Press ESC to close

Harga Jual Eceran Rokok Tak Naik, Purbaya Tidak Mau Jadi Tukang Kibul seperti Menkeu Sebelumnya

Kabar baik untuk kretekus se-Indonesia, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tidak hanya menahan kenaikan cukai rokok. Ia  juga tidak akan menaikkan Harga Jual Eceran (HJE) rokok.

Apa yang dilakukan Menkeu Purbaya sudah tepat. Karena sama saja bohong ketika cukai tidak naik tapi HJE naik. Dampak buruk seperti merebaknya rokok ilegal, pabrik legal gulung tikar, tembakau petani tak terserap, dan buruh di PHK–akan tetap ada.

Mengingat kebijakan cukai dan HJE itu berkesinambungan dampaknya, tidak bisa berdiri sendiri. Sederhananya sama seperti memberantas rokok ilegal tapi tidak menahan kenaikan cukai. Sama saja bohong.

Untungnya Menkeu Purbaya tidak mengikuti jejak buruk Menkeu sebelumnya, Sri Mulyani. Pasalnya, sebelum Sri Mulyani mundur. Kebijakan terakhirnya adalah tidak menaikan cukai rokok tahun 2025 tapi tetap menaikan harga rokok.

Akibatnya fatal, industri kretek dari hulu ke hilir sekarat. Untuk mengetahui polanya, kita perlu memahami apa itu cukai rokok dan harga jual eceran (HJE) rokok.

Apa itu cukai rokok?

Cukai rokok adalah pajak khusus yang dikenakan pemerintah pada setiap batang rokok, baik itu rokok kretek, putih, maupun elektronik. Dengan landasan hukum UU No. 39 tahun 2007 tentang Cukai.

Tujuan dari cukai adalah menambah penerimaan negara, serta dalih pengendalian konsumsi. Meskipun sebetulnya lebih besar bagian menambah anggaran negaranya. Karena bagi rezim, cukai adalah cara untuk menambah anggaran dengan cepat. Itulah sebabnya cukai naik melambung tinggi dengan ugal-ugalan.

Lalu bagaimana penerapan cukai rokok? Nah, penerapannya untuk setiap rokok itu beda-beda. Jadi rokok kretek, putih dan elektronik tidak sama. Bahkan untuk di jenis rokok yang sama juga berbeda.

Baca Juga:  Peneliti: Nikotin Bisa Jadi Obat Corona

Tapi kita ambil contoh cukai rokok sigaret kretek mesin (SKM) golongan 1;  Djarum Super yang cukai per batangnya senilai Rp1.23. Satu bungkusnya isi 12 batang, artinya cukai keseluruhannya senilai Rp14.772. Artinya, Rp14.772 adalah yang yang masuk ke negara dari satu bungkus Djarum Super.

Apa itu Harga Jual Eceran (HJE) rokok?

Harga Jual Eceran (HJE) adalah harga minimum yang boleh dijual di pasaran. HJE ditetapkan oleh pemerintah. Acuannya dihitung dari tarif cukai dan margin sesuai golongan jenis rokok. Jadi harga rokok itu ditentukan oleh pemerintah, bukan pabrik.

Di persoalan HJE ini Menkeu Purbaya kembali memihak Industri Hasil Tembakau. Karena ia tidak hanya menahan kenaikan cukai tembakau, tapi juga menahan kenaikan harga rokok.

Berbeda dengan pendahulunya, Sri Mulyani Indrawati, yang menetapkan cukai rokok pada 2025 tidak naik, tapi harga rokok tetap dinaikan! Bagi Purbaya, kebijakan semacam itu sama saja bohong, alias tukang tipu.

“Belum ada kebijakan seperti itu, saya nggak tahu. Harusnya sih nggak usah, kalau nggak kan tipu-tipu. Anda anggap saya tukang kibul (tipu). Nggak naik, tapi harganya dinaikin sama aja kan,” ujar Menkeu Purbaya dikutip dari CNBC Indonesia Senin (13/10/2025).

Sri Mulyani melakukan itu dengan landasan pengendalian konsumsi. Ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97 Tahun 2024 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.010/2021 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau Berupa Sigaret, Cerutu, Rokok Daun atau Klobot dan Tembakau Iris yang ditetapkan pada 4 Desember 2024.

Baca Juga:  Jangan Buat Keruh Kondisi Pasca Bencana dengan Larangan Merokok Bagi Para Korban

Adapun pertanyaan mengapa harga rokok di pasaran lebih murah daripada harga HJE atau yang tertera di pita cukai pada bungkus rokok? Alasannya sederhana, itu karena pabrik ngasih diskon harga jual.

Pentingnya Harga Jual Eceran (HJE) rokok tidak naik

Dari paparan di atas kita tahu bahwa dulu Sri Mulyani menjadi tukang kibul, bila kita memakai kata-kata Menkeu Purbaya. Pasalnya, cukai rokok dan HJE; dua-duanya ikut mempengaruhi harga rokok.

Maka tidak bisa jika hanya menahan kenaikan salah satunya, harus keduanya. Karena tujuannya Menkeu Purbaya menahan kenaikan keduanya supaya industri hasil tembakau tidak hancur.

Itulah sebabnya ia tidak mau jadi tukang kibul, dan konsisten menahan keduanya tidak naik.

Juru Bicara Komuniras Kretek, Rizky Benang

BACA JUGA: Laki-laki Perlu Belajar dari Perempuan Soal Menjadi Perokok Santun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *