Press ESC to close

Apa Sih yang Menyebabkan Anak Merokok?

Persoalan anak merokok memang menyebalkan. Di satu sisi, kita sama-sama tahu bahwa ini adalah persoalan besar. Tapi di sisi lain, kita juga sama-sama tahu, wacana dan kebijakan yang dibuat untuk mengentaskan persoalan ini tidak pernah tepat sasaran. Namun, tetap saja, persoalan ini adalah hal yang perlu segera kita pikirkan solusinya.

Ada pandangan-pandangan yang tidak tepat dan selalu digaungkan oleh kelompok antirokok dalam perkara ini. Misalnya, anak merokok karena terpengaruh iklan, karena itu iklan rokok di TV harus segera dilarang total. Meski kemudian kita sama-sama memahami, iklan rokok di TV itu ditayangkan di atas jam 10 malam, dimana pada waktu itu sudah bukan waktunya anak-anak menonton TV.

Kemudian anggapan bahwa pemajangan produk rokok di toko bakal mengundang  anak untuk merokok. Ini juga terkesan terlalu menggampangkan. Jika hipotesa dan anggapan ini benar, harusnya tidak bakal lagi ada anak-anak merokok ketika dibuat aturan pelarangan. Nyatanya masih saja ada anak yang merokok, kan?

Pun dengan cara berpikir bahwa anak-anak merokok karena harga rokok bisa terjangkau oleh uang jajan mereka. Oke, kalau anak orang kaya sih sebungkus rokok seharga Rp 20 ribu pasti terjangkau. Tapi, benarkah mereka membelanjakan uangnya untuk rokok? Tidak juga. Baiklah, jika yang dimaksud terjangkau uang saku anak-anak ini karena rokok bisa dijual eceran, saya kira tidak bakal serta merta anak-anak membeli rokok.

Baca Juga:  Wajah Baru SUGBK dan Diskriminasi Terhadap Perokok

Jadi begini, rokok dijual eceran itu sudah sejak dulu sekali. Ya, sejak dulu juga prevalensi perokok di bawah umur sudah ada. Tapi bagaimana bisa kenaikannya meningkat drastis (seperti data dari Kementerian Kesehatan) belakangan ini? Betulkah karena rokok masih saja dijual eceran? Tentu saja tidak.

Sudah sejak lama saya sampaikan bahwa penyebab adanya perokok di bawah umur (18 tahun, tentu saja) adalah tidak ditegakkannya aturan penjualan rokok. Sudah itu saja. Tidak ada urusannya dengan hal-hal dan pandangan ngawur seperti di atas.

Selama aturan pembelian rokok dan penegakkannya dilakukan dengan tegas, tidak bakal ada anak-anak yang membeli rokok. Mereka bakal tidak mendapatkan akses untuk membeli di warung-warung yang menjual rokok secara eceran. Mau beli di toserba juga susah, karena aturan tidak memperbolehkannya.

Kalau aturan itu sudah ditegakkan, hal yang paling memungkinkan mereka bisa mendapat rokok hanya dengan mencuri rokok bapaknya. Kalau sudah begini, ya tinggal para orang tua yang merokok pandai-pandai menyembunyikan rokok dari anak-anak. Kan sudah pernah dibilangin juga, jangan merokok di dekat anak-anak. Kalau mau merokok ya agak jauhan dikit lah.

Baca Juga:  Harga Rokok Merangkak Naik, Pemerintah Harus Lebih Waspada

Karena itulah, pandangan-pandangan yang melebar dan tidak tepat sasaran sebaiknya kita pinggirkan terlebih dulu. Bukan saja tidak bakal efektif dan hanya buang-buang waktu belaka, memikirkan hal-hal yang tidak tepat guna tentu saja tidak bakal membuahkan hasil. Lebih baik kita  tegakkan saja aturannya. Jangan melah melulu menyalahkan hal yang keliru.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit