Sri Mulyani kembali terpilih menjadi Menteri Keuangan di rezim Prabowo-Gibran. Saya tidak tahu pertimbangan besar apa yang membuat Prabowo memilih Mulyani. Memang Sri Mulyani memiliki berbagai prestasi, tapi itu satu hal.
Namun yang tidak boleh dilupakan bahwa Sri Mulyani memiliki dosa besar kepada elemen di Industri Hasil Tembakau. Sri Mulyani adalah musuh Industri Hasil Tembakau. Setiap tahun cukai rokok dinaikan yang membuat penderitaan orang-orang di IHT yang jumlahnya tidak sedikit. Banyak petani tembakau yang tertekan karena sulit untuk menjual tembakaunya. Hal itu yang perlu kita ingat.
Sri Mulyani harusnya paham akan hal itu. Tapi entah kenapa masukan dari berbagai pihak selalu saja mental. Seolah dirinya yang paling pintar. Mentang-mentang lulusan UI. Padahal bukan pintar yang ada malah arogan.
Saya belum bisa memprediksi apakah nanti di kepemimpinan Prabowo, Sri Mulyani akan tobat. Ia akan lebih selektif lagi dalam membuat kebijakan di Industri Hasil Tembakau, khususnya dalam menaikan cukai rokok. Tapi kita lihat dan kawal nantinya.
Banyak program di rezim Prabowo-Gibran
Belakangan saya mengamati, semenjak kampanye Prabowo sampai hari ini banyak sekali tawaran program yang mau diberikan. Dari mulai pemberian makan siang gratis, membangun 3 juta rumah untuk rakyat yang tidak punya rumah, menaikan dana desa menjadi 5 miliar, membangun 13 kota baru di Pantura, memberi beasiswa ke 20 ribuan anak SMA ke luar negeri, membangun pabrik ponsel, membangun rumah sakit dan puskesmas modern di setiap daerah, dan lain-lain, dan lain-lain.
Tapi itu baru kampanye. Tinggal nanti bagaimana realisasinya. Yang jelas dari sekian banyak program Prabowo-Gibran itu membutuhkan anggaran yang sangat banyak. Apalagi belakangan ramai diperbincangkan mengenai kabinet gemuk di era Prabowo. Menteri, wakil menteri, staf khusus yang sebelumnya belum pernah ada di Indonesia. Belum lagi ditambah dengan beban hutang negara di rezim sebelumnya: Jokowi. Ada juga IKN yang belum selesai.
Alias saya mengatakan bahwa negara akan butuh banyak uang. Tentu nanti yang akan membayarnya adalah rakyat. Membayar melalui pajak. Karena menjadi rahasia umum bahwa pajak menjadi penyumbang nomor 1 di Indonesia. Jenis-jenis pajak sangat banyak, salah satunya berasal dari cukai rokok.
Bisakah Sri Mulyani?
Lantas ada pertanyaan yang bisa kita ajukan, apakah Sri Mulyani mampu menyediakan anggaran program-program di rezim Prabowo. Bisa atau tidaknya tentu belum bisa kita jawab hari ini. Yang pasti beban Sri Mulyani akan lebih berat. Namun jauh lebih berat adalah rakyat. Karena rakyatlah yang nanti akan terus dieksploitasi dengan pemberian pajak yang besar. Terbukti juga kok pajak tahun depan naik menjadi 12 persen.
Kemudian pendapatan yang nantinya negara dapatkan salah satunya adalah dari cukai rokok. Setiap tahunnya cukai rokok menyumbang kas negara ratusan triliun. Tentu itu bukan jumlah yang tidak sedikit. Oleh karena itu kalau memang Sri Mulyani mau terus berharap dari cukai rokok maka kebijakan yang diambil mestinya tidak melulu soal menaikan cukai rokok. Karena cukai rokok yang naik justru membuat pendapatan negara tidak sesuai target. Persis yang terjadi di tahun 2023. Jangan pernah bilang juga bahwa perokok itu beban negara. Karena dari rokok justru pendapatan negara terbantu.
- Hanya Orang Goblok yang Merokok Saat Berkendara - 8 November 2024
- Semua Masalah di Dunia ini Pasti Penyebabnya Rokok - 8 November 2024
- Yang Dilakukan Pemerintah terhadap Rokok Bukan Pengendalian Melainkan Penghancuran secara Pelan-pelan - 7 November 2024
Leave a Reply