Press ESC to close

Panen Tembakau Jember Pasca Penutupan Dua Pabrik Sampoerna

Di hari-hari ini para pemuda di Desa Biting, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember meski berpuasa bermain sepakbola. Pasalnya lapangan di desa mereka dimanfaatkan oleh para petani untuk menjemur hasil panen tembakau. Sebagai gantinya, para petani tembakau patungan untuk membantu perawatan lapangan serta membeli bola baru.

Sejak awal September 2014 daerah berjuluk kota tembakau ini sedang berlangsung panen tembakau Voor Oogst (musim kemarau). Semarak panen tembakau semacam ini akan berlangsung sekitar dua bulan setiap tahunnya.

Dalam tiga kali masa tanam setahun, para petani memanfaatkan satu masa tanamnya untuk tembakau. Baik jenis tembakau kasturi, rajang, dan white burley. Tembakau jenis Voor Oogst ini ditanam untuk memenuhi kebutuhan bahan baku rokok kretek. Berbeda lagi dengan tembakau jenis Na Oogst (musim penghujan) yang merupakan bahan baku cerutu.

Iklim kemarau yang berlangsung panjang tahun ini justru bermanfaat dalam menghasilkan daun tembakau dengan mutu terbaik. Dengan kualitas bagus, maka pundi-pundi rupiah yang terkumpul di kantong para petani pun meningkat.

Berdasarkan pengalaman Erfan Mashodi, salah seorang petani tembakau rajang di Desa Biting, jika musim sedang baik harganya pun bakal tinggi. “Ini harga saat buka gudang tinggi dan terus meningkat,” kata Erfan. Di tingkatan petani harga daun bawah (kualitas rendah), yang dipanen paling awal, mencapai harga Rp 30 ribu. “Tetapi harga di gudang belum stabil,” katanya. Jika makin banyak yang panen, masing-masing gudang akan berebut untuk mendapatkan tembakau terbaik yang terdapat di daun bagian atas dan dipanen paling akhir. “Insyaallah akan sampai Rp 38 ribu,” harap Irfan.

Baca Juga:  Komunitas Kretek Mengecam  Sikap Aliansi Masyarakat Tembakau

Dengan musim yang baik harga tembakau jenis rajang berkisar di harga 20 ribu sampai 40 ribu rupiah per kilogram. Harga jual tembakau kasturi berada di kisaran harga 25 ribu sampai 47 ribu rupiah.

Perkara hadirnya iklim yang membantu petani untuk menghasilkan tembakau terbaik dibenarkan oleh Hendro Handoko, Ketua APTI (Asosiasi Petani Tembakau Indonesia) Jember. Menurutnya, iklim sedang berpihak kepada petani tahun ini. Kualitas tembakau yang dihasilkan tahun ini lebih baik daripada dua musim sebelumnya.

Sayangnya, meskipun musim sedang baik namun petani yang tanam tembakau Voor Oogst tahun ini berkurang. Di Kabupaten Jember luasan lahan perkebunan yang ditanami tembakau setiap tahunnya mencapai 25 ribu hektar. Untuk tembakau Voor Oogst berkisar 16 ribu hektar, sisanya tembakau Na Oost. Perkiraan luasan lahan tembakau Voor Oogst berkurang sekitar 20 persen tahun ini. Hal ini disebabkan petani khawatir terkena imbas penutupan pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) PT HM Sampoerna di Jember dan Lumajang yang dilakukan jelang masa tanam.

Baca Juga:  Kesaksian W.S. Rendra pada Rokok Kretek

Bagi Slamet Riyadi, salah seorang (blandang) pedagang perantara, tutupnya dua pabrik Sampoerna itu membuat panen tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Para pemasok tembakau untuk kebutuhan pabrik Sampoerna yang biasanya datang ke desa-desa dan membeli tembakau petani dari kualitas tinggi hingga rendah di tahun ini sulit ditemui. Sampoerna hanya memprioritaskan para petani kemitraannya saja. Itupun dengan harga beli tembakau di bawah harga pasaran.

Keadaan ini mengakibatkan para petani kemitraan meskipun telah membuat kesepakatan, banyak petani yang memilih untuk menjual tembakau di gudang untuk pabrik lainnya. “Menyetor ke gudang Sampoerna memang masih tetap dilakukan. Tapi, jika ada kiriman tembakau lima pick up. Satu dikirim ke gudang Sampoerna, empat lainnya berjalan ke gudang lainnya,” kata Slamet.

Nody Arizona

Nody Arizona

Anak Jember, tukang ngopi, dan suka nulis di minumkopi.com