Press ESC to close

Indonesia Menjadi Budak Bagi Bangsa Asing: Tunduk Ketika Komoditas Unggulan Dihancurkan 

Setidaknya ada empat komoditas unggulan yang dihancurkan oleh penguasa dunia. Kini, kretek hendak bernasip serupa. 

Pramoedya Ananta Toer pernah mengatakan, Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak di antara bangsa-bangsa lain”. Saya pikir hingga saat ini pernyataan itu masih relevan. Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah namun kenapa masih banyak rakyat yang menderita. Indonesia dikenal dengan negara agraris tapi kenapa banyak petani yang miris. 

Kekayaan bangsa Indonesia terus dikeruk segelintir orang dan terus-menerus diperas oleh asing. Asing terus berusaha untuk menghancurkan berbagai komoditas yang ada di Indonesia dengan berbagai cara. Sialnya pemerintah membiarkan bahkan turut serta untuk mendukungnya. 

Beberapa komoditas unggulan yang pernah dihancurkan oleh asing turut dibahas dalam buku Membunuh Indonesia: Konspirasi Global Penghancuran Kretek. Saya akan coba merangkumnya untuk kalian. 

4 Komoditas Unggulan yang Dihancurkan oleh Penguasa Dunia

Setidaknya ada empat komoditas Indonesia yang pernah dihancurkan oleh penguasa dunia, yaitu:

a. Minyak Kelapa

Pertama mengenai minyak kelapa. Indonesia pernah menjadi produsen minyak kelapa. Masyarakat Indonesia pernah mengkonsumsinya ribuan tahun. Tapi melalui lembaga-lembaga multinasional mereka membuat agenda untuk memerangi kelapa. Minyak kelapa memiliki citra buruk bagi kesehatan. Pemerintah turut menganaktirikan petani kelapa yang membuat komoditas ini menjadi sia-sia. 

Baca Juga:  Perawatan Gigi, Sirih, dan Tembakau

b. Gula

Kedua perihal gula. Sejarahnya pada 1930-an Indonesia pernah menjadi negara penghasil gula nomor dua setelah Kuba. Namun kini berbalik menjadi negara PENGIMPOR gula terbesar. Nasib naas Indonesia itu terjadi karena pada 1998 pemerintah Indonesia membuka kran untuk membebaskan tata niaga multinasional termasuk gula demi meraup keuntungannya sendiri. Walhasil negara lainlah yang justru mendapatkan keuntungan dari impor gula ke Indonesia. Sedangkan masyarakat sendiri justru menderita. 

c. Garam

Kemudian ketiga nasib yang tak kalah mengenaskan adalah garam. Dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia pernah berjaya melalui produksi garam. Namun sayangnya karena kebijakan standarisasi garam yang berasal dari negara asing ditambah ketidakbecusan pemerintah setempat mengelola sumber daya garam, Indonesia justru menguntungkan 70% kebutuhan garam dari pasokan impor. 

d. Jamu

Keempat adalah jamu. Negeri ini pernah memiliki banyak sekali tumbuhan yang bisa dijadikan obat. Dalam dokumen Kebijakan Obat Tradisional tahun 2006, tercatat ada 30.000 jenis tetumbuhan, 7.500 diantaranya tergolong tanaman obat. Namun pemerintah justru lebih berkiblat ke asing. Mereka membiarkan jamu menjadi obat yang diremehkan. Pemerintah justru membuka kran bagi negara-negara maju untuk berjualan obat kimia agar bisa laku keras di Indonesia. Tak ayal dokter-dokter justru sibuk mempromosikan obat daripada mengobati. 

Baca Juga:  Kiat Mengurangi Risiko Penyakit Jantung

Dari empat komoditi itu rokok kretek menjadi bagian yang terus coba dihancurkan oleh asing. Sebab sama seperti kelapa, gula, garam, dan jamu, kretek perlahan terus dicoba disingkirkan. Pengelola negara justru lebih tunduk kepada asing (WHO) dengan memakai niat kesehatan sebagai kambing hitam untuk menghilangkan rokok kretek dari bumi Indonesia. Padahal kretek sejak dulu hingga saat ini terus memberikan kontribusi yang sangat besar bagi negeri. 

Dari semua itu tentu kita harus bersikap kritis apakah kita akan terus-terusan menjadi budak bagi bangsa asing. Ketika sektor unggulan dalam negeri terus-menerus dihimpit dan dimatikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *