Ketika publik membicarakan rokok, hal yang paling sering kita temui adalah tanggapan negatif. Rokok itu membunuh, rokok itu berbahaya, rokok itu tidak berguna bagi kehidupan masyarakat. Karena memang persepsi masyarakat kebanyakan dibangun dengan tujuan yang seperti itu. Walau kemudian, kita juga sama-sama tahu bahwa rokok juga bisa menyelamatkan kehidupan.
Ada banyak manfaat rokok yang tidak diungkap ke publik. Misalnya, para rokok yang mengurangi risiko penyakit parkinson. Atau riset Journal Arthritis & Rheumatism yang menunjukkan bahwa potensi perokok untuk mengalami operasi sendi lebih sedikit ketimbang yang tidak.
Bahkan, beberapa waktu lalu terjadi peristiwa menghebohkan yang menunjukkan jika rokok mampu menyelamatkan nyawa seseorang. Bukan hanya bermanfaat, tapi juga menyelamatkan nyawa, sesuatu yang luar biasa bukan?
Jadi begini, pada awal Maret kemarin, petugas pemadam kebakaran Malaysia berhasil menyelamatkan seseorang yang melakukan upaya bunuh diri. Mereka menggunakan dua strategi, yakni persuasif dan preventif. Satu tim mendekati pria yang mau bunuh diri untuk membujuknya, satu lagi menanti di sungai lengkap dengan perahu karet sebagai upaya jaga-jaga.
Sembari mencari celah dan bernegosiasi dengan sang pria, petugas pemadam kemudian menawarkan sebatang rokok kepada sang pria. Tertarik, dirinya pun mendekati petugas untuk mengambil rokok yang ditawarkan. Melihat peluang ini, pemadam pun langsung menarik dan menyelamatkan sang pria, dan upaya bunuh diri tersebut berhasil digagalkan.
Dalam hal ini, kita tentu harus mengapresiasi petugas pemadam kebakaran yang menawarkan rokok dalam upaya penyelamatan. Namun, di sisi lain kita pun perlu memahami kenapa si pria mau saja menerima tawaran sebatang rokok, yang akhirnya mampu menyelamatkan dirinya.
Di setiap upaya bunuh diri, pasti terdapat sosok yang tengah menghadapi beban hidup yang berat. Karena akhirnya merasa tidak sanggup menanggung itu semua, orang itu pun memutuskan untuk melakukan upaya bunuh diri. Hal ini biasanya terjadi karena ketika menanggung beban itu, Ia tidak menemukan sesuatu yang mampu membantunya menghadapi permasalahan, hingga akhirnya dengan pasrah berniat melakukan tindakan tersebut.
Pada konteks ini, kejadian di Malaysia membuktikan bahwa rokok menjadi salah satu sarana bagi seseorang untuk mengurangi beban hidupnya. Rokok menjadi sarana rekreatif murah, yang membuat konsumennya menjadi lebih rileks seperti kala refreshing. Karena itu, ketika seseorang tengah mengalami beban hidup yang cukup berat, Ia akan memilih rokok sebagai teman untuk menghadapinya.
Jadi, ketimbang memutuskan untuk mengakhiri hidup atau menyerah pada permasalahan, cobalah cari teman yang bisa diajak berbincang. Kita ini mahluk sosial, tak bisa menanggung segala sesuatu melulu seorang diri. Sembari merokok dan menikmati kopi di kala senja, berbincanglah. Percayalah jika kalian tidak berdiri sendiri di dunia ini.
- Melindungi Anak adalah Dalih Memberangus Sektor Kretek - 29 May 2024
- Apakah Merokok di Bulan Puasa Haram? - 20 March 2024
- Betapa Mudahnya Membeli Rokok Ilegal di Warung Madura - 23 February 2024