Press ESC to close

Merokok Ala Gen Z di Amerika dan Inggris: Wujud Ketidakpercayaan ke Pemerintah dan Departemen Kesehatan

Aktivitas merokok bagi Gen Z di Amerika dan Inggris bukan sekadar menghisap tembakau. Tapi wujud “perlawanan” terhadap rezim.

***

Tembakau adalah tanaman asli Amerika yang menjadi tanaman ekspor paling menguntungkan. Di sisi lain, Amerika juga menjadi negara–tempat lahirnya gerakan antirokok yang masif menjalar ke seluruh dunia.

Tembakau sudah ada sejak 6000 Sebelum Masehi. Dirujuk dari bukti arkeologi penemuan hieroglif seorang dukun Maya yang sedang merokok. Tanaman tembakau tumbuh secara liar, tetapi kemudian dibudidayakan oleh penduduk asli untuk digunakan dalam ritual keagamaan dan pesta berburu karena dianggap dapat memperluas pikiran dan meningkatkan sensasi.

Suku Maya sendiri mengonsumsi daun tembakau (Nicotiana tabacum) untuk ritual dan pemujaan roh. Dari sejarah panjang tembakau dan merokok di Amerika. Presiden AS pertama George Washington, sampai mengimbau ke masyarakat “Saya katakan, jika Anda tidak bisa kirim uang, kirimlah tembakau”.

Hal itu terucap ketika presiden menyerukan kepada masyarakat agar membantu keuangan dalam Perang Sipil Amerika, 1776. Pada saat itu, tembakau dianggap penting secara ekonomis, psikologis, dan mistis (karena erat dengan pemujaan roh).

Sayangnya,  di Amerika sendiri justru gerakan antirokok lahir (baca buku Nicotine War). Anehnya lagi, ketika WHO menyerukan kepada negara-negara untuk meratifikasi Framework Convention Tobacco Control (FCTC) Amerika bahkan tidak meratifikasinya.

Sikap Amerika terhadap tembakau dan rokok memang labil. Tapi uniknya, Gen Z di Amerika dan Inggris sekarang masif merokok sebagai bentuk perlawanan atas ketidakpercayaan terhadap Pemerintah dan Departemen Kesehatan.

Baca Juga:  Tembakau Mole Merah dan Putih Khas Tanah Pasundan

Pemberontakan, kebebasan artistik, dan ketidakpercayaan Gen Z kepada rezim 

Merujuk dari artikelnya Andrea Javor di USA Today, merokok diasosiasikan dengan sikap pemberontakan serta kebebasan artistik. Merokok juga dianggap sebagai respons atas ketidakpastian situasi sosial politik yang terjadi.

Pasalnya, ketidakpercayaan Gen Z kepada pemerintah dan departemen kesehatan masyarakat juga turut membuat mereka memilih sikap untuk merokok. Dalam buku “Nicotine War” juga tertulis bahwa tidak ada lembaga paling korup di Amerika selain lembaga kesehatan.

Bahkan, merujuk dari artikel The New York Times yang berjudul “Pop Culture Takes Up Smoking Again”, Gen Z di Amerika menganggap “Memang, rokok itu buruk bagi Anda, tetapi rokok membuat Anda terlihat baik.”

Geser ke Inggris, untuk pertama kalinya dalam dua dekade, tingkat merokok pada Gen Z meningkat. Merokok dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap otoritarianisme Perdana Menteri (PM)  Keir Starmer dan juga PM sebelumnya, Rishi Sunak.

Selain itu, tren merokok meningkat juga ditambah dua alasan kuat. Pertama, film-film  seringkali menyajikan karakter keren yang merokok. Kedua, merokok adalah bentuk nostalgia gaya hidup di Inggris pada tahun 90-an. Adapun pendapat lain yang menyebutkan, Gen Z mulai merokok karena vape (rokok elektrik) dianggap norak dan menjijikkan.

Di sisi lain, Inggris sedang akan mengesahkan RUU Tembakau dan Vape–yang salah satu bunyinya adalah melarang penjualan tembakau kepada siapa pun yang lahir pada atau setelah 2009. Oleh karena itu, banyak Gen Z yang meresponnya dengan menikmati tembakau selagi bisa, sebelum undang-undang melarang.

Baca Juga:  Ragam Rokok Diplomat yang Ada di Pasaran

Dari berbagai alasan Gen Z di Amerika dan Inggris mulai masif merokok. Mereka juga mempunyai alasan yang persis sama dengan masyarakat di Indonesia, yakni merokok dianggap sebagai ritual sempurna untuk memperlancar interaksi sosial.

Itulah uniknya merokok, cukup dengan basa-basi minjem korek, atau saling berbagi rokok. Obrolan kedepannya bisa terjalin dengan lancar. Dan bagi Gen Z juga, merokok dianggap sebagai akses untuk berjejaring dengan komunitas.

Fenomena ini sangat menarik, karena memang rokok tidak bisa hanya dipandang dari aspek kesehatan saja. Ada banyak faktor kuat yang bisa menjelaskan bahwa merokok bukanlah tindakan jahat–yang kerap kali konsumennya diperlakukan seperti penjahat.

Juru Bicara Komunitas Kretek, Rizky Benang

BACA JUGA: Perang Nikotin: Operasi Senyap dan Marketing Culas Merenggut Denyut Ekonomi Kerakyatan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *