
Sejak pindah ke Jogja awal 2024 lalu, hingga sekarang, saya selalu berkaca-kaca setiap sesekali membeli rokok MLD Fresh Cola. Sebab, rokok tersebut menjadi penanda, bahwa ternyata keuangan saya cenderung membaik ketimbang sebelum-sebelumnya.
Bertahun-tahun sebelumnya, kala masih merantau di Surabaya, saya nyaris tidak pernah mencecap rokok enak. Apalagi mahal.
Saya hanya mampu membeli rokok di harga tidak sampai Rp20 ribu. Jika sebuah merek rokok menyentuh angka tersebut apalagi di atasnya, saya memilih urung membeli.
Rokok murah itu pun tentu tidak lantas habis dalam semalam. Untuk satu bungkus isi 12 batang, saya mengaturnya agar tahan sampai tiga hari. Jadi perharinya saya hanya menghisap empat batang: dua batang setelah makan (saya umumnya makan dua kali sehari), dan dua batang sisanya saat nongkrong.
Di titik tertentu, jika sedang sangat terpaksa, saya akan membeli rokok ilegal. Hanya dengan Rp8 ribu, saya dapat menghisap satu bungkus rokok isi 20 batang. Tapi ini tidak dibenarkan. Sekali lagi, saya terpaksa dan merasa bersalah.
Maka, pada 2023, saya agak terbantu dengan teman saya. Kakak teman saya yang penjual tembakau melinting rokok dalam jumlah besar. Lalu dikirim ke teman saya. Demi menghemat dan menghindari rokok ilegal, maka saya memilih membeli hasil lintingan tersebut.
Sebatang MLD Fresh Cola dari Puthut EA
Pada penghujung 2024, Puthut EA—direktur Mojok.co—mengajak saya bertemu di sebuah kafe di kawasan Jalan Tunjungan Surabaya. Itu pertemuan kali ketiga kami.
Saat itu, saya nekat membawa rokok ilegal. Saya hisap dengan percaya diri di hadapannya. Tanpa saya tahu kalau hal itu tentu saja mengganggunya. Bagaimanapun, Puthut EA juga merupakan aktivis kretek.
“Beli rokok yang bercukai lah. Coba rokok ini, rasanya enak,” ujar Puthut EA sembari menyodorkan sebatang rokok MLD Fresh Cola.
Saya menerimanya dengan debar dan ragu-ragu. Maklum, baru kali itu saya berbagi rokok dengan seorang direktur sebuah media populer di Jogja.
“Kapsulnya klik. Itu bikin seger,” ucap Puthut EA. Benar saja. Kapsul itu memberikan sensasi cola. Itu menjadi rokok terenak yang pernah saya coba setelah bertahun-tahun mengonsumsi rokok murahan, ilegal, hingga lintingan.
Melewati kemiskinan
Pertemuan dengan Puthut EA itu mengubah banyak hal dalam hidup saya. Termasuk pada pilihan merokok.
Melalui tawaran Puthut EA, juga setelah melewati rangakaian seleksi, saya akhirnya resmi bekerja di Mojok.co, Jogja. Gaji yang saya terima jauh lebih baik ketimbang yang pernah saya terima di Surabaya dulu.
Sejak saat itu, saya berhenti mengonsumsi rokok ilegal. Harus produk bercukai. Saya pun mulai berani mengeksplor beragam merek.
Sebenarnya, paling sering tetap Djarum Coklat Extra. Entah kenapa saya merasa tetap perlu berhemat.
Namun, sesekali saya membeli rokok MLD Fresh Cola. Hingga setahun berlalu, ada perasaan sentimentil tiap membeli rokok keluaran Djarum tersebut. MLD Fresh Cola seperti menjadi tanda bahwa masa-masa sulit saya sudah berlalu dan tertinggal di belakang. Tuhan Maha Baik.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Komunitas Kretek
BACA JUGA: Djarum Super MLD Cola, Inovasi Tiada Tanding dari Kudus
- Sejarah dan Alasan Hari Kretek Diperingati 3 Oktober Bukan di Tanggal Awal Peracikannya oleh H. Djamhari - 24 April 2025
- Merokok Tidak Ada Hubungannya dengan Moral, Karena Ada yang Nggak Merokok tapi Korupsi - 21 April 2025
- Hubungan Pabrik Rokok dengan Konsumen Disebut kayak Budak dan Majikan, Padahal Bentuk Nyata Slogan “Dari Rakyat untuk Rakyat” - 16 April 2025
Leave a Reply