Sungguh sangat menyebalkan ketika hampir sekali dalam seminggu saya selalu menemukan berita yang sama terkait wabah covid-19 dan rokok. Polanya selalu sama, mengaitkan penyebaran virus corona dengan akibat dari merokok, tapi dengan berita yang berbeda-beda. Terbaru, Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia, Adib Khumaidi menyebutkan bahwa asap rokok bisa menjadi medium penyebaran corona. Sampai sini, silakan tertawa.
Kondisi pandemi ini memang sudah seperti adegan dalam sinetron di mana seorang dokter tiba-tiba menjadi tokoh protagonis meski hanya muncul dalam adegan yang singkat. Keluar dari ruangan, lalu langsung dikerubungi oleh keluarga pasien dan satu kalimat yang pasti terlontar ‘kondisinya bagaimana, dokter?’. Mirip dengan kondisi sekarang, di mana kita sangat percaya betul dengan dokter dan ahli medis ketimbang pemerintah kita sendiri.
Apa yang akan dikatakan oleh dokter maka akan kita percayai, nyaris mirip dengan adegan di sinetron. Jika apa yang dibilang dokter baik, maka kita akan berbahagia. Sebaliknya, jika buruk, kita harus mempersiapkan diri.
Percaya kepada dokter memang suatu keniscayaan di tengah pandemi ini. Mereka mempelajari hal yang tidak kita pelajari dan (mungkin) mereka juga melewati masa pendidikan yang ketat sebelum menjadi dokter. Akan tetapi, jika kita harus percaya seutuhnya pada dokter rasanya juga tidak tepat. Apalagi dengan pernyataan Wakil Ketua IDI di atas yang menyebutkan bahwa asap rokok bisa jadi medium penyebaran corona.
Begini. Kalau memang asap rokok disalahkan, asap sate juga bisa dong? Atau asap kendaraan bermotor dan yang lainnya? Mengapa hal itu juga tidak ikut dipermasalahkan?
Oke saya memahami satu hal bahwa asap rokok dikeluarkan dari mulut seseorang sama halnya seperti bersin. Tapi kalau bersin menyebabkan penyebaran corona itu sudah terbukti karena melalui hasil riset dan penelitian. Lantas kalau asap rokok?
Di sinilah kemudian saya tidak sepakat seutuhnya pernyataan para dokter. Jika pernyataan itu muncul setelah melalui hasil penelitian, maka bisa saya terima. Membantahnya pun juga harus melalui ranah serupa. Tapi bagaimana jika tidak ilmiah? Ini yang gawat. Ga perlu dokter yang bilang begitu, politisi pun bisa!
Justru malah pernyataan asap rokok dapat menjadi medium penyebaran corona malah dibantah juga oleh sesama anggota IDI. Daeng M. Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengatakan belum ada penelitian spesifik tentang penularan Covid-19 melalui asap rokok. Dari sini jelas saya bisa menarik satu asumsi, bahwa apa yang disampaikan oleh Wakil Ketua IDI tidak memiliki landasan yang jelas, common sense, sangat mudah terbantahkan, dan berpotensi hoax.
Saya jadi mengingat apa yang kemudian disampaikan oleh Manajer Liverpool, Juergen Klopp beberapa waktu lalu. Dia menolak untuk berkomentar tentang corona karena itu bukan ranahnya, ia hanya seorang pelatih sepak bola biasa yang sering menggunakan topi. Dokter memang punya hak untuk berbicara corona karena mereka mempelajari tentang tubuh manusia dan medis. Tapi sekali lagi, harus berdasarkan data, data, dan data. Kan kita tahu juga sebelum divonis satu penyakit, biasanya dokter melihat jejak rekam medis kita.
Jadi buat IDI, hentikanlah pernyataan-pernyataan yang sebatas asumsi belaka tanpa ada landasan ilmiahnya. Publik butuh penjelasan meski ketidakpastian kapan pandemi ini berakhir adalah satu-satunya yang hal yang jelas pada saat ini.
Daripada berbicara seenaknya di ruang publik, lebih baik fokus pada pekerjaan atau mulai melakukan riset terkait covid-19 dan cara menanganinya. Kita sudah geleng-geleng kepala lihat kebijakan pemerintah, masa pernyatan dokter pun bikin kita makin pusing?
Oh, ya, biar tidak kita saja yang dibikin pusing atas segala pernyataan kalian soal rokok. Di luar negeri sana ada riset yang menyebutkan bahwa para perokok ternyata tidak rentan terkena corona. Hai dokter, anda pusing kan? Silahkan diteliti ya.. hehehe…
- Rokok Lucky Strike, Cigarettes That Always Strike You! - 7 November 2021
- Apa Rokok Paling Enak Versi Perempuan? - 16 October 2021
- Rekomendasi Rokok Enak Untuk Pemula (Bagian 2) - 9 October 2021