Press ESC to close

House Of Sampoerna Surabaya: Mengabadikan Sejarah Rokok Kretek

Surabaya memang kota metropolitan yang dipenuhi ingar bingar modernisasi, namun di sisi lain juga kaya dengan sejarah-sejarah panjang yang mengelilingi. Sebut saja seperti peristiwa 10 November yang melegenda dengan momen perobekan bagian warna biru pada bendera Belanda di hotel Yamato—yang kini menjadi hotel Majapahit. Tak heran jika di Surabaya kerap ditemui bangunan-bangunan dengan gaya Belanda. Selain hotel Majapahit, bangunan dengan gaya Belanda yang melegenda di Surabaya adalah bangunan jenis museum yang bernama House of Sampoerna. Gedung museum dengan empat pilar besar yang menyangga gedung utamanya ini terletak di Jalan Taman Sampoerna 6, Surabaya. 

Museum sering dimaknai sebagai sebuah tempat yang kurang menarik dan membosankan, karena hanya menyediakan benda-benda antik atau kuno yang bagi generasi milenial mungkin dianggap tidak instagramable. Namun hal itu tidak berlaku bagi museum kretek House of Sampoerna, sebab museum ini mampu menata sekaligus mendesain setiap sudut tempat menjadi terkesan artistik, klasik, sekaligus menarik.

Artistik karena kali pertama memasuki gedung utama sudah disambut dengan interior kayu yang disorot lampu temaram, membuat pengunjungnya seolah dibawa ke masa-masa lampau. Klasik sebab menampilkan koleksi-koleksi kuno seperti sepeda tua (beberapa orang menyebutnya sepeda kebo) yang dulu digunakan oleh pemilik Sampoerna, replika warung rokok zaman dulu, hingga desain bungkus rokok mulai kali pertama pembuatan hingga yang kekinian. Terakhir, disebut menarik karena pihak pengelola House of Sampoerna mampu membawa cerita sejarah menjadi hal yang tidak membosankan.

Setiap potongan sejarah pembuatan rokok kretek oleh PT. HM. Sampoerna terasa asyik diikuti hingga ujung, tanpa sadar seluruh ruangan museum telah tuntas dijelajahi. Misalnya saja tentang replika warung rokok beserta makanan ringan zaman dulu. Hal ini membuat pengunjung bisa mengimajinasikan cara jual-beli orang zaman dulu karena ada benda konkret yang bisa diraba wujudnya, meskipun hanya sekadar replika.

Sejarah Panjang House of Sampoerna

Pada awalnya, House of Sampoerna adalah sebuah panti asuhan untuk laki-laki yang dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda. Didirikan sekitar tahun 1862 (ada juga yang menyebutkan dibangun pada tahun 1864). Kemudian pada tahun 1932, Liem Seeng Tee membeli bangunan tersebut setelah beberapa tahun sebelumnya panti asuhan telah dipindahkan ke tempat lain di Jalan Embong Malang, Surabaya.

Baca Juga:  Punya Pacar Perokok? So What gitu loh!

Saat itu juga, Liem Seeng Tee memanfaatkan bangunan megah tersebut sebagai tempat pertama produksi rokok kretek Sampoerna. Sejatinya, Liem Seeng Tee telah memulai usaha sejak tahun 1913 dengan menyewa warung kecil di Surabaya untuk menjual beberapa bahan pokok dan berbagai produk tembakau. Seiring perjalanan waktu—yang tak selalu berjalan mulus sebab jatuh-bangun adalah hal biasa dalam bisnis—, usaha yang dikelola Liem Seeng Tee berkembang pesat yang akhirnya memiliki nama PT. HM. Sampoerna. Sebuah perusahaan rokok kretek ternama di Indonesia. 

Setelah perusahaan Sampoerna genap berusia 90 tahun atau lebih tepatnya tanggal 9 Oktober 2003, bangunan ini dialihfungsikan sebagai museum yang diberi nama House of Sampoerna. Kendati telah beralih fungsi, di bagian belakang museum ini–yang merupakan tempat pertama produksi rokok kretek Sampoerna—tetap digunakan untuk memproduksi rokok kretek dengan mempekerjakan sekitar tiga ratusan karyawan.

Museum House of Sampoerna terdiri dari dua lantai. Lantai pertama menjadi ruang pameran segala macam koleksi yang berhubungan dengan produksi rokok Sampoerna, mulai dari kali pertama ada hingga melegenda seperti saat ini. Sebut saja seperti cengkeh sebagai bahan baku membuat rokok, beberapa lukisan dan foto tentang tembakau dan proses pengerjaannya, mesin pembuat rokok, hingga replika warung zaman dulu yang bisa dimasuki untuk sekadar selfie—satu yang perlu diingat adalah semua benda yang ada di dalam warung juga hanya replika, tak perlu berangan-angan untuk mencicipinya.

Sementara di lantai dua, terdapat beberapa benda yang berkaitan dengan sejarah peradaban manusia sekaligus menjadi tempat melihat proses produksi rokok Sampoerna dari balik kaca transparan. Para karyawan terlihat didominasi oleh Ibu-ibu yang bertugas melinting tembakau, ada juga yang kebagian memotong hasil lintingan, hingga yang bertugas memasukkan rokok ke dalam bungkus yang telah disediakan. Satu hal juga yang perlu diperhatikan ketika berada di lantai dua museum ini, yakni dilarang keras merekam maupun memotret proses produksi rokok yang dilakukan oleh karyawan. Tentu saja hal ini terkait dengan privasi setiap perusahaan yang harus dihormati oleh para pengunjungnya.

Baca Juga:  Rokok Versi Ketua PBNU dan Wamen Kesehatan
dekorasi House of Sampoer
Gambar 1. Selfie dengan Latar Suasana Jadul

 

Sebuah Upaya untuk Mengabadikan Sejarah Rokok Kretek Sampoerna dan Tempat Bersejarah di Surabaya

Gagasan mendirikan museum yang terbuka untuk umum adalah ide dari generasi muda keluarga Sampoerna yang ingin mengenang perjalanan serta perjuangan bisnis keluarga yang sekaligus mengabadikan memori tentang satu di antara pabrik rokok besar di Nusantara. Untuk masyarakat umum, museum ini juga dapat menambah wawasan tentang pengolahan rokok, perkembangan bungkus rokok dari masa ke masa, hingga tentang kondisi sosial-budaya masyarakat zaman dulu. Setiap manusia akan terhubung dengan tiga masa, yaitu masa lalu, kini, dan nanti. Lewat museum, manusia dapat menemui titik temu di antara tiga waktu tersebut. 

Selain menawarkan sejarah rokok kretek yang melegenda di Surabaya, House of Sampoerna juga menjadi terminal dalam program Surabaya Heritage Track, yakni sebuah program mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Surabaya secara gratis dengan mengendarai bus yang berbentuk seperti kereta trem yang pernah beroperasi di Surabaya tempo dulu. Penggunaan bus model ini semakin menguatkan kesan heritage dalam program tersebut.

Pengunjung tidak dikenakan biaya sedikit pun, meski demikian, calon penumpang tetap harus memesan tiket pada pihak Trackers Information Center House of Sampoerna karena bus hanya berkapasitas sebanyak 22 kursi. Rute tempat bersejarah di Surabaya yang ditawarkan meliputi Surabaya Kota Pahlawan dengan rute Tugu Pahlawan – Gedung PTPN XI; Surabaya Kota Perdagangan dengan rute Klenteng Hok Ang Kiong – Escompto Bank; Surabaya Masa Kependudukan Belanda dengan rute Kantor Pos Kebonrojo – Gereja Kepanjen – Museum Bank Indonesia; Explore Surabaya dengan rute Balai Pemuda – Balai Kota – Museum Bank Indonesia; dan Babad Surabaya dengan rute Kampung Kraton – Balai Kota – Cak Durasim. 

Bus Surabaya Heritage Track
Gambar 2. Memandang Bus yang Digunakan untuk Surabaya Heritage Track

 

Akhir kata, mengutip pidato Bung Karno, ‘Jas Merah’: Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah. 

Akhmad Idris
Latest posts by Akhmad Idris (see all)

Akhmad Idris

Dosen Bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa dan Sastra Satya Widya Surabaya