
Jika bertamu ke rumah orang Madura, pertama yang mereka jamukan adalah rokok, baru kemudian kopi. Konon katanya, di rumah orang yang tidak merokok sekalipun, rokok dan kopi wajib menjadi jamuan menyambut tamu.
Orang Madura memegang teguh aturan tidak tertulis tersebut. Pasalnya, ada petuah Madura yang berbunyi “Bhede songkok bhede kalambhi, bhede rokok bhede kopi (Ada songkok ada “kalambhi” (baju), ada rokok ada kopi).”
Merokok memang bukan sekadar menghisap tembakau untuk kenikmatan semata. Lebih dari itu, bagi orang Madura, ada nilai spiritualitas mengenai rezeki dalam setiap batang rokok.
Kata orang Madura, berhenti merokok tidak lantas membuat rezeki bertambah. Sebaliknya, merokok tidak akan menjadikan rezeki berkurang. Karena poinnya adalah rezeki tidak bisa dihitung dengan matematika manusia.
Rokok memang masuk ke setiap sendi kehidupan orang Madura, hingga menjadi tradisi yang disebut Pecoten.
Rokok sebagai Undangan
Pecoten adalah tradisi pernikahan masyarakat Madura di Desa Pasak Piang, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, yang menggunakan rokok sebagai undangan.
Hingga sekarang, tradisi ini masih lestari di sana, karena dipercaya memiliki makna simbolis bagi penerimanya.
Undangan pecoten bukan sekadar ajakan, tetapi juga dianggap sebagai panggilan yang harus dipenuhi. Selain itu, tamu yang menerima undangan biasanya turut berkontribusi dengan memberikan amplop dengan isi uang yang banyak.
Nah, banyak/sedikitnya isi amplop itu bergantu dari merek rokok yang si tuan rumah gunakan sebagai undangan.
Jika sang penerima menerima rokok dengan merek mahal, maka seyogianya ia juga memberi isi uang dalam amplop dengan jumlah banyak. Begitu pula sebaliknya. Jika sang penerima menerima rokok murah, uang yang ia masukkan ke amplop pun tidak seberapa banyak.
Tentu tradisi ini tidak berlangsung secara serampangan. Undangan mengirim rokok dengan merek mahal akan tertuju kepada mereka yang kaya.
Sementara yang ekonominya berada di kelas menengah ke bawah, undangannya berupa rokok murah. Jadi tidak akan membebankan siapa pun yang menjalankan tradisi ini. Tradisi pecoten juga menjadii simbol persaudaraan.
Madura adalah Alam Tembakau
Rata-rata profesi orang Madura adalah bertani tembakau. Dan dengan hasil pendapatan yang melimpah, orang Madura saling menikmati hasil panen bersama.
Setiap ada acara perkumpulan atau hajatan selalu disiapkan kopi dan rokok atau tembakau untuk dinikmati oleh para tamu yang hadir. Karena memang sejak dahulu orang Madura adalah penikmat tembakau.
Itu lah sebabnya, silaturahmi belum sah kalau tidak sambil ngopi dan merokok. Seperti petuah yang mereka pegang “Mon tak arokoan kita sempornah seh amoitamoyan (Jika tidak merokok dalam menghadiri undangan maka masih belum sempurna silaturahminya karena kesempurnaan bertamu adalah merokok).”
Rokok adalah Simbol Kemenangan bagi Orang Madura
Mayoritas penduduk Pulau Madura itu beragama Islam.
Nah, setiap menyambut momen Lebaran, orang-orang di sana akan menyiapkan rokok terbaiknya untuk menjamu tamu, supaya silaturahmi berjalan dengan bahagia.
Jika pada hari-hari biasa hanya penduduk Pulau Garam menikmati rokok murah, maka ketika hari raya, rokoknya harus naik kasta.
Bahkan seminggu sebelum Lebaran, masyarakat di sana sudah berbelanja rokok, lalu mereka simpan di lemari. Tidak ada yang boleh membukanya sampai hari Lebaran tiba.
Juru Bicara Komunitas Kretek, Rizky Benang
BACA JUGA: Alasan Etalase Rokok Warung Madura Selalu Tertata Rapi
Leave a Reply