Press ESC to close

Deretan Toko Tembakau yang Sohor di Sekitar Jalan Kaliurang, Surga Para Penikmat Tingwe

Tingwe atau melinting dewe menjadi aktivitas yang ramai sejak Jogja dinyatakan terdampak pandemi. Sejak awal tahun 2020 banyak sekali bermunculan toko tembakau di Jogja karena antusias perokok yang beralih dari membeli rokok bungkusan pabrik lalu membeli tembakau tingwe. Pandemi membuat selera perokok beralih mencari konsumsi tembakau yang harganya lebih murah.  Selain itu, adanya larangan beraktivitas di luar rumah membuat perekonomian nyaris lumpuh. Banyak usaha yang gulung tikar membuat selera merokok juga mencari yang lebih irit. Hal itu kemudian yang membuat orang-orang yang mulanya merokok pabrikan ramai-ramai beralih merokok tembakau tingwe. Mencari yang lebih irit. Ekonomisnya, harga rokok pabrikan sebungkus jika dibelikan tembakau tingwe bisa dapat 1 ons yang bisa dikonsumsi lebih dari seminggu.

Tingwe Ada Sebelum Indonesia Ada

tingwe sejak indonesia belum ada

Aktivitas tingwe ini sebenarnya telah dilakukan oleh sebagian bangsa kita sejak zaman kerajaan mataram, jauh sebelum Indonesia Merdeka. Dalam buku “Hikayat Kretek” sejarawan Amen Budiman dan Onghokham pernah menuliskan beberapa kesaksian tentang Sultan Agung, raja Mataram yang berkuasa sejak 1613-1645. Amen Budiman dan Onghokham menulis beberapa kesaksian bahwa Sultan Agung kemana-mana selalu membawa tembakau tingwe. 

Amen Budiman dan Onghokham juga mengutip penggalan syair dari Babad Ing Sangkala bahwa “Waktu mendiang Panembahan meninggal di Gedung Kuning/ adalah bersamaan tahunnya dengan mulai munculnya tembakau/ setelah itu mulailah orang merokok.” Peristiwa itu berangka tahun 1601-1602. Bertepatan dengan wafatnya Panembahan Senopati. Ayahanda Sultan Agung Hanyakrakusuma, Raja Mataram. 

Jadi tidak aneh jika suatu masa aktivitas melinting tembakau atau tingwe muncul lagi karena budaya tingwe sudah ada di Jogja jauh sebelum Indonesia ada. Hal itu terbukti saat masa pandemi banyak orang membeli tembakau sebagai pengganti rokok pabrikan dengan pertimbangan lebih ekonomis dan irit. Bedanya, mereka, para perokok itu, melakukan perubahan pola konsumsi rokok dari tembakau pabrikan ke tembakau tingwe bukan karena mengenang budaya leluhur melainkan karena pertimbangan ekonomis. Lebih irit.

Sejak perubahan pola konsumsi rokok tingwe pada pertengahan 2020 itulah mulai bermunculan para pedagang tembakau di Jogja. Karena jumlah pedagang tembakau semakin hari semakin banyak, mereka kemudian berkumpul dan dibuatlah semacam organisasi pedagang retail tembakau di Jogja sebagai komunitas pedagang tembakau agar terjalin hubungan juga sebagai lintas koordinasi antar pedagang untuk mengatur harga dan lainnya. Organisasi pedagang tembakau di jogja tersebut bernama bernama Arjuna (Asosiasi Retail Tembakau Nasional Jogja)

Jogja Kota Tingwe

jogja kota tingwe

Saya mengenal beberapa anggota Arjuna. Salah satunya bendahara Komunitas Arjuna bernama Musa. Dia adalah pemilik toko tembakau Galileo di Pandega yang letaknya masih berada di sekitaran jalan Kaliurang. Jumlah keanggotan paguyuban Arjuna pada masa pandemi itu tercatat hampir 400 toko tembakau yang bermunculan di seluruh kota Jogja.

Banyaknya jumlah toko tembakau di Jogja dan banyaknya orang yang tingwe membuat Jogja mendapat julukan sebagai Kota Tingwe.pada masa pandemi itu, kota Jogja makin semarak dengan kehidupan tingwe. Di mana mana orang membawa tembakau tingwe. Jika dulu tembakau tingwe dianggap kurang bergengsi, kini orang sudah menganggap biasa jika ada yang membawa bungkusan tembakau tingwe. Pembeli tembakau di Jogja tidak hanya dari kota Jogja sendiri melainkan juga dari kota lain di luar Jogja.

Misalnya begini; seorang pembeli dari Jakarta ingin membeli tembakau Gayo dalam jumlah besar maupun retail, mereka lebih memilih membeli di Jogja tinimbang membeli langsung di Aceh, tempat asal muasal tembakau Gayo ditanam. Hal itulah yang membuat kota Jogja begitu hidup sebagai kota penikmat tembakau tingwe. Juga ladang bisnis pertembakauan pedagang dari berbagai daerah di Indonesia.

Namun sejak Presiden Jokowi membuka PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) pada Desember 2022, aktivitas masyarakat Jogja mulai terbuka dan beraktivitas seperti pada jaman sebelum pandemi maka lambat laun beberapa toko tembakau mulai tutup dan hingga kini hanya bertahan beberapa toko saja yang masih buka menjajakan tembakau tingwe di gerainya.

Untuk mengetahui apakah masih ada sisa-sisa kejayaan toko tembakau di Jogja, saya  mengajak anda berjalan mencari toko tembakau yang ada di sekitaran jalan Kaliurang. Karena jalan Kaliurang merupakan jalan strategis yang selalu ramai. Di sepenggal jalan yang membentang dari utara ke selatan inilah, pusat berkumpulnya kaum intelektual Jogja, karena ada kampus besar bernama UGM juga beberapa kampus lain seperti UII yang lokasinya paling atas sekali di Utara.

Tobeko jadi Penguasa Retail Tembakau Jogja

tobeko penguasa tembakau jogja

Jogja menjadi barometer perdagangan retail tembakau tingwe bukan saja sejak pertengahan pandemi, namun jauh sebelumnya Jogja punya toko tembakau legendaris yang telah ada sejak tahun 1919. Toko tembakau yang terletak di dekat Tugu Jogja itu sampai hari ini tetap buka dan menjadi tujuan wisata pembeli tembakau dari luar kota. Sehingga saat pandemi, toko tembakau Wiwoho juga menuai panen dari pembeli baru yang beralih dari rokok pabrikan ke tembakau tingwe. 

Namun yang paling fenomenal adalah kehadiran toko tembakau kekinian yang disukai oleh anak muda di Jogja. Namanya Tobeko Cigaretshop. Selanjutnya kita sebut saja Tobeko. Desain dan layout interiornya sangat modern dengan beragam jenis tembakau dan rokok yang nyaris lengkap dipajang di etalase gerainya.

Baca Juga:  Srobong Gobang: Menjaga Tradisi Tembakau Temanggung

Jika toko tembakau Wiwoho pelanggannya kebanyakan para lintinger lawasan berusia dewasa hingga berusia tua seperti simbah-simbah. Maka Tobeko kebanyakan pelanggannya anak -anak muda dan mahasiswa.

Tobeko berdiri sejak tahun 2015. Pemiliknya bernama Anang Budi Nugroho. Asli Jogja. Pak Anang mendirikan Tobeko karena kecintaannya pada rokok. koleksi rokoknya banyak sekali. Sehingga dia bercita-cita untuk mendirikan toko rokok sekaligus toko tembakau yang paling lengkap di Jogja. Sejak pertama kali buka tahun 2015, hingga kini jumlah tokonya sudah mencapai 8 gerai. Lokasinya sengaja dibuat seolah-olah mengepung tiap sudut kota. Istilah lainnya, Tobeko ini menguasai 8 penjuru mata angin Jogja. Sehingga kemanapun perokok dan penikmat tingwe berjalan di sekitaran Jogja selalu saja bertemu toko tembakau Tobeko. 

Ada Dua Tobeko di Sekitar Jalan Kaliurang

daftar toko tobeko

Cek daftar Tobeko

Sekarang anda saya ajak menyusuri jalan Kaliurang dari arah bawah, atau dari arah Selatan. Tepatnya dari arah kampus UGM. Bagi penikmat tingwe yang tinggal di sekitaran jalan kaliurang tak perlu kuatir kehabisan stok tembakau tingwe, sebab Tobeko juga membuka gerainya di sekitaran jalan kaliurang. Tepatnya di jalan Agro UGM yang berdiri di sebelah Gudeg Yu Djum seberang selokan Mataram. 

Jika Anda kebetulan berada di perempatan lampu merah UGM yang di pojoknya ada pos polisi kecil itu, silakan anda berbelok ke kanan jika lampu sudah menyala hijau, itu jika anda datang dari arah selatan. Namun jika dari arah utara, anda tinggal berbelok kekiri karena belok kiri jalan terus. Hanya saja saat belok, anda jangan terlalu banter, karena Tobeko hanya berjarak sekitar 10 meter saja dari lampu merah jalan Agro tersebut. 

Gerainya kecil saja. Namun isinya lengkap. Saat anda sebelum menggeser pintu kaca gerai Tobeko, anda sudah bisa melihat suasana interior Tobeko yang dindingnya penuh dengan display beragam jenis rokok dan pada bagian meja dan sampingnya terdapat beragam jenis tembakau. Baik tembakau original nusantara maupun tembakau rasa. Komplit!

Setiap sudut mulai dari meja bagian depan display hingga dinding ditata sedemikian rupa agar memanjakan mata penikmat rokok dan tingwe. Dengan tagline “Heaven Tobacco” tidak salah jika kita seolah memasuki surganya tembakau jika berada di dalam gerai Tobeko.

Apa yang Anda suka, anda tinggal tunjuk. Ada karyawan yang dengan ramah akan mengambilkan apa yang anda suka. Mulai dari tembakau Darmawangi hingga tembakau Madura. Harganya juga masih relatif terjangkau. Untuk tembakau Darmawangi dibandrol dengan harga 15k per ons. Sedangkan tembakau Karpote Madura harganya 30k per ons. Termasuk murah dan bisa cukup dikonsumsi selama seminggu lebih. Jangan lupa dengan tembakau Gayo yang aromanya, hmmm….

Selain jenis tembakau, Tobeko juga menyediakan berbagai jenis papir atau kertas linting. Mulai yang harganya 500 rupiah hingga yang harganya 15k per biji.

Galileo CigarShop Pandega

Setelah dari Tobeko UGM, ayo kita jalan lagi ke utara hingga ketemu perempatan lampu merah Kentungan. Saya ajak anda untuk berbelok ke kiri ke ringroad. Namun kita tidak menuju jalan besar itu melainkan belok kiri menyerong pas di depan gerai Indomaret. Terus saja kita jalan santai sekira 200 meter. Di sebelah kiri jalan kecil yang agak berlobang itu ada gerai mungil penjual tembakau namanya Galileo Cigar Shop. 

Ya, awalnya Musa, pemilik sekaligus bendahara komunitas Arjuna, ini memang fokus berjualan cerutu. Musa pertama kali membuka gerai tembakau pada tahun 2020 di selokan mataram yang berdekatan dengan outlet-outlet pakaian di sekitaran Jalan Nologaten dan sekitarnya itu. Karena dia tahu permintaan tembakau meningkat selama pandemi maka pada tahun 2021, Musa membuka gerainya lagi di Pandega. Lokasi yang kita tuju ini.

Gerainya kecil saja. hanya petak sekitar 2 x 2 meter. Tapi isi gerainya padat. Mulai dari rokok hingga berbagai jenis tembakau. Memang sih tidak selengkap Tobeko, tapi bagi penikmat tingwe, ragam jenis tembakaunya banyak juga yang layak dicicip seperti tembakau Krepek Mawar dan Krepek Nangka, atau tembakau Darmawangi yang sedang populer di kalangan lintinger Jogja.

Saya membeli tembakau Krepek Mawar setengah ons harganya 28k. Tembakau yang saya beli ini katanya tembakau kawak, atau tembakau yang sudah diperam selama 2 tahun. Jadi harganya agak mahal. Namun rasanya enak. Selain Krepek Mawar, saya juga mencoba tembakau Krepek Nangka dari Situbondo juga tembakau Gayo.

Tobeko Jalan Damai 

Dari galileo kita jalan lagi ke atas menyusuri jalan kaliurang. Menuju ke utara. Jalannya santai aja. Tarikan gas motormu jangan sampai melebihi 40km per jam. Karena belum lama ini ada aturan yang diterapkan Pemkot Jogja bahwa kendaraan bermotor kecepatannya dibatasi tidak lebih dari 40 km per jam. Asyik juga sih. Agar kita semua bisa santai di jalan sambil melihat pemandangan sepanjang jalan Kaliurang. Tapi itu aturan sebenarnya hanya untuk di kota Jogja saja. sedangkan kita sedang menyusuri jalan Kaliurang miliknya Sleman. Ini Sleman, Bung! Tapi kita wajib santuy juga kalo di jalan, ya.

Baca Juga:  4 Jenis Korek Api yang Perokok Pasti Tahu

Setelah beberapa saat kita akan ketemu dengan lampu merah di pertigaan Jalan Kaliurang. Jika kekiri ada jalan Damai. Nah dari Lampu merah pertigaan itu kita sudah bisa melihat di sebelah kanan dari lampu merah ada gerai Tobeko. Jika lampu sudah menyala hijau, kita belok saja ke kiri dan segera kasih sign motor ke kanan. Karena di sebelah kanan setelah lampu merah kita kan mampir di Tobeko.

Gerainya kecil juga. Mungkin sekitar 3 x 4 meter. Berpintu kaca seperti gerai Tobeko lainnya. Di dalam gerai juga layout interiornya sama dengan gerai tobeko lainnya, berpintu kaca geser. Dinding bagian dalamnya juga dipenuhi oleh display beragam jenis rokok. Anda bisa memilih jenis tembakau apa saja ada di toko ini. Lengkap. Asal sebut saja tembakau yang pernah kalian ingat tersedia di gerai ini. Mau Gayo, ada. Apalagi tembakau Sopeng yang susah dicarinya itupun ada di sini.

Cukup ya, jangan lama lama di sini kita jalan lagi menuju ke utara menyusuri jalan Kaliurang. Santai saja. Naik terus sampai kita ketemu lagi dengan lampu merah di pertigaan lagi. Namun jika kekiri ada jalan Kapten Haryadi. Saat ini jalannya sedang diperbaiki. Banyak lobang besar-besar. Jadi hati hati saja.

Mini Tobacco 

Mini tobacco jogja

Kita belok kiri menuju jalan Kapten Haryadi. Sekira 50 meter setelah perumahan Pesona Merapi. Jalan pelan saja karena toko tembakau yang akan kita tuju tidak jauh dari situ. 

Di sebelah kiri kita mampir di toko tembakau Mini Tobacco. Sesuai namanya gerai tembakau ini memang mini. Luasan gerainya mirip dengan toko Galilleo di Pandega. Pemiliknya bernama Dhanan. Usianya 27 tahun. Rumahnya terletak di belakang area gerainya.  Dhanan ini akamsi, anak kampung sini. 

Dhanan membuka gerai tembakau karena pasar tembakau memang menjanjikan, katanya. Mini Tobacco mulai buka bulan Juni tahun 2020. Ya, karena booming tembakau tingwe maka Dhanan ikut meramaikan pasar tembakau di Jogja. 

Dhanan mendapatkan tembakau dari supplier dari Temanggung dan Jawa Barat. Makanya, gerai Mini Tobacco dipenuhi beragam jenis tembakau Temanggung dan Jawa Barat seperti Mole, Darmawangi dan jenis lainnya. Jika anda kebetulan lewat jalan Kapten Haryadi silakan saja mampir. Karena selain tembakau, ada juga rokok beragam jenis didisplay di sini.

Kusuma Tembakau

kusuma tembakau

Kita lanjut balik lagi menyusuri jalan Kaliurang. Naik terus pelan pelan saja sampai kita melewati toko souvenir Mirota yang terkenal itu, sampai kita melewati juga kampus UII di kiri jalan, terus saja jalankan sepeda motormu dengan santuy. Saat motormu sampai pada lampu merah di dekat RS Panti Nugraha, belok kanan setelah lampu menyala hijau. Tapi jangan kebablasan, melainkan belok kiri. Jalannya rada naik. Tapi dari belokan itu hanya sekira 20 meter di kanan jalan ada gerai tembakau bernama Kusuma Tembakau.

Pemiliknya bernama Tomy. Awalnya Tomy berbisnis jual beli mobil dan jadi kontraktor perumahan. Namun saat pandemi semua bisnisnya kolaps. Melihat peluang pasar tembakau tingwe masih terbuka, dia lalu memberanikan diri ikut membuka gerai tingwe di Utara. Karena menurut pengamatan saya, inilah toko tembakau yang letaknya paling tinggi dari lereng Merapi. 

Gerai Kusuma Tembakau cukup besar. Bangunannya terbuat dari tembok lawas dan kayu. Dulu, kata tomy, ruangan ini digunakan untuk penjahit pakaian. Namun karena pandemi menghantam bisnis konveksi juga, pemiliknya tidak memperpanjang sewanya. Dan Tomy yang melanjutkan menyewa ruangan yang juga dulunya buat area pajang barang antik ini. 

Lokasinya berada di jalan Kaliurang KM 10,9. Persis sebelum pasar Pakem. Jenis tembakaunya juga banyak. Display tembakaunya di masukan ke dalam wadah kaleng mirip kaleng kerupuk jaman dulu itu.

Kebanyakan tembakaunya jenis dari Jawa Timuran. Mulai dari tembakau Situbondo hingga tembakau Madura. Ada juga sih tembakau Temanggung. Namu yang paling laris, kata Tomy, tetap saja tembakau dari Jawa Timur. Karena Kentjana Tembakau memang fokusnya tembakau dari Jawa Timuran. 

Cicip Gratis Tembakau

Setiap gerai tembakau menyediakan ruang untuk menyicip secara gratis tembakau yang akan kita beli. Makanya sebelum membeli sebaiknya anda mencicip dulu tembakaunya di lokasi gerai. Agar tidak kecewa dengan tembakau yang sudah kita beli. Dan rata-rata toko tembakau yang terletak di sekitaran jalan Kaliurang bukanya jam 10 pagi dan tutup sekitar pukul 22.00 wib.

Jadi, jika anda penikmat tingwe dan sedang berada di jalan Kaliurang, anda bisa mampir ke toko-toko atau gerai yang sudah kita jelajahi bersama ini. mulai dari Tobeko UGM, Galileo di Pandega, Tobeko Jalan Damai, Mini Tobacco di jalan Kapten Haryadi, hingga Kusuma Tembakau di jalan Kaliurang KM 10,9. 

Selamat berburu tembakau.

Melintinglah dengan nikmat dan ikhlas.

Salam sebat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *