Petani tembakau di Temanggung adalah identitas, harga diri, dan nilai budaya.
Sudah lima tahun saya merantau di Jogja. Setiap kali ada orang yang kenalan, saya tidak malu-malu menyebutkan asal tempat tinggal saya: Temanggung. “Owh terkenal tembakaunya, ya?” Jawab orang yang berkenalan dengan saya.
Memang benar, bahwa Temanggung dijuluki sebagai Negeri Tembakau. Surganya tembakau yang di Temanggung. Bahkan ada tembakau paling mahal dan paling enak yang bumi Temanggung hasilkan. Tembakau Srintil namanya. Mengenai srintil tidak semua lahan di Temanggung yang menghasilkan jenis tembakau ini. Ada faktor ketekunan dan keberuntungan untuk bisa menghasilkan Srintil yang berkualitas.
Boleh dibilang bahwa banyak masyarakat Temanggung menggantungkan hidupnya kepada tembakau. Orang-orang bisa menyambung hidupnya karena menanam tembakau. Bahkan ada salah satu petani tembakau di Temanggung yang mengatakan kalau menganti tanaman lain selain tembakau sama halnya menanam hutang.
Tembakau bagi masyarakat Temanggung sudah menjadi identitas, harga diri, dan juga budaya. Alias saya mau mengatakan bahwa masyarakat Temanggung memiliki hutang budi dengan tembakau.
Tapi sayang seribu sayang, hal itu tidak linier dengan pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia, setidaknya di rezim Jokowi menjadi momok menakutkan bagi petani tembakau. Rezim Jokowi melalui kroni-kroninya selalu melakukan Upaya untuk menghancurkan Industri Hasil Tembakau. Dari mulai meminta petani tembakau untuk berganti tanaman lain, melahirkan undang-undang yang menyudutkan tembakau, dan tidak kalah penting adalah menaikan cukai rokok setiap kali pergantian tahun.
FYI aja, Jokowi telah menaikan cukai rokok 100% lebih selama dirinya menjabat 2 periode. Miris sekali bukan. Kenaikan cukai ini juga berimbas ke petani tembakau yang ada di Temanggung.
Kenaikan Cukai Berdampak pada Petani Tembakau di Temanggung
Ketika cukai rokok naik maka sangat berimbas ke petani tembakau yang ada di Temanggung. Petani tembakau Temanggung jadi mengeluh harga jualnya rendah. Yang disalahkan adalah pabrik. Padahal harga jual turun itu adalah imbas dari kenaikan cukai yang dilakukan secara terus-menerus sehingga membuat permintaan menurun.
Tembakau Temanggung itu peruntukannya biasanya digunakan untuk rokok-rokok golongan 1. Tembakau daerah ini juga dikenal sebagai tembakau lauk, alias hanya sebagai campuran saja. Campuran bagi rokok-rokok golongan 1. Dan belakangan rokok golongan 1 produksinya menurun karena masyarakat lebih memilih rokok ilegal, tingwe, atau rokok-rokok dari golongan selain 1. Sehingga di sinilah penyebab kenapa petani tembakau di daerah saya menjadi mengeluh.
Bahkan imbas kenaikan cukai bukan hanya membuat petani mengeluh tapi menderita. Bayangkan Temanggung yang dikenal sebagai Negeri Tembakau justru oleh pemerintah ingin dibabat dengan berbagai macam regulasinya. Pemerintah tidak pernah memikirkan bagaimana puluhan ribu orang di Temanggung menggantungkan hidupnya dari tembakau!!
- Kita Harus Menghentikan Upaya Penghancuran Kretek - 5 December 2024
- 3 Hal Sederhana yang Bikin Perokok Kesal - 2 December 2024
- Untuk Pemerintah Daerah Baru Nantinya Jangan Keliru Ambil Kebijakan terhadap Industri Hasil Tembakau - 1 December 2024
Leave a Reply