Press ESC to close

Siapa Bilang Anak Muda Tidak Bisa Nglinting?

Produsen rokok memudahkan para perokok untuk menikmati tembakau. Dengan adanya mereka, perokok tidak perlu repot untuk nglinting ataupun mencari tembakau beserta bahan racikannya. Perokok tinggal beli, bakar, lalu hisap. Semudah itu.

Dalam sejarahnya, sebelum ada produsen rokok di Indonesia, masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan menikmati tembakau dengan cara nginang dan nglinting. Hal ini bisa dilihat dari sejarah Raja Kretek Nitisemito. Ialah Mbok Nasilah, isteri Nitisemito, yang dianggap sebagai penemu kretek. Cerita singkatnya, Mbok Nasilah yang geram dengan ulah para kusir dokar yang nginang di warung makannya tanpa aturan, berinisiatif membuat racikan tembakau, cengkeh dan dibungkus klobot jagung.

Banyak orang yang suka dengan racikan Mbok Nasilah. Melihat peluang tersebut, Nitisemito fokus menjadi produsen rokok. Ia akhirnya menjadi produsen rokok pertama yang sukses di Indonesia sebelum Indonesia merebut kemerdekaan. Dengan adanya produsen seperti Nitisemito, apakah perokok pada saat itu selalu menunggu produknya? Tidak juga. Justru dengan penemuan Mbok Nasilah, banyak orang yang meniru bagaimana membuat rokok kretek itu. Hingga akhirnya kan, perusahaan Nitisemito juga mengambil hasil produksi dari pekerja rumahan. Maksudnya, orang mengambil bahan rokok, lalu mereka membuat rokoknya di rumah. Ketika sudah selesai, pekerja rumahan tadi menyetorkan ke pabrik dan pabrik siap memasarkannya.

Baca Juga:  Tak Bisa Berkurban dan Haji Karena Merokok Itu Cuma Pikiran Orang Tak Mampu

Untuk menikmati rokok jenis klobot ini, perokok harus pandai-pandai nglinting. Kalau tidak bisa, berarti membeli barang jadi. Tak heran, kalau banyak orang tua banyak yang bisa melakukannya dengan lihai.

Sekarang, banyak perusahaan yang mengikuti jalan sukses Nitisemito dalam bisnis rokok. Bahkan, inovasi produksinya sudah sampai menggunakan mesin. Hal itu mungkin menjadi salah satu faktor bagi perokok untuk meninggalkan nglinting atau bahkan tidak tahu caranya sama sekali. Lalu, benarkah demikian? Tidak.

Melinting tembakau memang kerap dianggap sebagai cara lama untuk menikmati sebatang rokok di jaman yang serba praktis ini. Namun jaman praktis ini bukanlah menjadi satu alasan untuk meninggalkan nglinting. Cara tradisional ini masih dipakai baik itu orang tua maupun anak muda.

Kita lihat kembali adegan dalam film Surat Dari Praha saat ada adegan Dewa yang diperankan oleh Rio Dewanto, memberikan satu lintingan kretek pada Jaya, diperankan oleh Tio Pakusadewo. Adegan tersebut menggambarkan bahwa orang tua dan anak muda, yang hidup di Praha, Ceko, merindukan kretek negeri ini. Mereka menikmati tembakau dengan cara nglinting. Nikmat.

Baca Juga:  Menguak Dunia Dalam Anak Petani Tembakau

Di Indonesia sendiri saya masih menemukan banyak orang yang nglinting baik itu perorangan atau kelompok, tua atau muda. Alasannya bervariasi. Ada yang beralasan bahwa memilin tembakau dengan berbungkus kertas itu sebagai sebuah seni. Ada juga yang memanfaatkannya sebagai sarana untuk merasakan macam-macam rasa tembakau mulai dari yang soft hingga yang nendang. Bahkan, banyak juga yang menganggap bahwa nglinting itu sebagai usaha untuk mengurangi sifat konsumtif alias irit.

Bagi para pemuda nglinting menjadi salah satu cara berhemat. Terutama mereka yang berpenghasilan kecil, bahkan belum bekerja. Hal ini dilakukan untuk menikmati hasil bumi Indonesia: tembakau. Maka, atas alasan-alasan tadi, pemuda sekarang seharusnya bisa tingwe, nglinting dhewe (melinting sendiri).

Furqon Nazali

Bergembira sebelum negara api menyerang