
Jepang adalah salah satu negara dengan tingkat perokok yang tinggi di dunia.
Uniknya, meskipun perokok di Jepang tinggi, masyarakat Jepang justru mengalami tingkat terkena penyakit kanker paru-paru yang tergolong rendah dan harapan hidup yang jauh lebih lama.
Hal ini menjadi bantahan terhadap junk science (ilmu sampah) dari kubu antirokok mengenai hubungan rokok dengan kanker maupun harapan hidup.
Sejarah singkat Jepang dengan rokok
Mengutip dari berbagai sumber, pada tahun 1570-an, tembakau mulai dikenal di Jepang melalui pelabuhan Nagasaki yang menjadi sentra perdagangan.
Di pelabuhan Nagasaki, tembakau dibawa oleh pedagang Portugis. Pada masa itu, tembakau dianggap barang yang eksotis dan bernilai tinggi. Sama seperti sebutan petani Temanggung, tembakau adalah emas hijau.
Karena dianggap barang yang bernilai tinggi, tembakau hanya dikonsumsi oleh bangsawan, samurai dan pedagang kaya. Mereka mengkonsumsi tembakau menggunakan pipa tradisional bernama kiseru.
Kiseru terbuat dari bambu, logam, atau kayu, dengan tembakau jenis koiki (tembakau cincang halus). Merokok memakai pipa kiseru, bukan hanya sekadar menikmati tembakau. Tapi juga menjadi simbol status sosial.
Merokok menjadi bagian gaya hidup dan etiket sosial
Pada era Edo (1603-1868), kegiatan menikmati tembakau tidak hanya dimiliki oleh bangsawan. Merokok menjadi bagian dari interaksi sosial di berbagai lapisan masyarakat, termasuk petani.
Karena tembakau sudah menjadi komoditas penting, di Kota Tokugawa, pemerintah juga ikut andil mengatur mengatur produksi dan distribusi tembakau karena potensinya sebagai sumber pendapatan pajak.
Selain karena faktor ekonomi, merokok menggunakan kiseru juga dianggap sakral dan mempunyai estetika yang tinggi. Nilai rokok sama bernilai filosofisnya dengan upacara minum teh.
Jepang memang terkenal dengan etika sopan santunya yang kuat. Hal itu pun berlaku ketika merokok. Shogun bahkan mengeluarkan pedoman bahwa menerima tembakau dari tuan rumah dan merokok dengan sopan adalah bagian dari etiket sosial.
Industri rokok putih masuk ke Jepang
Pada era Meiji (1868–1912), rokok jenis sigaret (rokok putih) mulai diperkenalkan. Semua itu dipengaruhi karena modernisasi ketika teknologi mulai berkembang di dunia.
Kendati demikian, pada masa ini, merokok menggunakan pipa kiseru masih dominan. Baru kemudian ketika Amerika menjatuhkan bom Hiroshima dan Nagasaki, rokok putih mulai dominan.
Pengaruh budaya Amerika melalui film, iklan, dan tentunya dominasi tentara atas kemenangan perang dunia kedua. Budaya merokok mengalami perubahan besar.
Perusahaan tembakau Amerika seperti Philip Morris, R.J. Reynolds, dan Brown & Williamson masuk ke pasar Jepang, memperkenalkan merek seperti Marlboro, Salem, dan Virginia Slims.
Rokok putihan menjadi populer karena dianggap lebih modern dan praktis dibandingkan kiseru – yang mulai ditinggalkan.
Perubahan besar budaya merokok di Jepang tidak hanya tercatat dalam sejarah. Dalam film “Memoirs of a Geisha” yang menceritakan kisah wanita penghibur ala Jepang pun memperlihatkan perbedaan signifikan soal kegiatan menikmati tembakau.
Sebelum kedatangan Amerika, para Geisha merokok masih menggunakan pipa tradisional, yaitu kiseru. Lalu ketika Amerika hadir, para Geisha beralih ke rokok putihan. Salah satu merk yang dimunculkan dalam film, yaitu Lucky Strike.
Dari sejarah Jepang kita tahu, bahwa peperangan dan penjajahan, tidak hanya mengeruk sumber daya alam dan sumber daya manusia belaka. Tapi juga mengubah kebudayaan, termasuk dalam perilaku mengkonsumsi tembakau.
Perubahan budaya juga bisa disebut perang jika itu terjadi karena paksaan, bukan karena akulturasi.
Juru Bicara Komunitas Kretek, Rizky Benang
BACA JUGA: Di Masa Penjajahan Jepang, Rokok Jadi Penunda Lapar bagi Pram
- Hari Kretek Lebih Esensial ketimbang Hari Kebudayaan Nasional yang Ditetapkan Fadli Zon pada 17 Oktober (Hari Lahir Prabowo) - 15 July 2025
- Laki-laki Tidak Bercerita, Untung Masih Bisa Merokok hingga Mental Aman dan Tak Bunuh Diri - 14 July 2025
- Pemerintah Tak Mau Kasih Bansos ke Perokok: Rokok Dicap Biang Kemiskinan, Apa Kabar Janji 19 Juta Lapangan Pekerjaan? - 10 July 2025
Leave a Reply