
Tembakau adalah emas hijau bagi masyarakat Temanggung. Melansir Harian Jogja, pada 2024 lahan tanam tembakau di sana diperkirakan mencapai 14.000 hektare. Angka yang kemudian mampu membuat perputaran ekonomi fantastis hingga para petani hidup makmur.
Sialnya, sejak masa Orde Baru (Orba) sampai sekarang, petani tembakau kerap kali mendapat perlakuan tidak adil. Industrinya dihimpit, sementara negara menikmati cukai rokok dari hasil mata rantai industri hasil tembakau (IHT).
Isu inilah yang mendorong budayawan Mohamad Sobary terjun langsung ke Temanggung untuk ikut menyuarakan lewat penelitian disertasi bertajuk “Perlawanan Politik dan Puitik (Ekspresi Politik Petani Temanggung)”.
Dari Temanggung menyerukan perlawanan untuk petani tembakau
Mohamad Sobary, atau yang akrab disapa Kang Sobary, lahir pada 7 Agustus 1952. Ia adalah budayawan yang menentang narasi antirokok perihal bahayanya rokok bagi manusia. Perlawanan itu bermula ketika Mohamad Sobary melangsungkan pendidikan S3 di Universitas Indonesia (UI) dan mengambil penelitian disertasi berlangsung pada tahun 2010-2011.
Hasil disertasi tersebut lalu dicetak menjadi buku “Perlawanan Politik & Puitik Petani Tembakau Temanggung”.
Merujuk dari Kabar Kampus, pada 2010 Kang Sobary berangkat ke Temanggung. Ia ikut duduk langsung bersama petani, bercengkerama mengenai dunia tembakau yang selama ini menjadi mata pencaharian sekaligus kebudayaan masyarakat Temanggung.
Dari situ Kang Sobary menyadari bahwa peraturan yang dibuat setiap pemerintah selalu mencekik petani.
Sebagai informasi, di masa Orba, petani cengkeh dicekik oleh BPPC yang dikomandoi Tommy Soeharto. Kemudian masa pemerintahan Bj Habibie membuat Keputusan Presiden (Keppres) tentang tembakau dan rokok. Kang Sobary menganggap Keppres itu hanyalah titipan asing.
Asap perlawanan dari petani tembakau Temanggung
Berbicara mengenai titipan asing, itu adalah kebijakan-kebijakan yang merugikan IHT. Sebut saja WHO yang selalu mengampanyekan agar petani beralih ke tanaman lain, tidak menanam tembakau lagi.
Begitu pula dengan perang dagang nikotin yang dilakukan oleh industri farmasi. Itu termaktub dalam buku “Nicotine War” karya Wanda Hamilton.
Kembali ke masa perjuangan Kang Sobary di Temanggung. Dalam rangka melawan PP 109/2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, ribuan petani Temanggung berkumpul merokok bersama untuk membuat asap perlawanan atas kebijakan pemerintah yang merugikan petani. Para petani dalam aksinya itu dikenal sebagai Laskar Kretek.
Dari perjalanan penelitian disertasi itulah Kang Sobary mendeklarasikan bahwa, “Merokok adalah pilihan politik satu-satunya, (dan) merokok adalah bahasa perlawanan dan ideologis.”
Merokok ya melawan
Disertasi puitik Kang Sobary meraih predikat sangat memuaskan. Melansir Antara, dalam ujian meraih gelar doktor yang berlangsung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI Depok, Fentiny Nugroho, MA, PhD sebagai penguji mengatakan baru kali itu sebuah disertasi ditulis dengan kepala, tangan, dan hati.
“Petani dan kita-kita ini berjuang di jalan dan lewat demo-demo. Itu sebabnya para petani Temanggung mendeklarasikan Laskar Kretek,” ucap Kang Sobary yang termuat di Kabar Kampus.
Penelitian dalam rangka membela hak petani ternyata begitu berpengaruh dalam kehidupan Kang Sobary. Di usia senjanya (58 tahun) Kang Sobary memilih untuk merokok. Keputusannya untuk menghisap kretek awalnya ditentang oleh keluarga karena dianggap merokok dapat merusak tatanan keluarga.
Tetapi setelah disertasinya terpublikasi secara luas, sang istri pun akhirnya kagum. Karena bagi Kang Sobary, merokok adalah bentuk perlawanan.
Juru Bicara Komunitas Kretek, Rizky Benang
BACA JUGA: Ketika Masyarakat Temanggung Lebih Suka Bawa Tembakau daripada Rokok Pabrikan
- Sejarah dan Alasan Hari Kretek Diperingati 3 Oktober Bukan di Tanggal Awal Peracikannya oleh H. Djamhari - 24 April 2025
- Merokok Tidak Ada Hubungannya dengan Moral, Karena Ada yang Nggak Merokok tapi Korupsi - 21 April 2025
- Hubungan Pabrik Rokok dengan Konsumen Disebut kayak Budak dan Majikan, Padahal Bentuk Nyata Slogan “Dari Rakyat untuk Rakyat” - 16 April 2025
Leave a Reply