Press ESC to close

Rokok Nipah, Keragaman Kretek Nusantara

Rokok nipah adalah salah satu bukti keragaman dan kecerdasan masayarakat Indonesia dalam mendayagunakan cipta, karya, dan karsa.

Indonesia memiliki beragam jenis rokok tradisional, salah satunya adalah rokok Nipah. Rokok ini isinya tidak jauh berbeda dengan rokok pabrikan pada umumnya. Yang membedakan rokok ini adalah pada pembungkusnya yang menggunakan daun nipah.

Daun nipah berasal dari tanaman nipah, sejenis palem yang banyak tumbuh di daerah pasang surut tepi laut atau lahan gambut. Tanaman ini banyak ditemukan di wilayah pesisir Sumatera mulai dari Aceh hingga Lampung. Panjang daun nipah ini bisa mencapai 7 meter. Selain digunakan sebagai pembungkus rokok, daun nipah juga banyak dimanfaatkan masyarakat setempat untuk membuat pembungkus ketupat, kerajinan anyaman, hingga membuat atap rumah.

Tanaman nipah masih punya manfaat lain. Tangkai atau pelepahnya bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak. Pelepah nipah juga memiliki serat yang bagus untuk dipakai sebagai bahan baku pembuatan kertas. Tanaman nipah juga bisa disadap niranya untuk diolah menjadi gula. Bahkan hasil fermentasi niranya juga bisa diolah menjadi etanol yang bisa jadi bahan bakar alternatif. Sebesar itulah manfaat tanaman nipah bagi kehidupan masyarakat Sumatera.

Kembali ke rokok nipah, Palembang sering disebut sebagai pusatnya rokok unik ini. Belum ada yang bisa menjelaskan kapan pertama kali orang menghisap rokok nipah. Namun ada cerita yang beredar bahwa sejak masyarakat Palembang sudah terbiasa merokok dengan daun nipah yang kala itu dikenal dengan nama rokok pucuk.

Baca Juga:  Bahaya Merokok dan Bahaya Produk Konsumsi Lain Bagi Kesehatan

Tradisi itu terus berlanjut hingga saat ini dan membuat rokok ini menjadi populer di kalangan masyarakat Palembang. Bahkan ada satu kampung di Palembang yang disebut sebagai “Kampung Nipah”. Sebagian besar warga “Kampung Nipah” menggantungkan hidupnya dengan membuat rokok tersebut hingga kerajinan dari daun nipah. 

Proses pembuatan rokok ini memakan waktu cukup panjang dan memerlukan keterampilan yang baik. Mula-mula daun nipah dipisahkan dari tulang daunnya. Proses ini butuh ketelitian supaya daunnya tidak rusak sehingga cukup memakan waktu. Setelah daun terpisah dari tulangnya, selanjutnya daun nipah akan dijemur hingga kering.

Lamanya proses penjemuran ini tergantung dari cuaca. Saat matahari terik proses penjemuran bisa berlangsung 3-4 hari, jika mendung bisa memakan waktu hingga satu minggu.

Setelah kering, daun nipah dipotong menyesuaikan dengan ukuran rokok. Daun yang sudah dipotong selanjutnya akan diasap menggunakan batok kelapa atau belerang. Proses ini bertujuan untuk membuat daun lebih awet dan tidak mudah berjamur. Proses pengasapan memakan waktu hingga 4 jam lamanya. Daun nipah yang sudah selesai diasap baru bisa dilinting menjadi rokok nipah. Untuk isinya bisa disesuaikan dengan selera. Bisa diisi dengan tembakau rajangan dengan tambahan cengkeh, atau bisa juga ditambah dengan kemenyan.

Rokok ini biasanya dijual seharga Rp2.500 per batang. Selain diperjualbelikan kepada masyarakat setempat, rokok ini juga diekspor ke Singapura, Malaysia, Thailand, hingga Jepang. Rokok-rokok tersebut diekspor dalam kemasan dari daun nipah yang diberi nama “pocong” lantaran bentuknya menyerupai pocong dengan ikatan di ujungnya. Satu “pocong” bisa berisi ribuan batang rokok nipah.

Baca Juga:  Strategi Djarum Super dan Sampoerna Mild 50 Batang untuk Merebut Pasar Ketengan

Pada masa kejayaannya sekira tahun 70 hingga 80-an, satu pengrajin rokok nipah bisa mengekspor hingga 2,5 ton rokok setiap bulannya. Sayangnya, saat ini sudah banyak rumah produksi yang sudah gulung tikar akibat biaya produksi yang makin naik. Untungnya masih ada yang memproduksi daun nipah yang dijual sebagai pembungkus rokok sehingga kita masih bisa membeli daun nipah untuk tingwe. Harganya juga tidak jauh berbeda dengan papir rokok pada umumnya, Rp4.000 untuk satu ikat daun nipah.

Itulah secuil kisah dari rokok nipah, rokok asli nusantara buah dari kearifan lokal masyarakat pesisir Sumatera. Popularitasnya kini mungkin sudah meredup, tapi tidak benar-benar mati. Selama masih ada orang yang masih mengisap rokok nipah, selama itu ia akan tetap ada. Jika kamu tanpa sengaja bertemu dengan rokok nipah hari ini, tidak ada salahnya untuk mencoba rokok tradisional ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *