
Merokok membuat seseorang yang dianggap gila menjadi seperti orang waras saat bekerja.
Alkisah pada tahun 2002, dalam buku “Ngudud: Cara Orang Jawa Menikmati Hidup”, Iman Budhi Santoso berkunjung ke Desa Tutup Ngisor, Kecamatan Dukun, Magelang. Untuk membeli cabai dari seorang aktivis sekaligus seniman bernama Alex.
Rencananya, Iman mau membeli 3.000 ribu bibit cabai keriting siap tanam. Kebetulan sang penjual cabai tersebut memang kawan Iman sendiri. Jadi pembelian tersebut sekaligus mempererat silaturahmi.
Ketika sampai di rumah Alex yang berada persis di lereng Merapi, Iman disambut hangat oleh keluarga Alex. Lalu karena ingin merokok, Iman pun melipir ke teras rumah.
Di teras, Imam menyapa seorang laki-laki yang ia perkirakan berumur 35 tahunan. Laki-laki itu berperilaku sopan. Iman lalu menawari laki-laki itu rokok, lalu mereka merokok bersama.
Ketika merokok, laki-laki tersebut tiba-tiba pergi dan duduk di tepi jalan sambil merokok. Tidak terlihat jelas ia hendak berbuat apa.
Untuk menghapus rasa penasaran, ketika disuguhi minum oleh Alex, ia pun bertanya mengenai sosok laki-laki tersebut.
“Namanya, Sarju. Laki-laki itu idiot, tetapi baik, dia tidak mengganggu atau berbuat aneh,” kata Alex.
Merokok dan kewarasaan di balik kegilaan
Rupanya, Sarju bekerja untuk Alex. Pokoknya yang penting diberi rokok. Karena Sarju tidak mau dibayar. Kalau diberi uang, dia akan marah dan malah ngamuk.
Untuk menyiasati hal tersebut, Alex diam-diam membayar upah Sarju langsung ke ibunya, tanpa diketahui oleh yang bersangkutan.
Mendengar hal tersebut, sontak Iman tidak mempercayainya. Karena bagaimana bisa, orang idiot dapat bekerja seperti orang waras.
Tetapi ketika Iman melihat langsung Sarju sedang bekerja sesuai instruksi Alex sambil terus merokok, ketidakpercayaan Iman langsung runtuh.
Pasalnya, Sarju benar-benar mampu bekerja dengan baik sesuai petunjuk Alex. Ia menaikkan bibit cabai ke mobil dan menatanya dengan tertib.
Setelah Sarju selesai bekerja, Iman kembali menawarinya rokok. Tidak hanya satu batang, tapi satu bungkus.
Namun Sarju menolak menerima satu bungkus. Ia hanya mau mengambil satu batang.
Ketika merokok bersama usai bekerja, Iman mengajak Sarju ngobrol, tentang apapun. Ternyata Sarju berbicara lancar, jelas, dan masuk akal.
Meski setelah rokok habis, mata dan bicaranya mulai melantur. Dan tiba-tiba ia berdiri dan lari sambil membawa batu-batu kecil, lalu dilemparkan ke burung-burung yang sedang bertengger di sebuah pohon sengon.
Juru Bicara Komunitas Kretek, Rikzy Benang
Leave a Reply