Search

Belajar Dari Pengalaman Masa Kecil Sule dan Rokok

Perokok selalu punya cara dalam mendidik diri maupun lingkungannya. Terlebih ketika harus mendidik anaknya. Seperti yang pernah dialami Entis Sutisna alias Sule dalam pengakuannya pada sebuah program Cagur TV. Cukup mengejutkan memang, pengalaman yang dialami pada masa kecil Sule, yang oleh ayahnya pernah disuruh merokok.

Bukan tanpa alasan memang kenapa ayahnya menyuruh Sule kecil merokok. Kala itu Sule masih duduk di bangku SD. Menurut Sule, ayahnya berlaku begitu agar kelak dia tidak merokok, semata-mata dilakukan agar Sule trauma. Lebih dari itu, ayahnya Sule kuatir kalau anaknya nanti diusili orang jika belum pernah mengalami mengisap rokok.

Diakui hal itu sebetulnya bukanlah cara mendidik yang baik. Seperti yang kita ketahui, anak-anak termasuk golongan yang rentan jika terpapar asap rokok, termasuk pula ibu hamil. Di dalam ketetapan yang dibuat oleh pemerintah, Anak-anak di bawah umur 18 tahun ditetapkan belum boleh merokok. Banyak kalangan tentu setuju bahwa anak-anak dilarang untuk merokok. Iya itu tadi soal masa usia yang masih rentan. Biar bagaimanapun, rokok sebagai produk konsumsi legal juga memiliki faktor risiko.

Sule mendapatkan satu pelajaran penting dari pengalaman di masa kecilnya. Sehingga dia pun dalam mendidik anaknya tidak berlaku seperti itu. Sule punya cara tersendiri dalam mendidik anaknya terkait rokok. Mengenalkan kepada anak tentang sesuatu yang belum pantas dikonsumsi olehnya, tentu bukan dengan cara memberi produk tersebut untuk dikonsumsi. Ada cara yang lebih santun dan terhormat, iya misalnya dengan memberi tahu anak secara persuasif di kala suasana santai dari hati ke hati. Apalagi ketika anak sudah memasuki masa remaja, usia yang lagi rebel-rebelnya gitu deh.

Baca Juga:  Apa Kata Mereka Tentang Hari Tanpa Tembakau Sedunia?

Kita sebagai orang tua haruslah memberi teladan kepada anak. Bukan hanya memberi larangan, namun juga perlu menciptakan satu metode inklusif. Minimal dengan tidak mempertontonkan perilaku merokok kita. Melokalisir ruang di rumah, dimana ruang itu adalah area khusus buat kita merokok ataupula ketika harus menerima tamu perokok. Sesederhana itu kok. Hal yang tak kalah penting lagi iya soal menjaga kebersihan, jangan sampai memperlihatkan sikap serampangan, terkait abu rokok dan puntungnya.

Seperti kita ketahui, di mata kalangan pembenci rokok, aktivitas merokok kita kerap saja dideskreditkan. Selalu saja ada celah dan cara mereka untuk menebalkan stigma negatif terhadap rokok dan perokok. Seperti halnya yang terjadi pada beberapa waktu lalu, ketika ada satu keluarga yang mempertontonkan aktivitas merokok, alih-alih demi mencegah tertular virus Corona, justru jadi menuai banyak protes dan kritikan. Kita sebagai perokok pun menyesalkan ada perilaku tidak mendidik semacam itu.

Atas dalil apapun, anak-anak juga mereka yang tergolong rentan tidak boleh dihasut atau bahkan sampai memaksakan kebiasaan kita kepada keluarga. Apalagi ini menyangkut produk konsumsi yang kerap menjadi kontroversi. Dari pengalaman Sule juga beberapa contoh lain di masyarakat, sudah semestinya kita sebagai perokok dapat berlaku santun, serta tidak bersikap memaksakan kepercayaan kita terhadap rokok. Sekali lagi dalam hal ini yang kita perlukan adalah keteladanan dari kita sendiri sebagai perokok. Bahwa merokok adalah pilihan dewasa yang semestinya tidak patut menjadi media untuk mendidik anak.

Baca Juga:  Kretek Dulu dan Kini Dirongrong Pemangku Kebijakan Sendiri