Press ESC to close

Tembakau Krosok: Pengertian dan Sederet Metode Prosesnya

Tembakau krosok adalah daun tembakau yang dikeringkan secara utuh tanpa dirajang sebelumnya. Dikenal juga dengan sebutan leaf type di seluruh belahan dunia. Ada beberapa jenis tembakau yang diolah menjadi krosok seperti Kasturi, White Burley, dan Virginia. Dibandingkan dengan tembakau rajangan, tembakau krosok memiliki harga jual yang lebih tinggi karena melalui proses yang panjang sebelum dipasarkan.

Sebelum menjadi tembakau krosok, daun tembakau akan melewati proses pengeringan yang disebut sebagai proses curing. Selama proses curing, daun tembakau akan mengalami oksidasi dan degradasi karotenoid secara perlahan. Proses ini akan menurunkan kadar air daun tembakau yang akan membuat umur simpannya makin panjang. Selain itu proses ini akan menghasilkan berbagai senyawa dalam daun tembakau yang memberi rasa manis, pedas, atau aromatik yang akan berkontribusi pada kehalusan tembakau krosok. Ada empat metode curing yang kerap dipakai yaitu air curing, flue curing, fire curing, dan sun curing. Masing-masing metode  akan memberikan karakter hasil yang berbeda-beda.

Air Curing

Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti pengeringan dengan udara. Pada metode ini, lembaran-lembaran daun tembakau akan ditusuk bagian pangkalnya dengan bilah bambu panjang yang disebut dengan sujen. Sujenan tersebut kemudian akan digantung dalam ruangan penyimpanan dan diangin-anginkan hingga kering. Proses ini memakan waktu sekitar 30 hari. Metode air curing ini biasa digunakan pada tembakau White Burley  di daerah Lumajang dan Jember. Tembakau krosok yang dihasilkan dengan metode ini memiliki karakteristik rasa yang ringan, manis, dan memiliki kadar nikotin yang tinggi.

Baca Juga:  Udud Mbako dan Endhong-Endhongan di Banyumas

Flue Curing

Metode ini hampir mirip dengan air curing. Bedanya, jika air curing hanya menggunakan udara dalam ruangan, flue curing menggunakan udara panas untuk mengeringkan tembakau. Udara panas tersebut dialirkan oleh pipa-pipa yang ditata sedemikian rupa dalam ruangan penyimpanan. Pada hulu pipa terdapat tungku pembakaran sebagai sumber panas. Hanya udara panas yang dialirkan ke tembakau yang disimpan, sedangkan asap hasil pembakarannya dibuang melalui cerobong.

Metode Flue Curing akan menurunkan kelembaban secara perlahan selama 24-60 jam pertama hingga terjadi penguningan pada daun tembakau. Selanjutnya akan diikuti dengan turunnya kadar air daun tembakau hingga mengering. Metode ini biasa digunakan pada tembakau jenis Virginia. Membutuhkan waktu sekitar satu minggu hingga jadi produk akhir. Tembakau krosok pada metode Flue Curing memiliki kandungan gula tinggi dan kadar nikotin sedang hingga tinggi.

Fire Curing

Pada metode Fire Curing lembaran daun tembakau dikeringkan dengan asap hasil pembakaran alih-alih udara panas seperti pada metode flue curing. Bahan bakar yang digunakan untuk pengasapan akan mempengaruhi aroma tembakau. Contoh bahan bakar yang umum digunakan pada metode ini adalah kayu akasia yang dicampur dengan ampas tebu yang akan menghasilkan aroma harum dan manis pada tembakau. Metode fire curing membutuhkan waktu sekitar tiga hari hingga sepuluh minggu. Karakter tembakau krosok yang dihasilkan dari metode fire curing ini memiliki kandungan gula yang rendah namun dengan kadar nikotin yang tinggi.

Sun Curing

Bisa dibilang metode sun curing ini adalah metode pengeringan yang paling sederhana. Namun, sederhana bukan berarti mudah. Metode ini sangat bergantung pada paparan sinar matahari. Pada kondisi yang ideal, metode sun curing bisa selesai dalam waktu 7-10 hari. Namun jika cuaca sedang mendung, prosesnya bisa memakan waktu lebih lama. Tembakau krosok yang dikeringkan dengan metode ini memiliki karakteristik kandungan gula dan kadar nikotin yang rendah.

Baca Juga:  Menginang: Cikal Bakal Tradisi Kretek Nusantara

Tantangan yang dihadapi oleh metode sun curing hari ini adalah pemanasan global yang berdampak pada anomali cuaca. Cuaca yang tidak menentu, apalagi jika terjadi dalam waktu yang lama, bisa menyebabkan tembakau model ini tidak bisa kering sempurna. Akibatnya tembakau jadi mudah berjamur hingga kehitaman yang membuat harganya anjlok.

Begitulah proses pengolahan daun tembakau hingga jadi tembakau krosok. Di balik kesederhanaan tembakau prosesnya ternyata terdapat proses yang panjang dan rumit. Maka tidak heran jika tembakau krosok memiliki harga jual yang tinggi. Selain untuk memenuhi pasokan bahan baku pabrik rokok, tembakau krosok juga digunakan untuk konsumsi perorangan seperti tingwe atau menginang. Selain itu tembakau krosok juga bisa dipakai sebagai bahan baku pembuatan cerutu, mengingat bentuknya yang berupa lembaran daun utuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *