Press ESC to close

Perokok Juga Bisa Jadi Pemerhati Lingkungan dan Pecinta Alam

Dedaunan yang hijau, gemercik air jernih yang menabrak bebatuan di sungai, serta kicau burung yang berterbangan di antara pepohonan, adalah imajinasi umum tentang alam. Imaji ini terekam dan senantiasa muncul kala seseorang membayangkan tentang gambaran kondisi alam yang ideal.

Alam menjadi lingkungan hidup bagi semua makhluk. Manusia—sebagai komponen lingkungan yang dominan—sangat berpengaruh bagi lingkungan hidupnya. Manusia memanfaatkan sumber daya alam untuk keperluan hidupnya. Pun demikian sebaliknya, manusia juga sangat bergantung pada lingkungannya. Bersama organisme lain, populasi manusia menjadi suatu ekosistem yang saling terikat dalam lingkungan hidup.

Ada satu fakta yang menjadi ironi, yakni kerusakan lingkungan hidup yang terjadi tak bisa dilepaskan dari tanggung jawab manusia—sebagai makhluk dominan. Kemudian sebagian manusia lainnya berfikir untuk menjaga keseimbangan alam dengan membentuk organisasi, komunitas atau perkumpulan pecinta lingkungan hidup dalam berbagai bentuk.

Mengenai komunitas lingkungan hidup, ada banyak tafsir tentang gambaran lingkungan hidup yang sehat. Ada kelompok aktivis lingkungan hidup yang fokus pada advokasi kerusakan wilayah konservasi, ada pula kelompok yang menjaga kelestarian keanekaragaman hayati, ada pecinta binatang dan lain sebagainya. Siapapun boleh menafsirkan. Asal tujuannya untuk kelestarian lingkungan hidup, semua aktivitas boleh saja dilakukan.

Baca Juga:  Harga Rokok Bukan Faktor Penentu Jumlah Perokok

Sialnya, dari semua kelompok yang mengatasnamakan lingkungan hidup, masih ada yang mencoba mencari peruntungan untuk kelompoknya sendiri. Alih-alih menjaga kesehatan khalayak, mereka justru menihilkan kontribusi manusia lain. Ya, saya berbicara tentang kelompok anti rokok. Kelompok ini kerap mengkampanyekan bahaya rokok, menghimbau pengendalian tembakau dengan narasi kelestarian lingkungan hidup.

Anti rokok merasa merekalah makhluk paling sehat serta paling representatif untuk menjaga alam. Dalam pandangan mereka, manusia yang merokok adalah makhluk yang justru menjadi penyebab kerusakan lingkungan.

Komunitas Karang, sebuah komunitas pemerhati lingkungan di Kupang, melarang anggota komunitasnya untuk merokok. Kalau pun ada perokok yang ingin terlibat dalam Komunitas Karang, mereka harus mau berkomitmen untuk berhenti merokok. Bayangkan, betapa buruknya citra perokok di mata mereka, hingga niat mulia menjaga alam pun harus dibayar dengan melepas hak individunya.

“Yang mau bergabung dalam komunitas ini adalah seorang yang tidak merokok dan apabila perokok, dia harus mempunyai komitmen untuk berhenti. Karena pada poin di atas isu yang diperhatikan dalam komunitas ini adalah polusi. Bukankah merokok itu salah satu penyumbang polusi udara yang paling dekat?” ujar Yuliana Mberu, penggagas sekaligus ketua Komunitas Karang.

Baca Juga:  Menyoal Iklan Rokok di Internet

Cara berpikir macam ini adalah cara berpikir yang lumrah dilakukan oleh anti rokok. Mereka, bagaimana pun caranya, akan selalu menempatkan rokok dan kesehatan dalam posisi yang saling berhadapan. Perokok perlu memahami, bahwa kontribusi mereka tetap dibutuhkan oleh alam, sekalipun anti rokok terus memonopoli kebenaran.

Untuk para perokok di Kupang, merokok adalah pilihan bebas, dan kalian tak perlu berhenti untuk mencintai alam. Daun akan tetap hijau, dan burung akan tetap berkicau, jika puntung rokokmu tak sembarangan kau buang. Sambil menjaga keseimbangan alam dan lingkungan, tanpa disadari, perokok juga telah menjadi penyeimbang ekonomi.

Aris Perdana
Latest posts by Aris Perdana (see all)

Aris Perdana

Warganet biasa | @arisperd