Press ESC to close

Merokok Bersama Dalam Sebuah Demonstrasi

Andil rokok sebagai medium perekat sosial kerap kita temui di berbagai kesempatan. Saat kenduri dengan warga, di pos ronda ataupula saat menepi di sebuah warung pinggir jalan. Momen merokok bersama dengan sesama tentu menjadi satu pengalaman tersendiri.

Pada saat-saat seperti sekarang, jelang waktu ditetapkannya kenaikan cukai untuk 2022, sepintas saya membayangkan aktivitas Jokowi muda semasa berstatus mahasiswa, kala gemar naik gunung bersama teman-temannya. Mungkinkah ada momen merokok di gunung terjadi, saat sama-sama perlu melepas lelah? Mungkin saja Jokowi muda kala itu tak memandang rokok adalah amunisi penting bagi mahasiswa selama pendakian. Walaupun ketika itu dilakukan segelintir temannya sesama pegiat, baginya hal itu tentu hal lumrah.

Bagi para pecinta alam, merokok bukanlah hal yang tabu, tak pula dibuat risau oleh kencangnya isu kesehatan yang dimainkan antirokok. Bahan baku rokok toh adalah anugerah alam Indonesia. Lain halnya dengan kondisi sekarang, ketika semua hal yang berkaitan dengan rokok selalu saja dicap negatif. Bahkan soal kenaikan cukai tiap tahun pun dalilnya kerap didasarkan pada pandangan negatif terhadap rokok.

Momen merokok bersama dengan teman sepergaulan ataupula dengan orang-orang yang kita pandang penting dan berpengaruh, boleh jadi itu akan menimbulkan rasa takjub tersendiri. Misalnya saja seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu, ketika sejumlah mahasiswa duduk melingkar merokok bersama seorang Walikota selepas pelantikan jabatannya.

Baca Juga:  Jangan Merokok Sembarangan di Masa New Normal

Suasana cair nan santai mengalir layaknya di lingkar pergaulan sebaya. Para mahasiswa yang kala itu tengah menyuarakan aspirasinya disambut dengan sikap yang terbuka dan santai. Sebagian tetap menjalankan aktivitas kuliah online, diskusi bersama Walikota Tasikmalaya yang baru pun tetap berlangsung.

Suasana cair semacam ini terbilang jarang sekali terjadi. Bahkan seringkali yang kita ketahui melalui media adalah aksi unjuk rasa yang kerap diabaikan oleh pejabat bersangkutan. Tak jarang, hal itu memicu kekesalan para pengunjuk rasa sehingga berujung kisruh. Namun, melalui video unggahan berdurasi singkat di Instagram melalui akun @fauzanahmd.99, kita dapat merasakan makna rokok sebagai bagian dari perekat sosial.

Diceritakan Ahmad, kalau dirinya dan teman-temannya ditawari rokok oleh Pak Walikota. Kemudian disambut oleh mahasiswa dengan sebats bersama. Bisa kita bayangkan betapa santainya momen itu berlangsung, mahasiswa tetap bisa menyampaikan pendapatnya, Pak Walikota turut merespon pendapat positif dari mahasiswa yang didasarkan itikad positif demi kemajuan kotanya.

Tahun silam, jauh sebelum unggahan video demo yang berujung diskusi sambil sebats bersama itu, jagat medsos sempat dibikin geger oleh aksi pendemo yang meminta rokok ke barisan aparat. Meski suasana demonstrasi terkait penolakan terhadap disahkannya UU Cipta Kerja berlangsung cukup panas. Namun, terlihat di situ, momen berbagi rokok terjadi.

Baca Juga:  Rokok ilegal: Merugikan Negara, Menguntungkan Konsumen, dan Memperkaya Mafia

Iya, sekali lagi, rokok adalah medium perekat sosial. Pencair suasana di kala penat, pelepas ketegangan. Itu telah terbukti di berbagai kesempatan. Rokok bukan melulu seperti yang dituduhkan serba negatif oleh antirokok. Faktanya, tidak sedikit pejabat pemerintah yang merokok bahkan mau berbagi. Sepanjang aktivitas merokok itu disertai rasa tanggung jawab dan menikmatinya dengan segenap kesantunan. Ya itu sudah.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah