Press ESC to close

Melawan Kenaikan Cukai dengan Membeli Rokok Ilegal dan Tingwe

Hidup sebagai konsumen di Indonesia bukanlah perkara yang mudah. Sehari-hari, kita kerap dirugikan oleh penjual barang atau jasa yang kita gunakan. Buruknya lagi, lembaga perlindungan konsumen yang ada tidak banyak melakukan apa-apa. Mereka hanya sedikit bersuara, tanpa ada gerak untuk melindungi konsumen di Indonesia.

Memang menjadi konsumen di Indonesia banyak menyebalkannya, tapi tetap saja ada yang lebih buruk dari itu. Menjadi konsumen kretek di Indonesia. Yang ini levelnya lebih buruk lagi, sudah dirugikan oleh negara juga diserang terus-menerus oleh kelompok yang katanya melindungi konsumen.

Begitulah nasib kita para konsumen kretek, sudah dihajar sana-sini masih saja disedot uangnya untuk kas negara. Oh iya, asal tahu saja ya, untuk setiap batang kretek yang kita konsumsi terdapat tiga pungutan yang masuk ke kantong pemerintah. Pertama cukai, kedua pajak pertambahan nilai, dan ketiga pajak dan retribusi daerah. Total pungutan yang masuk ke kas pemerintah jumlahnya mencapai 60% dari harga sebatang kretek.

Terkait kebijakan cukai sendiri, sebagai konsumen saya tahu kalau setiap tahunnya angka dan harga cukai bakal naik. Untuk saya sih oke-oke saja, selama kenaikannya tidak terlampau tinggi. Yang kerap menjadi permasalahan, kenaikan cukai ini tidak pernah melihat kemampuan konsumen untuk membayarkannya. Negara hanya menetapkan kenaikan tanpa mau memperhatikan nasib kita sebagai konsumen.

Bayangkan saja, tahun 2016 penerimaan cukai negara mencapai angka 136,5 triliun. Angka tersebut setara dengan 7,5% penerimaan negara tahun lalu. Bukan angka yang sedikit, tentu saja. Dan duit yang segitu banyak adalah hasil dari kontribusi kita sebagai konsumen kretek.

Baca Juga:  Apa Saja Kandungan dalam Rokok?

Memang sejak 2013 penerimaan cukai dari sektor hasil tembakau selalu mencapai angka ratusan triliun. Kenaikan penerimaan negara ini tentu saja dirasakan sebagai hal yang amat membantu jalannya pemerintahan. Kita sebagai konsumen yang menyumbang sih bangga-bangga saja bisa ikut berkontribusi untuk negara tercinta. Tapi kalau kenaikan cukai yang ditetapkan kelewat tinggi, sementara nasib kita sebagai perokok makin tak dihargai negara, kan jadi kesel juga ya.

Bayangkan saja, semakin hari berjalan regulasi dari pemerintah terkait urusan kretek ini makin tidak menghargai hak perokok. Peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok dibuat dimana-mana. Namun hanya sedikit yang memastikan keberadaan ruang merokok sebagai hak kita. Itupun kalau tidak mau kita sebut sama sekali tak ada.

Sudah diperas keringat kita untuk membayar cukai, menikmati apa yang kita bayar susahnya minta ampun. Kebiasaan munafik macam begini yang tidak pantas kita tolerir lagi. Kalau memang negara mau dapat duit dari cukai, berikan hak kita sebagai perokok. Kalau negara masih berharap target cukai tercapai, tolong pastikan kenaikan harganya tidak sampai 5%. Tapi kalau hal tadi tidak diperhatikan, maka hanya ada satu kata: lawan!

Jika negara benar-benar mau mengajak kita berperang, ayo ladeni dengan berani. Jika cukai naik terlalu tinggi, harga rokok jadi tak terjangkau, mari beralih untuk mengonsumsi rokok ilegal yang tidak ada cukainya. Buat apa bayar cukai mahal-mahal kalau negara sama sekali tidak mau memperhatikan nasib kita sebagai konsumen kretek.

Baca Juga:  Hegemoni Antirokok di Indonesia, Terasa Sangat Fasis!

Membeli rokok ilegal jauh lebih menguntungkan kita sebagai konsumen. Harganya murah, tentu saja, karena memang tidak ada cukai yang perlu kita bayar. Dan hal yang paling penting dari membeli rokok ilegal adalah, menunjukkan pada pemerintah kalau kita punya solusi nyata atas dampak cukai yang mahalnya kelewatan.

Apabila di tempat kalian tinggal rokok ilegal tidak tersedia, jangan khawatir. Kalian masih bisa melawan dengan sebaik-bainya dan sehormat-hormatnya. Caranya: beli tembakau iris dan cengkeh, lalu linting sendiri. Ya, tingwe adalah kunci bagi kita yang menolak dipaksa membayar cukai dengan harga yang keterlaluan.

Dengan membeli rokok ilegal atau melinting sendiri tembakau untuk dikonsumsi, kita sudah melakukan perlawanan paling baik kepada negara. Biar saja negara marah atau mengecam pembangkangan terselebung kita ini. Sudah saatnya kita para perokok berani melawan balik pemerintah agar mereka mau memperhatikan hak konsumen dengan lebih baik. Mari tunjukkan pada negara kalau: perokok bersatu tak bisa dikalahkan.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit