“Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak.” Pepatah ini sangat cocok untuk kaum antirokok yang selalu menyalahkan rokok dari sisi kesehatan. Sementara mereka (antirokok) abai dengan kampanye kesehatan itu sendiri. Senjata antirokok dari dulu selalu sama: narasi perokok pasif.
Tentu ini bukan tuduhan. Pasalnya, Koalisi Bebas Tar menyarankan para perokok untuk beralih ke produk tembakau alternatif, alih-alih mengampanyekan gaya hidup sehat seperti olahraga.
Salah satu narasi jualan yang sering antirokok gaungkan adalah “perokok pasif”. Narasi ini sudah sangat populer di masyarakat. Sialnya, kita terbiasa menerima mentah-mentah informasi populer karena saking terbiasanya terpapar.
Tidak heran, karena kebohongan yang terus-menerus dipertontonkan akan menjadi kebenaran. Saya greget, tidak habis pikir ,sekaligus menyayangkan dengan sikap tidak skeptis ini. Dampaknya tidak main-main, kita bisa saja menyebar hoaks tanpa sadar karena malas verifikasi.
Penelitian tentang Perokok Pasif Sudah Kadaluarsa
Bagi teman-teman yang sedang mengerjakan skripsi pasti relate bahwa dalam variabel tertentu kita tidak boleh mengambil penelitian yang sudah berjarak lima tahun lebih, kecuali variabelnya tidak ada penelitian terbarunya, atau tidak ada yang membatalkan kevalidannya. Itu kan salah satu tantangan skripsi.
Kita beralih ke penelitian tentang perokok pasif, risetnya dilakukan oleh peneliti di Amerika Serikat oleh Environmental Protection Agency (EPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat.
Hasil risetnya mengemukakan bahwa perokok pasif adalah masalah yang sangat serius karena sudah membunuh sekitar 3.000 non perokok Amerika setiap tahunnya akibat kanker paru-paru.
Sebagaimana mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, kita tidak boleh langsung senang ketika menemukan penelitian yang sesuai dengan variabel kita. Coba cek lagi, apakah penelitian tersebut masih valid?
Pada November 1995 Congressional Research Service (CRS) USA telah membatalkan kevalidan riset Environmental Protection Agency (EPA). CRS merilis laporan analisis kritis terhadap metode dan kesimpulan EPA setelah melalui studi selama 20 bulan. Kemudian pada tahun 1998, hakim federal menyatakan riset EPA batal dan tidak berlaku.
Tidak Ada Hubungannya Paparan Asap Rokok dengan Kesehatan Non Perokok
Lalu pada 2003, British Medical Journal (BMD) merilis makalah definitif tentang perokok pasif. Dalam penelitiannya melibatkan sekitar 35 ribu jiwa di California yang tidak merokok.
Hasilnya, tidak ditemukan hubungan statistik yang signifikan antara paparan asap rokok terhadap orang yang tidak merokok dan kematian akibat kanker paru-paru.
WHO juga menambahkan bahwa polusi udara seperti asap kendaraan menjadi penyebab utama kanker paru-paru. Bukan rokok. Sekali lagi, bukan rokok.
Kendati demikian, kaum antirokok tetap menggunakan data usang tersebut. Ini kalau skripsian harusnya tidak lulus. Dari sini jadi semakin jelas bahwa kaum antirokok tidak benar-benar peduli tentang kesehatan, melainkan jualan.
Pasalnya, kenapa mereka tidak mau mendengarkan dr. Tirta yang mengatakan merokok tapi olahraga, jauh lebih baik daripada tidak merokok dan tidak olahraga.
Juru Bicara Komunitas Kretek, Rizky Benang
BACA JUGA: Perokok Sudah Bayar Iuran BPJS, Tapi Malah Diancam Nggak Dilayani
- Pemerintah Terlalu Alergi dengan Seni: Bungkus Rokok Tak Boleh Nyeni, Seniman Tak Punya Penghidupan - 22 January 2025
- Penghasilan Rp20 Ribu Tak Dianggap Miskin: Bukti Negara Miskinkan Rakyatnya, Lucunya Tuduh Rokok Jadi Penyebabnya - 21 January 2025
- Urusan Moral dan Akhlak Tidak Ada Hubungannya dengan Rokok, Biar KamiCari Sendiri - 20 January 2025
Leave a Reply