Press ESC to close

Ladang Tembakau dan Seremoni Simbolis

Ladang tembakau adalah bagian dari sistem tanda pada kebudayaan agraris. Tak melulu dimaknai sebagai lahan tanam bagi tumbuhnya komoditas emas hijau yang memberi devisa. Artinya, dapat dimaknai juga sebagai ruang simbolis bagi mereka yang memanfaatkan budaya perladangan.

Dengan berladang manusia dapat hidup dan menghidupi dari segala yang bertumbuh di ladang. Bahkan menjadi ruang pencitraan etos budaya masyarakat akan adanya kelangsungan hidup bersama.

Seturut itu, pada beberapa waktu lalu, tepatnya di daerah Temanggung, daerah penghasil tembakau yang sebagian besar pendapatan daerahnya berasal dari komoditas tembakau telah dilaksanakan satu seremoni yang berbeda dari biasanya. Yakni melantik pejabat daerah di ladang tembakau.

Hal ini dilakukan atas dasar keinginan mendekatkan pejabat untuk ikut merasakan kondisi masyarakat tembakau serta persoalan yang dialami. Tak heran memang, jika Bupati Temanggung memiliki perhatian khusus terhadap sektor pertembakauan. Menurutnya, mengingat pula dalam waktu dekat ini akan berlangsung pula panen raya.

Dalam berbagai kesempatan, Bupati Temanggung kerap membuktikan dirinya demikian peduli pada kehidupan masyarakat pertembakauan. Di antaranya melakukan upaya konsolidasi dengan pihak pabrikan untuk tetap membeli hasil panen petani.

Baca Juga:  Tidak Heran Kalau Muhammadiyah Mengeluarkan Fatwa Haram Vape

Dari sisi ini kita bisa menilai, pemerintah daerah Temanggung memiliki prioritas kepedulian dan itikad baik yang perlu diapresiasi. Secara teori komunikasi politik, seremoni pelantikan pejabat di tengah ladang tembakau ini tentu akan dinilai sebagai pencitraan simbolis belaka.

Tentu pula hal itu mengandung pesan tersendiri yang cukup merebut perhatian media dan masyarakat tani. Hanya saja, seremoni itu kemudian menimbulkan pertanyaan menggelitik di benak. Bukankah para pejabat yang dilantik itu berasal dari masyarakat pertembakauan?

Artinya iya pejabat golongan eselon yang dilantik itu sebetulnya juga paham persoalan masyarakatnya, tanpa harus dicitrakan dengan argumen agar lebih memahami persoalan masyarakat tembakau. Eh iya, tapi kadang manusia perlu diingatkan agar tak menjadi kacang yang lupa pada kulitnya ya. Okesip.

Namun, kalau kita tanyakan ke petani langsung, apakah seremoni simbolis itu memberi manfaat bagi kehidupan mereka, misalnya terkait dampak regulasi cukai, tentu jawabnya semoga saja. Tapi jika seremoni itu memberi kesan tersendiri, iya tak dipungkiri.

Sebagaimana kita ketahui, problem petani di antaranya soal ketersediaan pupuk bersubsidi yang belakangan susah diakses. Bahwa aktivitas ekonomi petani tak semata soal bercocok tanam lalu selesai. Ada persoalan kebijakan yang membuat petani sulit mendapatkan kesejahteraan, intinya, pemerintah harus mampu menjamin adanya regulasi yang berpihak agar hasil panen terserap.

Baca Juga:  Tarif Cukai 2021 Dipastikan Kembali Naik

Hal itu semua tentu bukan begitu saja terjawab dengan mengadakan seremoni yang bersifat politis. Temanggung sebagai daerah penghasil jangan sampai hanya diangkat simbolnya saja sebagai kota tembakau. Namun pula harus mampu menghadirkan kesejahteraan yang merata bagi para petaninya. Terakhir, selamat mengabdi untuk masyarakat kepada para pejabat yang dilantik, ingat loh, perjuangan masih panjang.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah