Press ESC to close

Poster Bahaya Rokok Tak Mempan Buat Perokok

Hampir di berbagai kesempatan kita menemukan poster bahaya rokok yang cukup menggelitik nalar. Nalar publik sudah terlatih kritis dari masa ke masa. Bukan apa-apa, sepintas lihat poster kayak gitu, justru timbul pertanyaan konyol di benak: “itu poster film horor apa kampanye kesehatan sih?”

Bagi saya poster yang terkesan menakut-nakuti perokok ini ya tak kalah jitu dengan poster kampanye kesehatan yang mengingatkan orang akan bahaya covid. Tanpa harus memampang gambar orang yang terserang virus, sukses sudah membuat publik peduli; untuk rajin mencuci tangan, pakai masker dan menjaga jarak.

Meski memang konteksnya berbeda, kampanye bahaya rokok bertujuan membuat perokok berhenti merokok. Sementara, kampanye tentang bahaya covid lebih ke mengingatkan publik untuk mewaspadai paparan virus, tidak bertujuan untuk orang berhenti mengonsumsi apapun. Tidak ada produk konsumsi yang disebut-sebut mematikan.

Sederhananya, poster bahaya merokok menghasut publik untuk mejauhi bahkan membenci rokok. Iklan tentang bahaya covid tidak mengarah untuk membenci apapun dan siapapun, publik cukup mewaspadai diri dan menjaga imunitas. Isunya ya sama, menyoal kesehatan publik.

Baca Juga:  Cacat Nalar Mikha Tambayong Menyoal Rokok dan Asam Lambung

Iklan layanan masyarakat tentang bahaya rokok melalui media lain tak jauh berbeda cara-caranya. Menggambarkan adanya penyakit yang diderita seseorang (digadang-gadang) akibat mengonsumsi rokok. Di lain hal, publik sudah semakin cermat, dapat mengakses informasi alternatif lewat manapun. Bahwa di balik iklan bahaya rokok terkandung kepentingan tertentu yang tak murni menyoal kesehatan.

Kalau mau dikorek lebih dalam, biaya kampanye kesehatan yang mempromosikan bahaya rokok cukup besar loh, Bos. Dari mana coba itu biayanya, diserap dari cukai rokok, yekan yekan…

Sebetulnya, bahaya rokok yang nyata itu bukan melulu soal kesehatan. Bahaya rokok yang nyata adalah ketika perokok tak mampu berlaku santun saat mengonsumsi produk legal itu. Iya jelas, ada faktor risiko di semua produk konsumsi. Apalagi ngasal merokoknya.

Misalnya, merokok saat mengisi bensin. Itu namanya bunuh diri. Merokok di ruang kerja yang rentan tersambar bara api, itu namanya mencelakai hidup. Merokok saat berkendara, waduh, itu lagi, merugikan pengendara lain, Bro. Pula merokok dekat ibu hamil atau anak kecil, mereka kan golongan rentan. Iya di situlah bahaya sesungguhnya.

Baca Juga:  Agar Kertas Rokok Dapat Awet Tersimpan dan Tetap Nikmat

Walaupun poster bahaya rokok demikian eksis di berbagai ruang, iya faktanya tidak sukses membuat perokok insaf. Urusan berhenti merokok itu soal pilihan saja. Pula keputusan untuk terus merokok. Itu sudah menjadi pilihan dewasa bagi setiap orang. Tanpa harus boros bikin poster, asal berani mendorong presiden untuk menutup semua pabrik rokok, dijamin itu lebih ampuh.

Intinya, setiap poster yang mendiskreditkan rokok pasti menunggangi isu kesehatan. Dengan konten yang terus menakut-nakuti perokok.

Tidak akan mempan. Bukan apa-apa ini sih, daripada menghabiskan biaya untuk kampanye absurd gitu, mending dioptimalisasi untuk pengadaan fasilitas kesehatan untuk daerah-daerah tertinggal, untuk masyarakat yang kesulitan mengakses kesejahteraan. Intinya untuk public goods lah ya.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah