Press ESC to close

Rokok Daging, Candaan Kontroversial Khas Perokok

Kalau perokok sudah berkumpul maka suasana dipastikan akan meriah. Saling bertukar rokok, ide, gagasan, hingga canda tawa. Biasanya juga ada satu lelucon yang pasti dikeluarkan, yaitu ‘rokok daging’. Benarkah candaan ini tepat untuk digunakan?

Candaan rokok daging ini hampir pasti digunakan. Meski sering dipakai bukan berarti menjadi pembenaran bahwa lelucon tersebut boleh untuk dipakai. Saya rasa, kebiasan-kebiasaan yang kurang baik dari perokok perlahan-lahan perlu mulai kita kurangi.

Alasan paling utama dari menghilangkan candaan rokok daging adalah soal etika. Secara makna, dua kata tersebut sebenarnya merujuk pada alat kelamin laki-laki. Hingga saat ini pun sebenarnya saya juga bingung, apakah alat kelamin laki-laki itu sepenuhnya diisi oleh daging? Kok bisa ada candaan bernama rokok daging?

Sulit untuk menjadi manusia yang seutuhnya suci dari dosa, tapi setidaknya perokok bisa menjadi manusia yang beretika dan memperhatikan manusia lainnya. Menghilangkan candaan seksis seperti itu juga setidaknya akan menghormati perokok perempuan dalam satu tongkrongan.

Sebenarnya gak masalah juga andai perokok perempuan dalam satu tongkrongan menghendaki adanya candaan tersebut. Tapi konsensus itu kan perlu dibangun dan ditanyakan terlebih dahulu. Jika itu tak dilakukan maka bisa jadi ada sebagian yang merasa risih akibat candaan sensitif tersebut.

Baca Juga:  Merokok adalah Hak Segala Kalangan, Termasuk Aparatur Negara

Belum lagi jika candaan tersebut dilontarkan saat nongkrong di tempat umum. Di tempat yang banyak orang berkumpul dari macam jenis-jenis golongan, siapa tau ada antirokok disitu. Wah, bisa-bisa dijadikan bahan kampanye oleh mereka. Hmmm.

Sudah tahu kan watak antirokok yang kerap mencari celah apa saja dari perokok. Sudah selama ini kita dicap negatif, dengan adanya candaan tersebut bisa dicap negatif kuadrat.

Ketimbang melontarkan jokes rokok daging, lebih baik kita mengeluarkan jokes lain yang lebih segar. Saya bukannya merekomendasikan hal yang lebih beradab, tidak. Akan tetapi mari kita sebagai perokok santun mulai untuk menghilangkan kata-kata yang berpotensi untuk menyinggung perasaan orang lain.

Mulai dari diri sendiri, tongkrongan, lalu niscaya pasti akan banyak yang mengikuti.

Indi Hikami

TInggal di pinggiran Jakarta