Kaum anti rokok tidak pernah berhenti menyalahkan rokok kaitannya dengan kesehatan. Bahkan kematian yang bisa datang kapan saja pun, bagi mereka, penyebab utamanya adalah rokok.
Narasi tersebut mereka gaungkan di berbagai media arus utama, bahwa merokok bisa memperpendek umur. Sumber yang mereka pakai adalah penelitian di jurnal Addiction oleh para peneliti dari University College London.
“Merokok disebut telah menjadi pemicu kematian 120 ribu orang di Inggris setiap tahun dan rata-rata para perokok meninggal dunia 10 tahun lebih cepat dari yang bukan perokok,” begitu bunyi penelitian tersebut.
“Dua pertiga kematian akibat merokok disebabkan kanker paru, penyakit paru seperti emfisema dan bronkitis kronis, juga penyakit jantung dan pembuluh darah,” sambungnya.
WHI Bantah Rokok sebagai Penyebab Utama Kematian
Penelitian itu akhirnya menimbulkan tanda tanya besar: ketemu dari mata hitung-hitungan rokok bisa memperpendek umur?
Sebab, uniknya, pada 18 Oktober 2013 WHO sebagai badan kesehatan dunia mengeluarkan laporan resmi yang menyebut bahwa polusi udara luar menjadi penyebab utama kanker paru-paru.
Bahkan Dr. Kurt Straif dari International Agency for Research On Cancer (IARC), cabang dari WHO yang menjadi spesialis pada masalah kanker, menyatakan bahwa polusi udara yang ditimbulkan dari asap kendaraan, asap pembangkit tenaga listrik, asap pabrik, serta proses pemanasan yang dihasilkan oleh rumah-rumah penduduk merupakan sumber penting pemicu kanker.
Tak serius atasi penyebab utamanya
Maka betapa anehnya ketika selalu menyalahkan rokok sebagai penyebab utama kematian. Sementara penyebab utama versi WHO, yang nyata-nyata terlihat secara kasat, tak pernah benar-benar serius diatasi. Mereka malah sibuk menyalahkan rokok terus-menerus.
Misalnya soal polusi akibat kendaraan bermotor. Apa solusi pemerintah? Oke, ada mobil listrik dan imbauan bersepeda. Tapi sejauh mana keseriusan mereka dalam menyusun regulasi terkait itu? Nyatanya nihil.
Maka, jangan serta merta mengkambinghitamkan rokok. Pertama, tuduhan yang dilayangkan tidak berdasar landasan berpikir yang komprehensif. Hanya bersifat tendensius. Secara akademis, itu sudah bermasalah.
Kedua, memangnya anti rokok menjamin apa jika misinya mematikan Industri Hasil Tembakau (IHT) benar-benar terwujud? Rasa-rasanya akan lepas tangan belaka.
Sementara, hingga saat ini, IHT banyak masyarakat kelas menengah bawah yang bergantung hidup dari sana: petani dan buruh pabrik akan kehilangan mata pencahariannya. Warung-warung kecil hingga pedagang asongan yang penghasilannya dari jualan rokok pun akan kelimpungan jik IHT akhirnya mati. Anti rokok memang tidak mampu berpikir sejauh ini.
Juru Bicara Komunitas Kretek, Rizky Benang
BACA JUGA: Menghisap Tembakau: Upaya Orang Jawa agar Tak Tampak “Hina” di Hadapan Bangsa Eropa
- Pemerintah Terlalu Alergi dengan Seni: Bungkus Rokok Tak Boleh Nyeni, Seniman Tak Punya Penghidupan - 22 January 2025
- Penghasilan Rp20 Ribu Tak Dianggap Miskin: Bukti Negara Miskinkan Rakyatnya, Lucunya Tuduh Rokok Jadi Penyebabnya - 21 January 2025
- Urusan Moral dan Akhlak Tidak Ada Hubungannya dengan Rokok, Biar KamiCari Sendiri - 20 January 2025
Leave a Reply