Press ESC to close

Stasiun Parakan dan Ho Tjong An, Sejarah Jalur Tembakau di Masa Belanda

Stasiun Parakan adalah saksi bisu kencangnya perniagaan tembakau di masa lampau era penjajahan Belanda.

Banyak literatur sejarah menyebutkan, jalur kereta api Secang-Parakan di Daerah Operasi (Daop) VI Yogyakarta, dulunya melayani kereta api yang diperuntukkan angkutan tembakau di Temanggung.

Jalur legendaris tersebut dibangun oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada 1907. Pembangunan jalur ini atas jasa seorang pemborong Tionghoa bernama Ho Tjong An.

Ho Tjong An adalah pemborong legendaris pada zamannya. Ia lahir di Tungkwan, Canton Cina pada 1841. Majalah SINPO terbitan 1919 mengungkapkan setelah pembangunan jalur selesai, Ho Tjong membuka rel kereta api antara Magelang-Secang dan Secang-Parakan dengan sebutan Willem I-Secang.

Pembangunan  ini menghabiskan f390.000, Guilders Belanda untuk jalur Ambarawa-Secang dan Magelang-Secang serta Secang-Parakan menghabiskan biaya f350.000,. Angka ini tentu sangat besar di masa itu.

Jalur Magelang-Secang mulai beroperasi pada tanggal 15 Mei 1903, jalur Secang-Temanggung beroperasi pada 3 Januari 1907, jalur Secang-Ambarawa beroperasi 1 Februari 1905 dan jalur Temanggung-Parakan beroperasi 1 Juli 1907.

Baca Juga:  Industri Rokok Asing

Ho Tjong An sebagai insinyur sudah mempunyai pemikiran modern waktu itu. Ia tetap menggaji kuli lokal untuk penyelesaian jalur kereta. 

Ho Tjong juga dikenal sebagai sosok yang menghargai kepercayaan lokal mengingat kala itu masih banyak masyarakat pribumi penganut animisme dan dinamisme.

Oleh karena itu, Ho Tjong sengaja membelokkan beberapa jalur kereta api tersebut karena jika tidak dilaksanakan, kuli tidak akan mau untuk mengerjakan.

Belokan belokan ini terjadi di Payaman – Secang, dan daerah perbatasan Magelang – Temanggung di barat Secang sampai di Kota Temanggung.

Stasiun Secang merupakan stasiun paling strategis di sekitar Magelang dan Temanggung. Hal ini karena posisinya yang berada di 3 jalur, yaitu antara Magelang, Temanggung – Parakan dan Ambarawa.

Hal tersebut juga yang membuat Stasiun Secang lebih luas dan memiliki jalur perlintasan lebih banyak.

Terlebih, jenis loko yang melayani jurusan ke Ambarawa juga beda yakni memakai rel bergerigi untuk melewati tanjakan di wilayah pegunungan.

Sementara itu,gaya arsitektur bangunan Stasiun Parakan  juga membuatnya memiliki daya tarik tersendiri.

Baca Juga:  Dua Teknik Pengeringan Tembakau Berbasis Curing

Stasiun Parakan merupakan stasiun awal dan akhir bagi kereta api yang melayani jalur ini, sehingga di Stasiun Parakan ini ada alat pemutar loko. Tak hanya itu, Stasiun Parakan berperan penting dalam pengangkutan tembakau dan hasil bumi yang lain dari masyarakat Temanggung.

Stasiun ini berhenti beroperasi pada 1973, seiring dengan ditutupnya layanan kereta api jurusan Secang-Parakan karena minimnya okupansi penumpang.


Diolah dari berbagai sumber

Fajar Restu

Fajar Restu

Nggak bisa tidur kalau belum diucapin selamat malam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *