Press ESC to close

Tembakau Menjadi Andalan Petani Demak

Tembakau layaknya tanaman perkebunan lain juga memberi keuntungan yang sangat diandalkan. Meski bukan buahnya yang dipanen seperti belimbing atau kelengkeng. Sebagai komoditas perekebunan, tembakau memiliki hikayat panjang yang ajaib. Bukan sebatas keuntungan ekonomi, pula tembakau memberi berkah sosial bagi banyak pihak. Dari petani, industri, sampai konsumennya. Juga negara.

Demak adalah salah satu kabupaten yang berada di timur-nya Kota Semarang, kabupaten yang memiliki luasan perkebunan tembakau cukup signifikan, yang tahun lalu tercatat ada 2.371 hektar, kini bertambah menjadi 2.478 hektar. Dari luasan lahan tanam tembakau itu diperkirakan mampu menghasilkan 2.075 ton tembakau.

Seperti juga daerah-daerah lain di Indonesia, peran komoditas ini cukup memberi penghasilan lebih untuk petani, selain pula dari tanaman produktif lainnya. Kita bisa ketahui juga ada sejumlah daerah lain seperti Kabupaten Samosir (Sumatera Utara), Kabupaten Bangli (Bali), juga di Lampung dan Aceh yang belakangan dikenal dengan Tembakau Gayo. Dimana para petani masih menjadikan tembakau sebagai andalan pendapatan.

Meski juga kita ketahui, sejak lama kampanye kesehatan yang mendeskriditkan tembakau demikian gencar. Bahkan mendiskriminasi keberadaan konsumennya. Namun bagi para petani tembakau keriuhan kampanye itu dianggap sebagai isapan jempol belaka. Lantaran petani mengolah lahan hidupnya dengan satu keyakinan tulus, bahwa: tak ada anugerah alam Indonesia yang sia-sia diciptakan. Buktinya, negara mendapat pemasukan besar dari Industri Hasil Tembakau (IHT), petani dapat menyisihkan penghasilan untuk menyekolahkan anak, bahkan untuk membiayai ibadah ke tanah suci. Itu terbukti di banyak daerah.

Baca Juga:  Betapa Mudahnya Membeli Rokok Ilegal di Warung Madura

Sistem kemitraan petani dan pabrikan pun sudah berlangsung dengan baik di Demak. Sistem jalinan kemitraan ini berjalan secara harmonis. Kualitas tembakau yang dihasilkan pun turut menyesuaikan standar yang diinginkan pabrikan. Hal ini tersampaikan secara terbuka pada kesempatan sosialisasi musim tanam tembakau di Demak pada beberapa waktu lalu.

Ada sejumlah harapan dari musim tanam tahun ini, yang tentunya harapan akan hasil panen tembakau nanti dapat bertambah lebih baik. Dan harga jualnya pun dapat menguntungkan petani. Upaya yang dilakukan petani di Demak ini diharapkan sebangun dengan hal tersebut. Karena biar bagaimanapun, komoditas tembakau memberi nilai yang menguntungkan bagi para pihak yang bergantung hidup dari sektor ini.

Beberapa hal yang kerap menjaadi acuan dalam pencapaian kualitas panen tembakau yang baik. Adalah dengan tetap memperhatikan faktor cuaca, peluang pasar, serta tetap mengetahui jumlah permintaaan serta standar mutu yang diserap pihak pabrikan. Agar kelak tidak terjadi kerugian yang ditanggung petani, beberapa hal tersebut merupakan syarat lazim yang menjadi acuan dalam mengelola komoditas tembakau pada umumnya.

Baca Juga:  Industri Rokok Asing

Dari sisi ini pengharapan pemerintah daerah pun terlihat dengan senantiasa memberi arahan serta perhatian, terkait sektor riil yang dipandang mampu menjadi lokomotif pendukung percepatan pembangunan ekonomi di daerahnya.

Terlebih lagi jika itu memang terkait keberpihakan terhadap kepentingan petani tembakau, maka prioritas pengalokasian DBHCHT sudah semestinya tepat guna untuk kemajuan sektor pertembakauan di Demak, seturut pula untuk kemakmuran petani. Artinya, jangan sampai bunyi keberpihakan pemerintah daerah hanya sebatas lips service belaka. Bualan yang sekadar menyedap-nyedapkan saja. Semoga.

 

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah