Press ESC to close

PB Djarum Pamit dari Pembinaan Atlet Bulutangkis, KPAI Sudah Senang?

Sejauh 5 tahun berada di isu kretek, baru kali ini saya benar-benar marah pada antirokok. Saya tahu bagaimana berengseknya mereka, bagaimana congaknya mereka, dan bagaimana kepala batunya mereka. Namun, baru kali ini,pada kasus PB Djarum, saya sama sekali tidak terima dengan sikap dan arogansi mereka.

Kemarin di Purwokerto, PB Djarum mengadakan konferensi pers dan menyatakan pamit dari agenda pembibitan atlet bulungtangkis Indonesia. Bukan karena mereka sudah tidak mau, atau tidak lagi cinta pada olahraga ini, tapi karena mereka tidak ingin keributan yang hadir lewat arogansi Komisi Perlindungan Anak Indonesia semakin panjang. Segala tawaran, dan upaya untuk tetap bertahan mereka ditolak mentah-mentah oleh lembaga yang pernah dapat uang program antirokok dari Bloomberg Initiative itu.

Berdasar pemberitaan, hasil pertempuan antara perwakilan PB Djarum dan KPAI berlangsung buntu. PB Djarum telah menawarkan usul untuk mengganti nama audisi, dan tidak menampilkan kata Djarum jika itu dianggap identik dengan brand perusahaan rokok. Berengseknya, KPAI yang sebelumnya bilang tuntutan mereka hanya ada di penggunaan nama, dengan sikap congaknya menolak usulan tersebut.

Mungkin karena merasa di atas angin, arogansi mereka dengan nyata hadir ketika menyatakan tidak boleh sama sekali ada keterkaitan Djarum pada audisi pembibitan atlet bulutangkis. Bukan cuma ganti nama audisi, tidak menggunakan kaos dengan tulisan Djarum, tapi menghapus Djarum sama sekali dari agenda bulutangkis. Sungguh sikap biadab yang bertolak belakang dari pernyataan mereka selama ini di media.

Dulu, ketika kasus ini ramai, mereka berkata kalau mereka tidak melarang agenda pembibitan atlet. Mereka hanya tidak mau anak-anak menjadi sarana dan promosi rokok, yang sebenarnya juga tidak pernah ada. Hanya karena menggunakan kaos, mereka menganggap agenda itu adalah eksploitasi anak, dan mereka tidak mau itu terjadi. Berengseknya, sudah diganti dan tidak menggunakan kaos, mereka masih menolak keterlibatan Djarum dalam agenda pembibitan atlet ini. Sungguh keberengsekan yang hakiki.

Baca Juga:  Merokok di Gunung Gak Masalah, Asalkan...

Di posisi ini, saya merasa amat kesal. Sudah saya jelaskan dari kapan tahu kalau PB Djarum dan PT Djarum itu dua entitas berbeda. Yang satu klub olahraga bulutangkis, dan yang satu adalah perusahaan rokok. Mohon otaknya digunakan agar bisa membedakan keduanya. Jangan pakai arogansi, apalagi dorongan asing untuk memahaminya.

Sekadar mengingatkan, kalau mau dibilang audisi itu untuk promosi, para atlet yang pernah ikut atau terlibat telah menyatakan jika sama sekali tidak ada promosi rokok atau rokoknya pun di agenda itu. Bahkan, menurut mereka, selama ini PB Djarum justru akan menghukum atletnya yang merokok. Sudah jelas kalau audisi dan PB Djarum ini tidak ada urusannya sama sekali dengan promosi rokok.

Kalaupun itu masih mau dianggap promosi, usulan penggantian nama audisi dan tidak lagi menggunakan kaos dengan kata Djarum, yang katanya brand image itu, sesuai tuntutan awal KPAI adalah bukti nyata kalau mereka sama sekali tidak terlibat dalam urusan promosi rokok. Dengan sikap PB Djarum itu, jelas sudah kalau mereka rela mengganti nama audisi yang sudah dipakai bertahun-tahun hanya untuk bisa tetap menyelenggarakan pembinaan atlet bulutangkis.

Berengseknya, tuntutan awal KPAI itu semu, mereka sama sekali tidak mau ada Djarum di urusan bulutangkis. Dan karena itu, PB Djarum memutuskan pamit dari agenda pembinaan bulutangkis. Mereka sedih, tapi mau tak mau harus pamit dari urusan ini. Tak akan ada lagi audisi atlet bulutangkis skala besar tahun depan. Masa suram pembinaan atlet bulutangkis terbayang di kepala.

Kekesalan saya berubah jadi rasa sedih tatkala mendengar pernyataan Susi Susanti, mantan atlet bulutangkis hasil eksploitasi PB Djarum. Dirinya berkata, Ia amat keberatan sekali dengan dipermasalahkannya audisi PB Djarum. Dengan segala kontribusi PB Djarum terhadap pembinaan atlet dan timnas itu penting, dan pamitnya PB Djarum tentu menjadi kabar buruk bagi bangsa Indonesia.

Sekadar info, pemerintah mungkin akan perhatian pada bulutangkis, tapi tidak pada pembinaan. Ini kata Susi Susanti loh. Menurutnya, pemerintah akan peduli pada olahraga ketika mau ada kompetisi, ketika mau ada pertandingan, ada olimpiade dan semacamnya. Tapi untuk pembinaan dan pembibitan, sejauh ini tidak ada upaya dari negara.

Baca Juga:  Upaya Blitar Membangkitkan Tembakau Selopuro

Satu hal yang tidak banyak orang paham, siapa lagi pihak yang mau memberikan bonus hingga Rp 500 juta kepada atlet bulutangkis berprestasi? Klub mana yang menyetor paling banyak atlet berprestasi ke timnas bulutangkis Indonesia? Klub mana yang melakukan pembinaan atlet dengan audisi skala besar, untuk menjangkau pemain-pemain muda yang tidak pernah dikenal sebelumnya? Saya kira hanya PB Djarum.

Karena itu, sikap berengsek dan lempar batu sembunyi tangan ala KPAI ini patut kita misuhi. Saya kesal sekesal-kesalnya. Marah semarah-marahnya. Bukan karena persoalan rokok, tapi karena akal sehat dan niat baik telah dikhianati oleh KPAI. Dorongan KPAI agar BUMN terlibat dalam agenda pembinaan juga terbilang absurd. BUMN mungkin bisa kasih sponsor untuk satu agenda, tapi pembinaan itu persoalan jangka panjang. Bukan cuma perkara audisi, tapi pembinaan terhadap atlet-atlet muda yang lolos seleksi. Apakah mereka mau mengeluarkan banyak uang untuk itu? Toh tanpa ikut terlibat saja sudah banyak BUMN yang merugi.

Jadi, kalau ke depannya bulutangkis kita mandek, pembinaan atlet tidak berjalan, dan tidak ada BUMN yang terlibat serius dalam pembinaan atlet bulutangkis Indonesia, kita sudah tahu ini salah siapa. Dan jika prestasi mandek, kita sudah tahu harus marah pada siapa.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit