Press ESC to close

Menebak Rokok yang Dihisap Refal Hady dalam Film Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

Bagi sobat kretekus pembaca karya-karya Puthut EA, pastinya sudah tahu bahwa film “Cinta Tak pernah Tepat Waktu” diangkat ke layar lebar dengan pemeran utama Refal Hady.

Film besutan Hanung Bramantyo berdurasi 1 jam 50 menit itu mengajak penonton masuk ke pergulatan batin Daku Ramala (Refal Hady) dalam pencarian cinta yang kerap kali diliumat oleh waktu.

Tulisan ini akan mengandung sedikit spoiler. Pertimbangakan untuk nonton filmnya dulu sebelum membaca tulisan ini.

***

“Aku seorang penulis yang biasa hidup dengan tuntutan waktu, tapi aku paling tidak bisa, kalau cintaku pun, tertuntut juga oleh waktu.” Begitu kalimat pembuka Refal Hady sebagai Dau Ramala membuka film.

Film ini memang berhasil membuat para lelaki terintimidasi. Karena memang menggambarkan bagaimana laki-laki sering gagap saat diminta kepastian atas suatu hubungan.

Bahkan begitu pula yang saya alami. Sepulang dari menonton film tersebut, pacar saja melempar pernyataan tajam, “Kau sangat mirip dengan Daku Ramala.”Ssial, saya tak bisa berkata-kata.

Oleh sebab itu, mari kita obrolkan hal lain dalam film ini. Kiita kesampingkan dulu soal cinta. Mari kita bahas rokok apa yang sebenarnya dihisap oleh Daku Ramala, pacar keduanya, maupun sahabat tongkrongannya. Rokok seolah tak lepas dari tokok-tokoh dalam film ini.

Rokok kretek: teman setia Refal Hady

Dalam film “Cinta tak pernah Tepat Waktu”, tampak berkali-kali Daku Ramala menghisap rokok kretek.

Baca Juga:  Pabrik Rokok, Buruh, dan Pandemi

Wajar saja Daku memilih rokok kretek. Karena “kesetiannya” pada waktu.

Rokok kretek dapat dihabiskan dengan waktu sekitar 10 menitan. Maka sangat cocok untuk menjadi teman bagi yang bergelut di industri kreatif, misalnya penulis seperti Daku.

Lalu kira-kira merek rokok apa yang Daku Ramala dan pemain lainnya hisap  dalam film tersebut? Berikut tebakan saya…

Tenor Reguler

Sepertinya, Daku Ramala itu mengisap kretek Tenor, karena batang yang Daku hisap itu berwarna hijau.

Selain itu, Tenor juga cuma dibanderol dengan harga Rp11.000 saja. Maka, sangat wajar jika seorang penulis lepas dari Jogja itu memilih kretek Tenor sebagai teman berkaryanya.

Saya pun merasakan sendiri bagaimana nikmatny Tenor meski harganya murah. Sangat tepat menjadi teman pekerja kreatif.

Djarum King FIlter teman curhat Refal Hady

Pada scene ketika Daku Ramala stress memikirkan masa depannya kepada Nadya yang meminta kepastian hubungan cinta mereka, Daku Ramala pergi curhat ke temannya yang sedang sibuk mengurus film.

Sembari curhat, Daku meminta rokok kepada temannya, supaya obrolan mengalir dengan tenang.

Bungkus rokoknya tampak berwarna biru dan besar. Rokoknya pun filter. Saya jadi curiga bahwa rokok yang Daku hisap itu adalah Djarum King Filter.

Baca Juga:  Etika dalam Perang Tembakau

Pasalnya, baik dari warna bungkus dan batangnya itu mirip banget. Ukuran batangnya juga besar. Mungkin memang Daku butuh rokok yang berukuran King Size untuk meluapkan kepusingannya.

Djarum Espresso

Selain kelir batang yang berwarna hijau, yang paling sering saya lihat, Daku menghisap rokok kretek tangan berwarna hitam. Bukan hitam full.

Nah, rokok kretek dengan kelir berwarna hitam yang paling sering saya lihat di tongkrongan itu, Djarum Espresso.

Kretek ini awet, rasa kopinya juga nendang. Selain cocok untuk teman menulis, rasa kopinya yang nendang pun cocok juga untuk pelipur lara.

Bagaiman tidak, ketika pasangan meminta kepastian di tengah pergulatan batin, maka kretek yang nendang akan sangat cocok untuk kontemplasi!

Juru Bicara Komunitas Kretek, Rizky Benang

BACA JUGA: Setelah Berganti-ganti Merek Rokok, Saya Putuskan WIN Kretek Berry Jadi Rokok Harian Terbaik dan Ramah Kantong

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *