentu tak sepenuhnya benar. Sebab, sejak dulu, masyarakat tani sudah punya cara tersendiri untuk memanfaatkan hal-hal yang dinilai sebagai limbah.

Baca Juga:  Selayang Pandang Industri Klembak Menyan Purworejo

Misalnya saja batang tanaman tembakau yang sudah kering, di masyarakat Temanggung misalnya, kerap dijadikan sebagai briket alias bahan bakar. Masyarakat desa yang notabene masih memanfaatkan tungku sebagai perangkat masak memasak, kerap menggunakan batang tanaman tembakau yang sudah kering untuk memasak.

Banyak hal yang ditudingkan gerakan antitembakau untuk menjelek-jelekkan tembakau untuk menggeser maknanya. Dari komoditas strategis menjadi komoditas yang tak lagi ekonomis. Sementara, jika kita tilik dari penemuan mahasiswa Unej di atas, kita dapat memetik kesimpulan, bahwa seklipun daun yang tergolong afkir pun masih dapat digunakan.

Sejatinya, barang afkir atau katakanlah benda yang tergolong rongsok, di tangan masyarakat kreatif dapat menjadi barang yang bernilai ekonomis. Tak jarang kita temukan, beberapa pihak yang melakukan pemanfaatan dari tembakau dapat menjadikannya sumber penghasilan lain.

Dari sisi inilah, sudah seyogyanya kita mampu berpikir objektif dalam memaknai tanaman tembakau. Dengan berpegang teguh pada amanat alam bahwa segala anugerah berupa entitas yang bertumbuh, tidaklah ada yang sis-sia belaka dihadirkan olehNya.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *