Search
Vina Panduwinata

Vina Panduwinata Berhenti Merokok Itu Biasa Saja

Saya pertama kali mengenal Vina Panduwinata berkat kebiasaan ayah memutar musik di sore hari. Di masa-masa saya kecil, ayah memang sering memutar musik dari radio tape-nya. Biasanya yang diputar lagu-lagu dari Gombloh, Iwan Fals, Ebiet G Ade, dan juga Vina Panduwinata.

Nama Vina Panduwinata di belantara musik Indonesia memang luar biasa. Sebagai penyanyi, Ia dianggap sebagai diva musik dalam negeri. Lagu-lagunya melulu diputar oleh masyarakat. Apalagi ketika September tiba, lagu September Ceria bakal sering diputar melalui televisi ataupun radio, melalui iklan atau memang diputar langsung.

Memang sudah agak lama nama Vina Panduwinata tak lagi terdengar di hingar-bingar dunia hiburan dalam negeri. Maklum saja, sebagai penyanyi dari generasi tua, masa-masa keemasannya sudah lewat kepalang jauh. Apalagi, masa kini juga dipenuhi bintang muda penuh talenta yang kualitas suaranya tak kalah dari para bintang di masa lalu.

Karena hal itulah, ketika nama Vina Panduwinata kembali terdengar pada pemberitaan, saya mengecek kisah seperti apa yang tengah ditorehnya. Mengingat, pemberitaan tentang diva yang satu ini lumayan viral dan banyak disebarluaskan. Dan ketika saya berhasil mengetahui penyebabnya, langsung saya bergumam: pantas saja, berita soal rokok.

Ya, rumus pemberitaan artis + rokok = bacaan laris memang masih berlaku di negeri ini. Maka dari itu, ketika diberitakan seorang Vina berhenti merokok, sudah barang tentu beritanya bakal laris. Tautannya bakal tersebar di banyak platform media sosial. Apalagi, hal-hal semacam ini tentu bakal digoreng kelompok antitembakau.

Baca Juga:  Review Rokok Country Merah, Kembarannya Marlboro?

“Lihat itu, penyanyi papan atas saja berhenti merokok.”

“Akhirnya diva kita bertobat dari dosa merokok.”

Masih ada beberapa lagi jenis komentar yang bakal keluar dari mulut warganet setelah membaca berita-berita terkait Vina Panduwinata berhenti merokok. Namun, berhubung artikel ini memiliki batas jumlah kata, maka saya kira tak perlu ditambahi lagi. Cukup itu saja contoh yang menggambarkan betapa tidak pentingnya perbuatan masyarakat kita dalam menanggapi hal-hal semacam ini.

Buat saya, merokok atau tidak merokok itu pilihan. Kalau merokok ya merokok saja, kalau tidak ya jangan merokok. Tinggal bagaimana kita bisa (dan mau) saling menghargai hak masing-masing saja. Tanpa perlu dibuat repot, urusan bisa jadi lebih mudah seperti ini.

Toh kalau ada seseorang yang berhenti merokok ya bukan persoalan besar juga bagi umat manusia sedunia. Hal seperti itu ya biasa saja, selayaknya kabar kalau ada orang yang tengah makan di warteg. Ya gitu lah kira-kira.

Bahwa berhenti merokok adalah hak seseorang, ya tentu saja begitu. Toh selama tetap bisa berhubungan baik, tak perlu laku hidup seseorang mesti melulu sama seperti hidup kita. Lagipula, Vina Panduwinata tak lantas berbalik badan menjadi pembenci rokok yang seumur hidupnya dipenuhi benci dan caci kepada orang yang merokok. Nggak gitu juga kan?

Baca Juga:  Rokok Andalan, Anasir Khas Produk Jawa Timuran

Secara usia, Vina Panduwinata juga sudah cukup tua. Sudah puluhan tahun merokok, sudah melewati ambang batas mati muda karena rokok yang kerap digembar-gemborkan kelompok pembenci. Dan yang lebih kerennya lagi, sepanjang menyanyi di masa-masa keemasannya, Vina Panduwinata adalah seorang perokok yang puluhan tahun bernyanyi juga merokok. Tidak lantas juga merokok membuat suaranya menjadi fals, malah masa emas suaranya itu menjadi titik puncak dari karir bermusiknya.

Hanya, satu pesan dari saya, seorang penggemar yang mengenal karyamu dari kaset sang ayah: jangan setelah berhenti merokok lantas berubah jadi pembenci rokok ya. Perilaku-perilaku macam begini mah biar jadi kelakuan orang-orang yang tak dirindukan surga saja. Hidup melulu penuh benci, kalau ketemu perokok bawaannya mau mendiskriminasi. Mbak Vina, tolong dengarkan pesan saya ya.

Aditia Purnomo