Press ESC to close

Benarkan Rokok Divine Baik Untuk Kesehatan?

Hadirnya rokok Divine sebagai rokok yang dijadikan perantara penyembuhan telah lama diketahui sebagian kalangan. Sebagaimana yang sejarah telah catatkan, tembakau dimanfaatkan sebagai sarana penghantar spiritual sekaligus peluruh derita tertentu.

Mari kita tilik ke masa pertengahan tahun 1500-an, tembakau memang digunakan sebagai obat. Berbagai cara dilakukan dalam konteks pemanfaatannya, di antaranya dengan dibakar lalu asapnya ditiupkan lewat anus.

Metode penyembuhan semacam ini disebut Tobacco Smoke Enema (TSE). Bahkan pada masa itu, para dokter membuat perangkat khusus untuk melakukan metode TSE. Secara prinsip meteode ini memanfaatkan kualitas stimulan tembakau.

Metode penyembuhan berbasis asap tembakau oleh Prof Gretha melalui klinik balurnya kemudian dihadirkan kembali di abad modern ini. Bersama Prof Sutiman, dedikasi penyembuhan berbasis tembakau menjadi lebih sainstifik, berdasar metode nanobiologi.

Sejatinya metode penyembuhan Tobacco Smoke Enema, dengan menggunakan alat khusus untuk menghembuskan asap tembakau sampai ke rektum atau paru-paru melalui hidung, mulut, juga telinga, sempat populer pada abad 17 sampai awal abad 19.

Secara general, pada masa itu alat peniup asap tembakau ini digunakan untuk menolong pasien gawat darurat. Tak hanya itu, alat ini juga diyakini efektif mengobati kolik, nefritis, histeria, hernia, disentri, sakit gigi, cacingan, bau mulut, bahkan kanker.

Baca Juga:  Debu Pembangunan Jalan Tol Membunuh Senyum Bahagia Petani Tembakau

Tentu pada masa itu belum ada penelitian yang mendedah soal efek tembakau terhadap kesehatan. Khasiat tembakau untuk mengobati penyakit ini diyakini karena efeknya yang menenangkan saraf dan menghangatkan tubuh.

Naumun, semenjak munculnya paradigma kesehatan modern, mulai ditemukannya efek buruk tembakau terhadap kesehatan dan berkembangnya teknologi kedokteran, metode penyembuhan berbasis tembakau mulai ditinggalkan.

Ditandai sejak gencarnya penelitian yang mengaitkan dampak tembakau terhadap penyakit kanker paru-paru. Ditengarai pada tahun 1930, penggunaan tembakau dan rokok mulai ditinggalkan dalam konteks penyembuhan.

Bahkan, oleh pemerintah Amerika Serikat dilarang ketat penggunaannya. Puncaknya, pada tahun 1993, pemerintah AS mulai memasukkan asap rokok sebagai karsinogen, disusul dengan berbagai peraturan baru mengenai pembatasan rokok dan pengendalian tembakau melalui traktat FCTC (Framework Convention Tobacco Control)

Metode TSE di abad modern ini sudah menjadi barang antik yang berhuni di London’s Science Museum. Ini sebetulnya salah satu bukti teknologi kedokteran di masa silam. Kemudian, produk berbasis tembakau berupa rokok Divine hadir di kurun tahun 2000-an dengan menggunakan metode yang tak jauh berbeda.

Baca Juga:  Industri Rokok Moncer di Masa Pandemi

Narasi yang menyertai bisnis rokok Divine pun lantas diinterpretasikan publik memiliki efek baik bagi kesehatan. Kita sebagai perokok tentu tak asing lagi dengan manfaat yang didapat dari merokok, hanya saja menjadi konyol juga, jika percaya sepenuhnya pada apa yang kita konsumsi ini baik untuk kesehatan.

Pengandaian sederhananya, tubuh memang butuh karbohidrat pada nasi sebagai zat pembangun yang mendukung kerja tubuh. Namun, tidak sepenuhnya apa yang dikandung pada nasi baik pula untuk kesehatan.

Di titik inilah intinya, betapapun kita paham manfaat dari yang dikonsumsi, kita juga harus sadar bahwa tak ada produk konsumsi yang tak memiliki faktor risiko.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah