Alunan takbir berkumandang menjadi tanda hari lebaran telah tiba. Masyarakat muslim dengan gempita menyambut hari kemenangan, yang artinya bulan Ramadan telah berganti bulan Syawal. Hari raya Idul Fitri pada tahun 2022 ini memang berbeda dari biasanya. Salah satunya terkait aktivitas mudik yang kembali leluasa, dibanding dua tahun sebelumnya akibat pembatasan sosial semasa pandemi.
Lebaran adalah momen sakral bagi sebagian besar masyarakat muslim, tak terkecuali pula bagi perokok. Hari lebaran bagi perokok dan masyarakat umumnya menjadi ajang silatruhami yang senantiasa diisi aktivitas ramah tamah dan kegembiraan. Kunjung mengunjungi antar tetangga, kerabat famili saling bermaaf-maafan satu sama lain.
Di gawai kita pun tak kalah riuhnya oleh notifikasi yang berisi ucapan selamat lebaran. Beragam susunan kata puitis nan aduhai sebagai ungkapan rasa atas tuntasnya proses menempuh ibadah puasa demikian beragam. Interaksi di media sosial maupun aktivitas video call menjadi pemandangan lazim di malam lebaran. Meski tak terlalu gempita aktivitas arak-arakan bedug di jalan tahun ini, suasana malam lebaran tak kurang nuansa sakralnya di rona langit malam.
“Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar. Allaahu akbar walillaahil hamd.”
Kalimat suci terus mengalun berkumandang penuh gempita bersahutan. Masyarakat dari beragam golongan, tua dan muda memenuhi lapangan dan masjid yang menyelenggarakan shalat Ied di berbagai tempat.
Aktivitas berpuasa sudah tak lagi dijalankan. Tak sedikit perokok yang mengisi jeda waktu dengan minum kopi dan merokok. Menikmati kudapan lebaran yang relatif jarang dijumpai. Inilah hari dimana umat muslim kembali melakukan aktivitas konsumsi dengan normal.
Waktu mengalir demikian bergempita, langkah orang-orang sepulang dari masjid dan wajah ceria mereka tertampak begitu menentramkan. Tak terasa, momen sungkem antar anggota keluarga berlangsung dengan khidmat.
Semua berlangsung spontan dan terukur tanpa aba-aba dari manapun. Di saat inilah, meskipun kita sedang merokok, mau tak mau hisapan rokok harus segera dituntaskan. Perokok santun tentu senantiasa tak jauh dari asbak untuk tetap menjaga kebersihan dan kesantunan atas kesadarannya.
Tak sedikit masyarakat yang bukan perokok sebagai bagian dari mata sosial akan mencermati perilaku kita perokok. Ini pula hal perlu menjadi perhatian perokok santun, walaupun hari lebaran adalah momen sakral, semua hati berusaha saling melapangkan, tetap saja yang namanya rokok dan asapnya bagi yang bukan perokok akan dipandang berbeda.
Bias di masyarakat akibat dari beragam informasi tentang rokok, tak dipungkiri menimbulkan beragam penilaian. Tak perlu heran, jika pada satu jeda, ada satu dua kerabat yang menyinggung hal-hal kontroversial terkait rokok. Perokok santun tentu punya cara yang ramah dan sikap yang jelas dalam menyikapi interupsi di ruang silaturahmi semacam itu.
Pada kesempatan kumpul keluarga yang datang berbagai tempat, bilamana kita sedang berada di rumah induk—ini istilah yang merujuk pada rumah orang tua. Aktivitas merokok kita haruslah mempertimbang beberapa hal penting.
Misalnya, jika ada anak-anak dari saudara kita, atau handai taulan yang sedang hamil, tentukan sikap untuk tidak merokok di dekat mereka. Sukur lagi, bila di lingkung rumah memang sudah ada peruntukkan tempat bagi aktivitas merokok.
Merokoklah di tempat yang sudah ditentukan itu. Bilamana belum ada pembagian ruang, ya secara alamiah saja, sesama anggota keluarga yang merokok berhimpun di satu titik. Setidaknya di area yang berhubungan langsung dengan udara.
Hari raya Idul Fitri adalah momen yang menggembirakan bagi semua yang datang bersilaturahmi. Meski, pada sudut pandang yang lebih bijak, tuntasnya bulan puasa menimbulkan keharuan di batin individu yang memaknainya.
Sebagai sesama, kesantunan dalam hal merokok di hari lebaran menjadi prioritas yang tak boleh diabaikan. Jangan sampai di hari yang gembira ini, ada satu dua pihak yang tercederai semangatnya oleh sebab aktivitas merokok kita yang menimbulkan kecerobohan. Biar bagaimanapun, rokok memiliki faktor risiko. Sama halnya dengan rendang, maupun kudapan yang serba manis di meja hidangan lebaran. Kesadaran kita akan pilihan konsumsi tetap harus dikedepankan.
Artinya, tidak perlu ada sikap konsumtif yang terlalu. Merokok sewajarnya. Makan rendang secukupnya. Menyeduh kopi seperlunya Menikmati kudapan sepatutnya. Semua dilakoni dengan sikap yang proporsional, itu sudah menjadi satu kunci bagi kelangsungan tubuh dan penilaian sosial terhadap kita.
Akhir kata, kami dari Komunitas Kretek, mengucapkan selamat merayakan lebaran. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga di hari kemenangan ini, segenggam hikmah dari kesantunan kita dapat menjadi teladan bagi semua.
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024
Leave a Reply