Press ESC to close

Rokok ST dan Divine yang Membangun Tren Rokok Sehat

Rokok sehat sebetulnya semata sebuah tren yang muncul sebagai kontra narasi dari kampanye buruk soal rokok. Rokok ST termasuk brand yang mengawali tren tersebut, selain pula rokok Divine yang diprakarsai oleh Profesor Gretha Zahar.

Rokok Sehat Tentram (ST) pada awalnya kemunculannya saja sudah cukup nekat memainkan slogan; “rokok ini dapat menyebabkan kesehatan”. Narasi tersebut menjadi anti tesis yang secara langsung telah menyalakan satu bentuk perlawanan.

Ketika gerakan antitembakau demikian gencar membunyikan kampanye yang mendiskreditkan rokok dengan memanfaatkan isu kesehatan. Rokok asal Jawa Timur itu justru menghadirkan kontradiksi di tengah kontroversi tentang bahaya rokok. Tak ayal, produk dengan memanfaatkan frasa ‘rokok sehat’ menjadi produk yang mendapatkan konteksnya. Berangsur mendapatkan pasarnya.

Demikian pula dengan rokok Divine, kemunculan rokok ini disertai dengan sederet hasil penelitian yang cukup mencengangkan. Sesuatu yang saintifik yang jarang diketahui publik dikenalkan secara gencar. Profesor Gretha Zahar bersama Dokter Sutiman, berhasil menemukan formula berbasis nano biologi untuk mengikat radikal bebas pada pembakaran rokok.

Baca Juga:  Cukai Rokok 2023 Naik? Gak Usah Panik! Ini Solusi Agar Bisa Tetap Ngebul

Sebetulnya di antara dua brand yang mengawali tren rokok sehat tersebut, ada beberapa brand lainnya yang tak kalah seru dalam memanfaatkan kontroversi rokok. Hal inilah yang sejak memasuki tahun 2000an awal sudah bergerilya untuk mendapatkan ceruk dagangnya.

Sebagaimana kita ketahui, sejak awal tahun 2000, kampanye antitembakau global sudah melakukan berbagai penetrasi untuk mempengaruhi pasar rokok di Indonesia. Salah satunya dengan menetapkan standar kandungan nikotin dan tar pada berbagai produk rokok di Indonesia.

Kehadiran rokok sehat di pasaran memang bukan suatu hal yang ajaib juga. Apalagi jika kita lacak lagi sejarah asal muasal kemunculan produk kretek, dimana ada andil rempah (cengkeh) yang membuat ia menjadi medium pengobatan bagi seorang Haji Djamhari.

Seiring waktu, lepas dari babak kejayaan kretek, gempuran kepentingan dagang perusahaan rokok asing dan korporasi farmasi, membuat keberadaan kretek menjadi terancam. Apalagi sejak munculnya regulasi yang bicara soal pengendalian tembakau ke dalam Peraturan Pemerintah, salah satunya PP 109/2012.

Jadi, sejatinya keberdaan rokok sehat di pasaran ditunjang oleh masifnya kampanye kesehatan yang menjelek-jelekkan rokok. Artinya, justru di antara gempuran kampanye kesehatan yang menyasar rokok. Tren rokok sehat mendulang keuntungan dari kontroversi rokok yang ada di masyarakat.

Baca Juga:  5 Solusi agar Puntung Rokok Kalian Tidak dibuang di Sembarang Tempat

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah