Press ESC to close

Riset Sebut 2025 Anak Muda Makin Susah Bahagia, Rokok Bantu Saya agar Tak Gila

Studi Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) Amerika Serikat yang terbit pada Februari 2025 mengemukakan, bahwa anak muda jauh lebih tak bahagia daripada generasi sebelumnya selama satu dekade terakhir. Wabilkhusus pada kelompok usia 12-25 tahun.

Turunnya tingkat kebahagiaan pada anak muda erat kaitannya dengan teknologi-digital yang berkembang pesat, sementara manusianya terbelakang (pendidikan), terjadi ketimpangan serta kesenjangan ekonomi, lingkungan yang rusak, dan kesepian.

Meskipun penelitian tersebut dilakukan di enam negara berbahasa Inggris, tetapi jenis permasalahannya relevan dengan apa yang terjadi di Indonesia.

Selain relevan, sialnya lagi kita mengalami semua variabel mengenai turunnya kebahagiaan. Pendidikan tidak jadi prioritas, karyawan banyak kena PHK, bencana alam di mana-mana, dan kesepian karena terisolasi, baik akibat menganggur maupun jiwa yang terguncang.

Masyarakat kebingungan mau menyembuhkan diri dari sisi mana dulu. Mulai dari ekonomi tetapi akses lapangan pekerjaan tidak mudah. Mau mulai dari sisi psikologis tetapi konseling ke psikolog mahal.

Masyarakat terombang-ambing dengan krisis ekonomi dan depresi. Akibatnya masyarakat hanya bisa menghibur diri dengan media sosial. Tetapi itu justru jadi pemicu masalah baru.

Lebih lanjut, berbagai riset mengemukakan bahwa berlebihan mengonsumsi media sosial dapat menimbulkan risiko kesehatan mental dan turunnya kebahagiaan pada anak muda.

Baca Juga:  Review Rokok Djarum Istimewa, Seistimewa Namanya

Pasalnya, internet menggantikan koneksi sosial dan masyarakat menjadi individual. Di zaman kapitalisme ini, ikatan sosial antarmasyarakat melemah. Itulah sebabnya dalam penelitian tersebut, menjaga kesehatan jiwa memerlukan keseimbangan kehidupan dunia nyata dan maya.

Bagi para kretekus, salah satu caranya adalah dengan merokok, karena rokok adalah media perekat sosial paling ampuh dan cara membahagiakan diri dengan mudah dan sederhana.

Bersosial lewat sebatang rokok

Di daerah tempat tinggal saya, rokok menjadi barang yang mesti ada dalam setiap agenda kegiatan. Saat sedang gotong royong misalnya, salah satu hal yang wajib ada ya rokok.

Rokok juga selalu menjadi suguhan yang pasti ada dalam setiap hajatan. Rokok juga menjadi salah satu upah yang diberikan oleh penggelar hajatan kepada masyarakat yang membantu dalam acara tersebut.

Tidak hanya dalam konteks acara gotong royong maupun hajatan di pedesaan. Dalam lingkup anak muda di tongkrongan, cara jitu berkenalan supaya langsung akrab tidak lain dengan berbagi rokok sambil berbincang apa saja, ditemani segelas kopi panas atau teh yang menghatkan obrolan.

Baca Juga:  Bungkus Rokok, Narkoba dan Menteri Sosial

Menjawab depresi ekonomi 

Merokok tidak hanya menyelamatkan seseorang dari stres secara psikologis, tidak pula hanya menjadi perekat sosial di tengah era individualisme. Tetapi bahkan menjawab persoalan ekonomi.

Ketika kualifikasi lamaran kerja setinggi langit, hanya pabrik rokok lah yang justru mempermudah masyarakat bekerja.

Calon pekerja tidak dituntut dengan strata pendidikan dan pengalaman kerja, cukup bermodalkan KTP-Kartu Keluarga sebagai syarat administrasi dan motivasi tinggi untuk bekerja, pabrik rokok sudah siap menerima.

Juru Bicara Komunitas Kretek, Rizky Benang

BACA JUGA: Pentingnya Rokok bagi Orang Madura untuk Membangun Kerukunan

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *