Press ESC to close

Bahan Baku Rokok; Tentang Wur di Indonesia

Bahan baku rokok tidak hanya tembakau. Di Indonesia, negeri yang dikenal dengan kekayaan rempahnya, telah dikenal penggunaan wur pada rokok. Salah satu fungsi wur ini sebagai penyedap rasa, sekaligus penstabil nikotin yang dikandung dari tembakau.

Unsur wur tidak lain adalah aneka rempah yang umumnya digunakan sebagai bumbu masak. Di beberapa pasar tradisional banyak dijual rempah-rempah yang biasa dijadikan wur. Di antaranya adas, rasanya manis pedas dan bersifat hangat.

Selain adas, pada wur ini juga terdapat cengkeh. Tanaman endemik Maluku ini adalah komoditas primadona yang dikenal sejak dulu. Cengkeh banyak digunakan untuk bahan baku rokok, terutama kretek. Unsur inilah yang membuat Indonesia dikenal dengan rokok khasnya itu.

Untuk diketahui juga, penggunaan wur lazim dikenal dan digunakan untuk rokok tingwe. Di kalangan penikmat tingwe, unsur wur biasanya ditaburkan pada lintingan tembakau dengan porsi yang tidak banyak.

Porsi yang pas itulah yang dibutuhkan untuk sebatang tingwe. Masing-masing penikmat tingwe punya kadar pas yang berbeda-beda. Di masa sekarang, penggunaan wur hanya sebatas cengkeh. Beberapa toko tembakau, menjual wur itu hanya berupa irisan cengkeh.

Baca Juga:  Begini Sejarah Rokok Mild di Indonesia

Jika kita merujuk pada sejarahnya, penggunaan bumbu rokok sudah diterangkan dalam Serat Warna Warni, tertulis tahun 1829. Buku kuno tersebut tersimpan baik di museum Radya Pustaka, Solo. Ini adalah salah satu museum tertua dari yang pernah ada.

Pada serat tersebut disebutkan, bahwa bumbu rokok itu antara lain menyan, pucuk, kayu manis, kategari, pulasari, mesoyi, adas, tepaos, pala, garu, katumbar, waron, cendana, cengkeh, kencur. Itu semua adalah rempah-rempah yang merupakan kekayaan hayati negeri ini.

Adapun wur, berdasar serat tersebut disebutkan terdiri dari menyan, pucuk, unem, kayu manis, tegari, pala, mesoyi, garu dan adas. Pada masanya, wur ini cukup populer di pasaran, terdapat pabrik pengolahannya di samping Pasar Kartasura, Sukoharjo. Merek Kepala Jenggot adalah wur yang paling hits pada masa itu.

Perihal wur ini memiliki sejarah yang panjang memang. Dulu, seorang mantri keraton Solo, Irodiko, menjadi sosok yang populer menggunakan wur pada rokok nipahnya, pada tahun 1890. Agaknya, serat Warna Warni itulah sumber pustaka Irodiko dalam mengetahui penggunaan bumbu pada rokoknya–jika ditilik dari tahun dituliskannya serat Warna Warni.

Baca Juga:  Mengenal ‘Tari Kretek’ yang Genit

Kini, wur yang ada di pasaran hanya berupa cengkeh yang dirajang kecil-kecil. Ada juga yang sudah berupa bubuk. Unsur rempah pada wur yang sudah tidak sekomplit dulu. Sekadar info tambahan, pabrik Kepala Jenggot yang dulu memproduksi wur, sudah tidak berperasi lagi sejak tahun 1993. Kabarnya lantaran permintaan pasar terhadap wur semakin menurun.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah