Press ESC to close

Ketika WHO Membantah Pernyataan WHO Terkait Rokok sebagai Penyebab Utama Kematian

Tembakau dan rokok kerap kali menjadi hal yang dibingkai negatif oleh rezim kesehatan dan membawa masyarakat dalam kontroversi tak berkesudahan. WHO sebagai badan kesehatan dunia, sejak munculnya traktak FCTC, semakin memantapkan posisi tembakau dan rokok sebagai musuh bersama masayarakat dunia. Hal ini bukan hal baru lagi bagi kita yang selama ini menyoroti pula bagaimana sepak terjang rezim kesehatan memainkan berbagai dalih untuk mencipta keresahan serta keraguan masyarakat dunia. Terutama masyarakat perokok.

Dalam konteks ini ditengarai pula adanya kepentingan industri farmasi dalam upaya merebut pasar nikotin. Di Indonesia sendiri terbaca sudah lewat berbagai patgulipat kampanye yang dirayakan lewat berbagai media. Terutama media arus utama hampir umumnya menjadi alat yang memporsikan keberadaannya dalam membingkai isu negatif tembakau dan rokok.

Terkait itu pada peringatan Hari Kanker Sedunia yang lalu, mereka mengeluarkan laporan yang menyebut jika penggunaan tembakau adalah penyebab utama yang berisiko terhadap kematian. Posisi tembakau kemudian disusul penggunaan alkohol, makanan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik. Pemosisian ini tentu berdasar kepentingan WHO.

Selain itu, tembakau disebut juga sebagai penyebab utama kematian kedua di dunia saat ini. Tembakau dianggap bertanggung jawab atas kematian setiap per sepuluh penduduk bumi, yaitu sekitar lima juta kematian per tahun. Katanya sih begitu.

Baca Juga:  Mengasah Logika Dishub Jakarta

Padahal jika kita menelisik ke belakang tepatnya pada tahun 18 Oktober 2013, WHO sendiri secara resmi mengeluarkan laporan jika polusi udara luar menjadi penyebab utama kanker-paru-paru. Bahkan Dr.Kurt Straif dari International Agency for Researchon Cancer (IARC), cabang dari WHO yang menjadi spesialis pada masalah kanker, menyatakan bahwa polusi udara yang ditimbulkan dari asap kendaraan, asap pembangkit tenaga listrik, asap pabrik, serta proses pemanasan yang dihasilkan oleh rumah-rumah penduduk merupakan sumber penting pemicu kanker.

Dalam laporan ini ditegaskan bahwa zat yang sangat karsinogenik justru terdapat pada polusi udara yang disebabkan oleh beberapa faktor di atas. Berkebalikan jauh dari yang dinyatakan belakangan ini melalui pemberitaan media, terkait tembakau yang ditempatkan sebagai penyebab utama kematian. Betapa ganjilnya pemberitaan yang memporsikan tembakau sebagai yang paling bertanggung jawab atas persoalan kesehatan dan kematian.

Lepas dari laporan WHO itu, kita sebagai perokok yang santun bukannya tidak memahami adanya faktor risiko yang ditimbulkan dari aktivitas merokok. Namun aktivitas merokok tentu bukan satu-satunya penyebab utama dari tingginya angka kematian, seperti yang disebutkan sampai sekitar lima juta kematian per tahun. Perokok santun bertindak atas kesadaran bahwa merokok haruslah didasari rasa tanggung jawab, yakni dengan diiringi pola hidup seimbang, sehingga itu dapat memberi arti tersendiri bagi kelangsungan hidup serta tubuh kita.

Baca Juga:  Anak Merokok, Kuncinya Edukasi Bukan Ditakut-takuti

Namun yang kerap dirayakan media, penekanan tentang pola hidup sehat dikaitkan dengan mengenyahkan rokok dari keseharian masyarakat. Lagi-lagi ini adalah upaya untuk mendiskreditkan satu komoditas yang selama ini menjadi bagian dari agenda global dalam memonopoli pasar. Yang kita ketahui sejak jauh hari, rokok dan tembakau kerap diposisikan sebagai musuh bersama dalam agenda global tersebut, dimana di baliknya terdapat skema kepentingan industri farmasi dan perusahaan rokok asing dalam merebut pasar perokok, lebih dalam dari itu incarannya adalah paten nikotin.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah