
Jika dalam bungkus rokok tertulis “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin”, maka tidak bagi Suku Batak Angkola. Bagi mereka, merokok dapat menyebabkan budaya lestari, meningkatkan konsentrasi, menghangatkan obrolan, dan mengundang kebahagiaan.
Merokok adalah aktivitas legal dan bukan sekadar menikmati kepulan asap. Lebih jauh dari itu, merokok merupakan sendi kehidupan dan kebudayaan.
Suku Batak Angkola di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara, menjadikan rokok sebagai satu hal yang sangat penting peranannya.
Sakralnya rokok dapat dilihat dalam acara adat, seperti saat pernikahan, peringatan kelahiran anak, syukuran dan kematian.
Maka, tidak heran jika dalam proses adat tersebut kita akan dengan mudah menemukan rokok tersedia dalam gelas untuk dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Kepulan asap akan mewarnai kehangatan acara.
Bagi Suku Batak Angkola, setidaknya ada empat falsafah mengenai merokok, antara lain:
Budaya Menyediakan Rokok Suku Batak Angkola
Termaktub dalam literatur Forum Komunikasi Antar Lembaga Adat (FORKALA) pada bagian bab “Pasahat Siulaon Nagodang”, timbako (tembakau) dan pusuk (daun nipah) menjadi dua hal yang wajib ada dalam sebuah prosesi adat Suku Batak Angkola.
Timbako menurut kamus Angkola Indonesia adalah tembakau Nicotina Tabacu. Yakni daun tembakau yang diracik dan dikeringkan untuk rokok. Sedangkan pusuk adalah pucuk daun nipah yang digunakan sebagai pengganti rokok.
Keberadaan dua hal tersebut dalam setiap prosesi adat merupakan tinggalan turun-temurun hingga sekarang.
Merokok Meningkatkan Konsentrasi
Bagi pemangku adat yang sering memimpin prosesi adat di Suku Batak Angkola, merokok sangat membantu dalam meningkatkan konsentrasi.
Setiap prosesi adat tertentu, para pemangku adat biasanya akan memberikan petuah-petuah kehidupan. Ketika sedang memberikan petuah tersebut, selalu terselip batang rokok di tangannya.
Masyarakat adat Batak Angkola percaya bahwa merokok bisa menghasilkan perasaan dan pikiran yang positif. Dengan begitu, saat memberikan petuah pun, yang keluar adalah petuah-petuah luhur.
Merokok Menghangatkan Suasana dan Obrolan Suku Batak Angkola
Dinginnya Kota Padangsidimpuan juga mempengaruhi tradisi merokok. Hal itu tercermin ketika masyarakat selesai menunaikan ibadah salat Subuh. Biasanya mereka menghangatkan badan dengan merokok sambil bercengkerama.
Keberadaan rokok juga membuat suasana prosesi adat jadi menyenangkan dan akrab. Masyarakat mempercayai, dengan merokok, acara akan berjalan lancar.
Melawan Kebosanan dengan Merokok
Seperti pada umumnya acara adat yang memakan waktu berjam-jam, pasti menimbulkan rasa bosan.
Maka, ketika sesi wejangan, biasanya masyarakat akan duduk takzim. Untuk mengatasi kebosanan, merokok menjadi salah satu caranya. ]
Juru Bicara Komunitas Kretek, Rizky Benang
Leave a Reply