Press ESC to close

Tembakau Linting Yang Semakin Populer

Tren dalam dunia pertembakauan semakin hari semakin bergeser. Di tengah gempuran kenaikan cukai rokok yang tinggi, terdapat anugerah bagi para penjual tembakau linting. Yap, tembakau yang dikonsumsi dengan dilinting sendiri oleh konsumennya.

Seperti yang kita tahu, dampak kenaikan cukai oleh pemerintah itu menyasar ke segala sektor industri hasil tembakau, dari hulu sampai hilir. Para penikmat tembakaupun tidak akan ambil pusing dengan kebijakan pemerintah dalam menaikan cukai rokok. Para perokok kemudian mulai melirik tembakau linting. Lambat laun ketertarikan perokok kepada tembakau linting semakin tinggi yang membuat para penjual rokok kemudian beralih sebagian menjadi penjual tembakau iris untuk dilinting.

Istilah yang populer adalah tingwe, alias linting dhewe. Dengan bertingwe ria, sebetulnya terdapat hal yang tidak bisa kita temukan dengan membeli rokok pabrikan. Ya, kita bisa meracik rokok sesuai selera kita.

Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis tembakau. Selain itu, di negara kita juga mempunyai produksi rempah yang beragam. Dengan begitu kita bisa mencampur tembakau dengan pilihan rempah untuk mendapatkan rasa sesuai yang kita inginkan.

Ahmad Dufan, pemilik toko tembakau Sumber Sahabat di Blitar bercerita bahwa omzet yang dia dapatkan dari berjualan tembakau dalam satu hari bisa mencapai angka 2 juta rupiah. Omzet yang tidak bisa dikatakan kecil untuk sekelas toko tembakau sederhana.

Baca Juga:  Tips Untuk Kretekus Yang Mudik

Ia juga bercerita bahwa tren tingwe ini telah bergeser dari yang awalnya hanya disukai oleh para orangtua, kini generasi milenial pun banyak yang beralih ke tingwe. Jika dibandingkan dengan harga rokok pabrikan, tembakau linting masih sangat terjangkau. Jika harga rokok pabrikan itu berkisar diharga Rp 20 ribu, tembakau linting 1 ons nya berkisar antara Rp 15 ribuan itu bisa untuk stok seminggu. Berbeda dengan rokok pabrikan yang paling lama habisnya itu 2 hari saja.

Banyak kelebihan yang ditawarkan oleh tembakau tingwe. Selain itu juga, kita juga membantu perekonomian para petani secara langsung. Para petani merasa terbantu untuk menjual hasil kebunnya. Yang sebelumnya hanya bisa dijual pada pabrikan saja, sekarang mereka para petani bisa menjual tembakaunya secara mandiri, atau bisa di jual kepada pemilik toko penjual tembakau.

Kita sebagai konsumen mendapat keuntungan karena tembakau ini harganya masih terjangkau. Para petani mendapat keuntungan bisa menjual tembakaunya kepada konsumen dengan mudah. Para penjualnya juga mendapat keuntungan tersendiri dari aksesoris dan perlengkapan tingwe lainnya.  Hal tersebut merupakan perputaran ekonomi yang baik dalam ekosistem pertembakauan ini.

Baca Juga:  Tak Ada Pipa Rokok dari Gading Gajah yang Tak Mahal

Jika melihat tren tingwe yang semakin berkembang, sebetulnya di daerah Jogja sudah juga sudah sejak beberapa tahun belakang ini tren tingwe  berkembang cukup pesat. Bisa dilihat dengan banyaknya para penjual tembakau tingwe yang dapat ditemukan di sudut-sudut kota di Yogyakarta.

Tren tingwe kemudian meluas hampir ke seluruh penjuru nusantara. Bisa dilihat dari komentar warganet sobat kretekus di instagram @komunitaskretek. Saat Komunitas Kretek mengunggah hal-hal yang berbau kenaikan cukai, para sobat sebats banyak yang merekomendasikan beralih ke tingwe. Ini menandakan tingwe semakin hari semakin menjadi tren yang baik.

Tingwe juga bisa diartikan sebagai sebuah upaya perlawanan terhadap kesewenang-wenangan pemerintah dalam menaikan tarif cukai yang membuat harga rokok pabrikan terus melambung.

Bagas Nurkusuma Aji

Bagas Nurkusuma Aji

Videografer di Komunitas Kretek. Lahir dan besar di Turi, Sleman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *