Rancangan Permenkes cukup berbahaya apabila disahkan. Sebab, ada banyak sektor yang rugi akibat rancangan tersebut.
Kalau kita cermat di media sosial maupun dunia nyata banyak sekali narasi-narasi yang mendiskreditkan rokok. Menilai bahwa rokok adalah barang yang tidak layak untuk dikonsumsi. Menganggap bahwa rokok adalah biang masalah. Tapi perlu kita ingat, fakta menunjukan masih banyak orang yang merokok. Tapi kenapa tidak banyak orang yang mencoba untuk mengcounter narasi negatif dari rokok itu? Lantaran perokok dikenal sebagai silent majority: mayoritas yang diam.
Saya tidak akan mengatakan apakah menjadi silent majority itu benar atau salah. Tapi yang jelas bahwa sudah semestinya sebagai perokok kita mesti aware dengan permasalahan yang ada di Industri Hasil Tembakau. Mengingat menjadi apatis itu justru disukai oleh pemerintah. Karena dari situ pemerintah akan seenak jidat menentukan regulasi tanpa mempertimbangkan sudut pandang dari silent majority.
Sebagai perokok sudah semestinya kita memperjuangkan hak-hak kita. Karena kita bagian dari ekosistem Industri Hasil Tembakau. Kalau ada satu saja lini yang pincang maka lini lain akan ikut terpengaruh. Sehingga diperlukannya bahu-membahu untuk mempertahankan hak-hak yang mesti kita terima.
Dalam konteks regulasi, berbagai aturan di Industri Hasil Tembakau terus-menerus dikeluarkan dengan dalih pengendalian padahal kalau dipikir secara jernih pemerintah memiliki niatan untuk penghancuran. Bukan pengendalian. Misalkan yang paling mutakhir adalah Rancangan Permenkes yang mengatur soal standarisasi kemasan rokok wajib polos.
Sekilas mendengar aturan itu mungkin terdengar sepele. Seolah pemerintah kurang kerjaan karena mau mengurusi kemasan rokok belaka. Tapi kalau kita telisik, aturan itu efeknya bukan main-main. Banyak pakar memprediksi ketika aturan itu diterapkan maka kehancuran Industri Hasil Tembakau benar-benar akan terjadi.
Dampak Rancangan Permenkes dari PHK Naik hingga Permintaan Rokok Legal Turun
PHK buruh rokok akan terjadi, rokok ilegal akan lebih liar lagi, permintaan rokok legal akan menurun, pendapatan negara berpotensi turun, warung-warung kecil akan kesulitan menjual rokok dan sebagainya. Sekali lagi itu efek yang tidak main-main.
Lantas apakah kita sebagai perokok yang jumlahnya banyak akan diam saja? Apakah kita tidak sedikit pun mau menyuarakan hal itu. Iya mungkin kalian hanya perokok. Bukan buruh rokok, petani tembakau, petani cengkeh, atau orang yang hidup dari sektor Industri Hasil Tembakau.
Tapi coba kalian bayangkan, bagaimana kalau misalkan ada bapak-ibu atau keluarga kalian yang memilih menjadi buruh di pabrik rokok. Memilih menjadi petani tembakau, petani cengkeh, atau pekerjaan lain yang mengandalkan rokok sebagai mata pencaharian. Coba sejenak kita bayangkan saja dulu. Apakah kita tega membiarkan mereka kehilangan pekerjaan di tengah menjadi kerja sangat sulit. Di tengah pemerintah tidak peduli dengan rakyatnya. Apakah kita akan diam saja?!
Oleh karena itu tidak bijak kalau kita memilih untuk diam. Kita sebagai perokok jumlahnya sangat banyak. Kalau kita mau menyuarakan perlawanan secara serentak kita pasti menang. Pasti. Kita bisa mengalahkan orang-orang anti rokok yang jumlahnya tidak seberapa itu. Ingat jumlah kita banyak. Kita pasti menang!!
- Hanya Orang Goblok yang Merokok Saat Berkendara - 8 November 2024
- Semua Masalah di Dunia ini Pasti Penyebabnya Rokok - 8 November 2024
- Yang Dilakukan Pemerintah terhadap Rokok Bukan Pengendalian Melainkan Penghancuran secara Pelan-pelan - 7 November 2024
Leave a Reply