Press ESC to close

Di Hadapan Rokok, Kita Semua Sama

“Kalau ada persatuan semua bisa kita kerjakan, jangankan rumah, gunung dan laut bisa kita pindahkan.” (Pramoedya Ananta Toer)

Hidup di tengah-tengah masyarakat yang heterogen seperti Indonesia memang terasa sangat menantang. Maksudnya, kita akan melihat banyak perbedaan dalam setiap lini kemasyarakatan; agama, budaya, bahasa, bahkan pilihan politik. Kalau tidak mampu memahami Bhineka Tunggal Ika, perpecahan adalah sebuah keniscayaan.

Sebagai sebuah semboyan, Bhineka Tunggal Ika harus dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberagaman yang ada bukan untuk diseragamkan, tapi untuk disyukuri dan dirayakan. Persatuan Indonesia adalah salah satu bentuk perayaan keberagaman. Bukankah begitu yang kita terima di kelas Kewarganegaraan dulu?

Sebentar.. maksudnya, persatuan Indonesia yang dalam sila ke-tiga, ya. Bukan partai politik yang punya mars nganu itu.

Sudah, sudah. Kita cukupkan sampai sini dulu review-nya. Terlalu lama mengingat-ingat kisah kasih pelajaran di sekolah, membuat saya lambat menatap masa depan.

Begini, sebenarnya saya agak risih melihat perdebatan para netizen di lini masa sosial media. Perdebatan yang saya maksud bukan hanya antara fandomcapres saja, tapi juga fans klub sepakbola, fans Indonesian Idol, juga perdebatan anti rokok dengan dirinya sendiri.Ya, kelompok yang terakhir memang lebih sering berdebat dalam kepalanya sendiri.

Mengenai persatuan, tak hanya masyarakat yang harus paham, tapi juga para politisi. Adalah Adian Napitupulu dan Fadli Zon, dua dari beberapa tokoh politik yang menjadi media darling di Indonesia. Hampir semua penikmat acara debat di televisi pasti kenal dengan dua sosok kontroversial ini, termasuk Fahri Hamzah—duet maut Fadli Zon. Sangking seringnya berdebat, saya sempat mengira bahwa mereka tetap akan berdebat sekalipun sedang bersama dalam sekoci yang nyaris tenggelam.

Baca Juga:  Rencana Ngawur Penghapusan Bantuan Sosial Bagi Perokok

Sejak pertarungan Jokowi vs Prabowo di Pilpres 2014, mereka berdua sering dipasang oleh masing-masing kubu untuk berperang di media, utamanya televisi. Kita akan lebih mudah mendengar suara Limbad bernyanyi dibanding mendengar Adian memuji Prabowo. Pun begitu sebaliknya, Fadli Zon jelas lebih mengagumi Presiden Rusia, Vladimir Putin, daripada Jokowi. Sangat antagonis!

Jokowi dan Prabowo diprediksi akan kembali bertarung sebagai kandidat dalam Pilpres 2019. Maka, perang antara Adian dan Fadli Zon hampir bisa dipastikan kembali meruncing mendekati momentum politik tersebut. Anasir peperangannya pun sudah mulai menghiasi media televisi belakangan ini. Terakhir, keduanya terlibat perdebatan di Indonesian Lawyer Club pada Hari Buruh yang lalu.

Usut punya usut, bayangan saya tentang sekoci ternyata salah. Di balik permusuhan di depan kamera, mereka akrab di belakang layar. Dalam foto di atas, Adian dan Fadli Zon terlihat sedang tertawa bersama beberapa politisi lain sambil asyik merokok. Iya, merokok!

Sebagai perokok, saya langsung haru. Sontak saya bertepuk tangan melihat pemandangan yang cukup langka tersebut. Ternyata perbedaan pandangan politik bisa berdamai hanya dengan ngudud bareng. Panas hati pun bisa reda oleh rokok.Tak hanya kopi, di hadapan rokok, kita semua sama.

Baca Juga:  Menyikapi April Mop ala Kretekus

Dari Adian dan Fadli Zon kita bisa memetik pelajaran, bahwa perbedaan masih punya ruang untuk dipersatukan. Aktivitas merokok merupakan pilihan bebas, dan perokok akan menjadikan rokok sebagai jembatan silaturahmi dengan orang baru yang ditemui. Bahkan, perbedaan jenis rokok kesukaan juga tidak menghalangi perokok untuk joinan kala rokok sisa sebatang.

Jangan terlalu larut dalam membenci, dengan demikian kita telah mengurangi risiko perpecahan akibat keberagaman. Bersamaan dengan ini saya mau menyampaikan seruan: “Marilah seluruh rakyat Indonesia arahkan pandanganmu ke depan. Dengungkan gema, nyatakan persatuan…”

Tak usah pakai nada!

Aris Perdana
Latest posts by Aris Perdana (see all)

Aris Perdana

Warganet biasa | @arisperd