Press ESC to close

Betapa Hoax Babi Menjadi Penting Untuk Memerangi Kretek

Sebenarnya, apapun kepentingannya, hoax menjadi alat yang ampuh guna kebutuhan kampanye. Dalam urusan kampanye antitembakau, kebutuhan untuk membuat masyarakat Indonesia membenci kretek adalah hal yang tak mudah dilakukan. Hal tersebut menjadi sulit mengingat kebudayaan dan hidup sebagian masyarakat nusantara sudah amat dekat dengan kretek. Jadi, mengajak orang untuk membenci kretek di Indonesia bukanlah hal yang mudah.

Sebagai negara kepulauan dengan ragam kebudayaan melimpah, cukup sulit untuk memaksa masyarakat begitu saja pada teori kesehatan yang mengatakan kalau kretek itu tidak sehat. Apalagi dari sisi historis, penemuan kretek dilakukan dalam rangka menyembuhkan penyakit sesak nafas yang dialami si penemu, Hadji Djamhari. Oleh karena itu, perlu satu dua langkah ‘berbeda’ agar citra kretek menjadi buruk di mata masyarakat.

Beruntung bagi kelompok antitembakau, ada satu hal penting yang kemudian dimanfaatkan semaksimal mungkin agar citra negatif kretek ini terbangun dan membuatnya menjadi barang yang dibenci. Satu hal penting, yang memiliki kekuatan besar dan menjadi landasan hidup masyarakat kita. Dan hal tersebut adalah agama.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, sentimen agama menjadi satu bahan bakar yang paling mudah digunakan untuk menghasut seseorang. Mudah saja, jika ada seseorang dianggap menghina agama, maka orang-orang bakal berduyun-duyun ‘menghakimi’ orang tersebut. Entah anggapan itu benar atau tidak.

Pada konteks kampanye antitembakau, sentimen agama beberapa kali digunakan agar masyarakat meninggalkan kretek yang menjadi akar bagi sebagian masyarakat kita. Mulai dari fatwa haram rokok oleh beberapa lembaga keagamaan, hingga salah satu yang paling menghebohkan tentang isu filter rokok mengandung darah babi.

Baca Juga:  Pandemi Corona Belum Pengaruhi Pembelian Pita Cukai Rokok

Sudah difatwa haram, mengandung babi pula. Siapa kiranya orang yang berani membantah keharaman tersebut. Asal tahu saja, segala hal berbau babi bakal menjadi hal yang dimusuhi masyarakat. Tidak percaya, coba saja cek beberapa kasus yang membawa-bawa urusan babi dalam barang konsumsi. Entah itu tukang bakso yang diisukan menggunakan daging babi, atau isu filter rokok yang dikatakan mengandung darah babi.

Heboh, tentu saja. Dalam urusan agama, masyarakat kita tak kenal kompromi. Apabila itu melanggar syariat, banyak yang bakal menentang. Apalagi jika berhubungan dengan babi yang haram itu. Tentu saja luapan besar kebencian terhadap kretek bakal makin meluas.

Sialnya, isu tersebut hanyalah isu belaka. Sama seperti tukang bakso yang dituduh menggunakan daging babi padahal mah tidak. Isu tersebut akhirnya malah membuat si penjual merugi karena ditinggal konsumen. Begitu pun dengan kretek, yang nyata-nyata tidak memiliki kandungan babi sepersen pun.

Kejelasan paling otoritatif yang membantah keberadaan darah babi di filter rokok muncul dari Majelis Ulama Indonesia. Badan keagamaan yang punya kewenangan mengeluarkan fatwa halal dan haram pada barang konsumsi ini dengan tegas menyatakan kalau filter rokok di Indonesia sama sekali tidak mengandung darah babi. Belum puas, masih ada bantahan lainnya.

Baca Juga:  Ruang Merokok Adalah Wujud Nyata Penyetaraan Hak

Satu lembaga yang juga otoritatif, Badan Penguji Obat dan Makanan pun turut mengeluarkan pernyataan setelah serangkaian uji coba terhadap beberapa merek kretek. Dari hasil uji coba yang mereka lakukan, tidak ditemukan keberadaan darah babi yang menjadi isu dan heboh di tataran masyarakat. Kurang kuat apalagi bantahannya.

Meski sudah jelas-jelas dibantah oleh dua lembaga, yang satunya itu lembaga keagamaan loh, tapi ya isu babi ini kadang masih beredar. Kenapa isu ini masih bisa beredar? Karena memang pernyataan MUI yang tadi ini tidak pernah ikut dipublikasikan oleh kelompok yang berkepentingan. Walaupun lembaga tersebut adalah badan agama yang otoritatif di negara ini.

Jadi jelaslah mengapa isu-isu bohong seperti darah babi di filter rokok ini kerap beredar di masyarakat. Selain untuk membuat masyarakat Indonesia yang mudah heboh dan tidak mau cari tahu ini membenci kretek, ya tentu saja karena kelompok antitembakau tidak punya bahan lain untuk dikampanyekan.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit